09 / Momen

2.2K 252 22
                                    

'Malam itu penuh air mata dan pengakuan yang menyedihkan.'

Baek Ji Young - Goodbye (OST Goodbye Mr. Black)


Jisoo tersenyum tipis saat Taehyung memasuki ruangannya itu. Kini, ia sudah terbangun dari lelap koma nya itu. Selama kurang lebih lima hari, dan bersyukur tidak terlalu lama.

Taehyung juga menatap Jisoo dengan senyuman kotak yang ia miliki tu. Ia menghampiri Jisoo, dan menarik bangku kayu di sebelah ranjang gadis itu.

Langsung meraup habis tangan kosong itu. Menggenggam erat, seerat mungkin. Gadis itu menatapnya dengan saksama.

"Ada apa?" tanya nya ber-iringnya dengan senyuman yang terulas di bibir gadis itu.

"Tidak, hanya sedang merindu." jawabnya dengan lembut. Selembut mungkin.


Taehyung menyukai Jisoo, tapi hanya saja ia takut mengungkapkannya. Padahal, Taehyung selalu mengatakannya dengan selantang mungkin apa yang ia pendam. Tapi, kenapa masalah ini tekad Taehyung menjadi menciut? Ah, yang benar saja.

"Jisoo." ucapnya serius. Ia melepaskan genggaman tangannya pada tangan putih itu. Yang dipanggil menatap si lawan bicaranya dengan tatapan lurus-lurus.

Jisoo berdehem kecil. Ia menanti jawaban Taehyung.

Dan, malah Taehyung terbungkam. Seperti terplester erat oleh deheman kecil itu.

"Hm, besok saja. Aku akan mengatakannya besok."

• • •

Taehyung terlelap dengan genggaman si cantik.

Begitupun sebaliknya.

Malam itu tengah dilanda hujan. Hujan yang cukup deras. Membasahi semua daerah yang berada di kota Jakarta.

Malam itu juga terlihat dingin. Semua makhluk hidup mencari teduhan. Mencari kawan masing-masing.

Gelapnya malam itu ditambah dengan mendungnya awan.

• • •

Taehyung terbangun dari lelapnya. Dan, yang ia temukan adalah tubuh gadis itu. Yang masih terlelap dengan baik.

"Jisoo, bangun."

"Jisoo-ah." ujarnya membangunkan gadis itu dalam lelapannya ini.

Ia masih mengernyit. Jisoo tidak terbangun.

Ia semakin takut saat tangan gadis itu mulai mendingin. Dingin sekali, dan bibirnya sedikit membiru.

Karena belum puas membangunkan gadisnya itu, ia kembali menggoyangkan tubuh si cantik dengan sedikit keras.

Mata Jisoo sama sekali belum terbuka.

Oh tidak, salah satunya jalan disini ialah memanggil dokter  Jung.

• • •

Semua yang berada di ruangan itu disuruh untuk keluar dari ruangan Jisoo. Karena Jisoo melakukan pemeriksaan. Membuat Taehyung panik setengah mati.

Peluh lelaki itu terkucur di dahinya. Giginya sedikit menggeretak. Ketakutan menghampirinya.





Dokter Jung keluar. Ia menatap Taehyung dengan sedalam- dalamnya.

Dengan helaan nafas yang menandakan penyesalan. "Taehyung-ah." ujarnya mengawali pembicaraan.

"Jisoo, Jisoo Dwi Anyara—

—telah Tiada."

Seakan dunia terputar. Seakan semua pikiran yang tersambung ke otak lelaki itu terputus. Tangannya semakin bergetar.

Dia mematung seketika. Seakan dunianya kini telah hancur, retak dan rusak.

Taehyung langsung menyusup dari tubuh dokter Jung. Tanpa permisi.

Memasuki ruangan Jisoo tanpa se izin dokter Jung.

Maniknya menatap Jisoo yang sudah mulai memutih. Bibirnya yang merah seperti ceri itu kian memucat. Matanya tertutup sempurna. Tangannya kaku. Organ gadis itu seakan lenyap dalam sekejap.

Membuat Taehyung tak kuasa menatap lama-lama tubuh gadis itu.

Kakinya melemas. Hingga kakinya tak kuat lagi 'tuk mengangkat tumpuan berat badan Taehyung. Ia menangis. Meraung-raung memanggil sang belahan hati.

Tangannya—Jisoo mendingin. Sedingin es.

"Jisoo, bangunlah." ujarnya sembari menggoyangkan pelan tangan kaku milik Jisoo.

"Jisoo, aku mencintaimu. Tolong, aku ingin selalu bersamamu."

"Tapi, kenapa kau malah pergi dariku? Tolong, Jisoo. Aku mencintaimu. Itu yang ingin kukatakan tadi malam."

Terdengar pilu di telinga dokter Jung. Ia menghampiri, membelai rambut Taehyung.

"Ikhlaskan dia, Taehyung-ah." ujarnya penuh kelembutan.

"Jisoo, Jisoo."

"Aku tidak percaya ia meninggal, dokter Jung."

"Ini takdir Tuhan. Ini adalah yang terbaik untuk Kamu dan Jisoo. Tolong, biarkan Anyara pergi." jawab dokter Jung.

Sementara, Taehyung masih men-tulikan rungunya. Masih meraung-raung memanggil nama gadis itu.

Tidak, Anyara tidak boleh pergi secepat itu.









Tangan Taehyung perlahan menutup wajah gadis itu dengan selimut biru muda itu. Menandakan bahwa gadis itu telah tiada—dan Taehyung sudah meng-ikhlaskannya.

"Sudah, ayo kita urus pemakaman. Sebelumnya, panggil ibunya dahulu." terang dokter Jung mengusap pelan dan terus meninggalkan Taehyung di ruangan itu sendirian. Ah, tidak. Bersama roh Jisoo di sebelahnya.

(A/N)

HUWAAA AKU JUGA GA RELA JISOO PERGI (ㄒOㄒ)

OH IYA, FINAL ENDING UDAH DIJALAN YHA, SEE U!

Leukimia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang