Mata Jisoo dan Taehyung bertemu. Saat, mereka kembali terduduk di sofa milik Jisoo. "Kalian akan disini selama satu tahun. Mungkin, jika Taehyung tidak sanggup, tak apa. Aku akan memanggilkan saudara Jisoo." jelas Yoona menatap kedua manusia lawan jenis ini.Jisoo mengangguk ragu, tapi Taehyung sama sekali belum mengangguk. "Apakah kau keberatan, Taehyung?"
Pertanyaan itu sontak Taehyung gelagapan. Bagaimana? Bahkan Taehyung lelaki dan Jisoo perempuan. Apa yang akan dikatakan orang nantinya?
"Kau takut dikata-katakan?", Ah, Yoona selalu benar. Apakah ibu Jisoo ini adalah peramal?
Taehyung masih berlagak ragu, tapi saat melihat Jisoo menundukkan kepalanya, serta memilin pelan ujung roknya, perasaan ibanya mulai mencuat muncul.
"Tidak nyonya. Saya tidak keberatan." jawab Taehyung tenang. Mencoba tidak ada tersirat makna keterpaksaan di nada bicaranya.
Perlahan, mata itu menatap tubuh Jisoo yang membeku layaknya patung disana.
"Baik,"
• • •
Pertemuannya disini hanya tinggal sepuluh menit lagi. Dan, Yoona akan meninggalkan kota Jakarta.
Menatap putrinya sendu, memeluknya erat seakan memberikan sebuah kekuatan pada Jisoo hingga tahun kedepan. Begitu pun sebaliknya.
Air matanya ini mulai menderas, hidungnya yang seperti perosotan itu mulai memerah saat suara keras itu memanggil nama Yoona.
Pelukan hangat itu terlepaskan.
Kembali tergantikan oleh dingin yang menerpanya.
"IBU, JISOO MENYAYANGI IBU!" teriaknya diakhir kata.
• • •
Semerbak kedinginan malam itu mulai menerpa tubuh Jisoo.
Sekarang dirinya menatap pantulan tubuhnya di kaca wastafel setelah menyegarkan tubuhnya.
Menatap sedetail mungkin dirinya ini. Menatap maniknya, tubuhnya, dan—rambutnya.
Ia perlahan menyisir rambutnya pelan. Memastikan, apakah ranbutnya kini akan mulai rontok.
Tidak, dugaan itu salah besar. Rambut hitam legam itu masih melekat pada kulit kepala gadis cantik ini.
"Kenapa?" sosok itu muncul dibelakangnya. Ikut menatap tubuh gadis ini di pantulan kaca.
"Hanya memastikan." Jisoo mengembangkan senyuman kecilnya. Yang dapat di lihat oleh Taehyung di pantulan kaca itu.
Tubuh si cantik berbalik. Menatap hazel Taehyung penuh kesenangan. Di bibirnya kembali menyunggingkan senyuman lebar nan cantik dengan sedikit lesung pipinya mulai mencuat keluar.
"Terima kasih, Taehyung. Kau sudah menerima aku." ucapnya yang masih mempertahankan senyuman cantiknya.
Taehyung membeku, ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ia tidak pernah merasakan ini dengan Irene, bahkan tidak sama sekali.
Hatinya berdegup kencang saat ia diperlakukan seperti ini oleh Jisoo, bahkan senyumannya benar-benar tidak bisa memberhentikan getaran tangannya ini.
"Ya, sama-sama." jawab Taehyung mencoba ikut tersenyum sedikit.
tbc.
That's a—romance moment. Maybe/
KAMU SEDANG MEMBACA
Leukimia.
Fanfiction[✔] + [Vsoo] Tolong bantu aku untuk menikmati sisa hari-hariku sebelum aku pergi darimu. ©crlyejel | 2018