JISOO membeku saat Taehyung melontarkan pertanyaan pertamanya. "Ada apa? Aku berbicara yang salah pada dirimu?"
Jisoo membeku. "T-Tidak tuan." jawab Jisoo. Membuat Taehyung mengernyitkan dahinya. "Panggil aku Taehyung saja. Lagipula, umurmu lebih tua dariku." ujarnya memperbaiki kata-kata Jisoo tadi. "Ah, iya. Maaf."
"Tuan,"
"Jangan memanggil tuan, nona Jisoo." Taehyung kembali mengingatkan. "Ah, Maafkan saya. Saya lupa." ujarnya.
"Tapi, sebenarnya—kita belum berkenalan. Sekarang ayo berkenalan!" ujar Jisoo dengan senyuman manisnya mengangkat satu tangannya. Bermaksud mengajak berjabat tangan bersama Taehyung.
Taehyung masih membeku. Menatap tangan tersebut.
Dan akhirnya tangan Taehyung terangkat. Ia berjabat tangan dengan gadis ini. "Aku Jisoo. Jisoo Dwi Anyara. Bagaimana denganmu?"
"A-Aku, Taehyung. Taehyung Agara." jawabnya.
Ceklek.
Pintu ruangan itu dibuka oleh seorang gadis ber dress merah dengan sepatu heels nya itu. Dia menghampiri Taehyung dengan lagak marahnya. Dia berkata, "BISA-BISANYA KAMU BERSAMA WANITA DISINI!"
Taehyung maju. "Pergilah, aku bukan lagi urusanmu."
"Oh, begitu ya? Jadi ini cewek baru kamu, Tae? Ih, sakit-sakitan gini mau aja kamu." ujarnya menatap Jisoo yang kini menunduk.
Menyadari pasiennya yang dalam keadaan tidak nyaman, ia langsung menyeret tubuh gadis itu keluar.
"JAGA OMONGANMU IRENE. JAGA MULUTMU!" bentak Taehyung dengan amarahnya yang menggebu-gebu itu.
"Kamu yang seharusnya—"
"Kamu bukan lagi masa depanku, Irene. Kau masa laluku yang suram." potong Taehyung cepat dan langsung menutup pintu ruangan itu kasar.
Apa yang terjadi dengan Jisoo?
• • •
Jisoo menunduk menyembunyikan tangisannya dari Taehyung. Baru saja kemo, sudah terkena ucapan kasar. Rasanya hidupnya kini sudah tidak berguna.
"Jisoo," ujar Taehyung memegang lengan gadis yang tengah menangis ini. "Maafkan aku, maafkan aku. Tolong, jangan menangis seperti ini." ujarnya berkali-kali.
"T-Tidak apa. Ini memang s-sudah takdirku. Memang benar yang dikatakan oleh pacarmu tadi."
Dengan cepat Taehyung menjawab, "Tidak. Dia bukan pacarku. Dia sudah menjadi masa laluku."
"Oh begitu,"
"Ayolah, kau terlihat jelek saat menangis. Kau tidak secantik tadi. Cukup, jangan keluarkan air matamu lagi.", lagi-lagi jantung Jisoo dibuat berdebar lagi oleh lelaki ini. Bagaimana tidak, tangan Taehyung dengan lembutnya mengusap pipi Jisoo yang terkena tetesan air mata gadis ini. Kian detik pipi Jisoo yang putih itu semakin memerah, menandakan sang pemilik tertegun.
"Tidak perlu khawatir. Aku akan selalu berada disini bersamamu. Berjuanglah." ujar Taehyung tersenyum. Seakan memberikan kekuatan pada gadis ini.
• • •
"Ibu. Aku pulang." ujar gadis itu membuka pintu utama rumahnya. Dia langsung membuka sepatunya dan berjalan menuju tangga disana.
"Ibu?" suara Jisoo makin meninggi. Menandakan ia sedang mencari ibunya. Bermaksud ibunya bisa mendengar ucapannya.
"Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Yoona—ibu Jisoo. Jisoo terdiam mendapati ibunya berada dibalik daun pintu kamarnya. "Apa yang ibu lakukan dikamarku?" tanyanya yang sudah dilanda panik. Bagaimana kalau ibunya menemukan kertas dokter kemarin? Oh, matilah Jisoo.
"Tidak, ibu hanya menuliskan surat untukmu. Ibu harus pindah setahun ke Kanada untuk pekerjaan ibu. Maafkan ibu, sayang. Ibu benar-benar minta maaf." ujar Yoona menuruni satu-persatu tangga untuk menuju tempat dimana Jisoo—anaknya berdiri. "Aku dengan siapa?" tanya Jisoo.
"Dengan Taehyung, tetangga sebelah kita."
(A/N)
BTW, ADA YANG SUKA GA SIH? RASA PEN UNPUB TAPI SAYANG. YASUDAHLAH. PERTAHANIN SAJA HUHU :>
SEE U!
KAMU SEDANG MEMBACA
Leukimia.
Fanfiction[✔] + [Vsoo] Tolong bantu aku untuk menikmati sisa hari-hariku sebelum aku pergi darimu. ©crlyejel | 2018