Boneka yang dipegang gadis cilik itu seakan terjatuh saat melihat Ayahnya ditampar oleh sang ibu.
Air matanya mengepul saat menatap kedua orang tuanya bertengkar malam itu.
Malam itu begitu dingin, seperti suasana rumahnya ini.
Siwon tersungkur saat Yoona menampar pipinya. Disudut bibir Ayahnya itu mengeluarkan darah akibat pukulan ibunya yang terlalu keras itu.
Terdengar kikikan kecil dari Siwon, yang dirinya sudah dalam keadaan tidak sadar saat itu.
Tubuhnya benar-benar di kuasai oleh alkohol itu sehingga menyebabkan pikirannya melayang-layang.
"Aku menabrak seseorang."
"Apa? Kau menabrak seseorang?"
Tangan Jisoo bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya. Menandakan ia tengah ketakutan.
Malam itu benar-benar terekam jelas di benak seorang Jisoo. Seperti sebuah novel yang baru ia baca kemarin.
Memori itu terlalu mengerikan. Memberikan kesan kesedihan serta mimpi buruk untuk Jisoo.
Isakan itu terlalu keras hingga ia bisa terbangun dari lelapannya.
Dan, saat ia kembali tidur—mimpi buruk lain kembali melanjutkan mimpi buruk itu.
Jisoo takut.
Dan, malam itu juga ia dan Yoona meninggalkan Ayahnya di rumah sendirian.
Kini, Jisoo kecil tengah merindu pelukan sang ayah. Ceritanya, senandungnya, kelucuannya dan semuanya. Semua yang didiri seorang Siwon Aryasatya, Jisoo kecil merindukan itu. Usapannya yang tulus itu perlahan membeku.
Pelukannya yang hangat semalam itu semakin lama semakin memudar ditelan masa.
Semerbak kedinginan itu kembali menghantui Jisoo.
Benar-benar rekaman kenangan yang buruk. Takdir itu selalu teringat, seakan baru terjadi semalam.
Hazel mata sang Ayah itu bahkan baru saja ia tatap kemarin.
Sore itu, mereka pergi dari rumah lama.
Tapi, sore itu juga adalah hari terkhir bagi Jisoo untuk mendapatkan pelukan sang Ayah.
Ayahnya, memeluknya erat. Seakan mencurahkan kerinduannya pada puteri cantiknya ini.
Bocah enam tahun itu juga membalas pelukan sang Ayah dengan tulus. Seakan ini adalah yang terakhir.
Tapi, dugaan itu menjadi kebenaran.
Didalam pelukannya itu, mata lelaki bersurai hitam itu terpejam. Mengakhiri hidupnya disini, dipelukan anaknya ini.
Tubub ayahnya yang hangat itu digantikan oleh kedinginan yang nyata sekali di pelukan Jisoo.
Mata Siwon tidak pernah terbuka kembali. Ralat, untuk selama-lamanya.
Disitulah, derai air mata itu membasahi pipi gadis cilik itu. Ia meraung-raung memanggil Ayahnya. Bonekanya itu sudah tak ia pedulikan.
Semua itu jelas-jelas masih terbungkus rapi di benak Jisoo. Dimana pelukan terakhir itu belum memudar di dirinya.
Air matanya itu juga kembali mengucur saat dirinya kembali mengingat memori itu.
Dimana, Siwon pergi dihadapannya bahkan dipelukannya. Matanya terpejam, tidak pernah terbuka lagi.
Itu adalah ingatan terburuk yang pernah Jisoo rekam didalam kehidupannya yang kelam.
(A/N)
INI PLESBEKNYA SI JICHUU. INI PLESBEK GAJELAS OKE SIP :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Leukimia.
Fanfiction[✔] + [Vsoo] Tolong bantu aku untuk menikmati sisa hari-hariku sebelum aku pergi darimu. ©crlyejel | 2018