Part 28

78 9 0
                                    

Gadis itu berlari di tengah koridor sekolah yang sedang ramai dengan siswa-siswi yang berlalu lalang.

"Deni." Teriak Gadis itu.

Semua mata tertuju pada gadis itu, termasuk Keempat lelaki yang tengah bercanda ria ikut menoleh kebelakang, menatap gadis yang akan menuju ke tempat mereka.

"Ngapain tuh si lala, lari-lari?" Tanya Dimas kebingungan.

Bukan hanya Dimas, tetapi mereka bertiga juga tidak tahu alasannya.

"Mungkin, ada urusan sama deni. Kita duluan aja yuk?" Ajak Dion memberi kode.

Dimas dan kevin mengangguk mengerti dengan ajakan dion, biarlah deni dan lala bisa menghabiskan waktu bersama.

"Kita Pulang duluan Den. Lo jangan lama-lama pacarannya nanti bisa khilaf." Goda dimas seraya nyengir.

Deni dengan cepat membalas dengan memberi tatapan tajam pada dimas.

"Mending kalian cepat pergi." Sarkas Deni.

"Ett, Jangan ngusir juga bos. Gue tahu lo udah gak sabar berduaan bareng Lala." Goda Kevin sembari tertawa keras diikuti dimas dan dion setelah menggoda sahabat nya itu.

"Udah ah, tuh si Lala udah makin dekat. Kita duluan ya, Bye." Pamit Dion sembari menyeret Dimas dan kevin yang masih tertawa geli karena berhasil menggoda deni.

Dan benar saja, Lala sudah sampai saat dion, dimas dan Kevin pergi.

Dengan nafas yang masih terengah-engah, Lala membungkukkan tubuhnya bertumpu pada lutut.

"Kenapa?" Ketus deni.

Jujur saja, Deni masih merasa kesal dengan lala karena gadis itu tidak mau mendengar ucapannya dengan menjauhi cowok lain, terutama Iqbal.

Lala kembali berdiri tegap, mendengar nada ketus dari lelaki dihadapannya.

"Sorry."

Hanya dengan kata itu yang lala ucapkan mampu mengusir rasa kesal di hati deni. Dengan kata itu, lala bisa membuat deni tersenyum dalam hati. Tapi Sayang, Deni tidak bisa memperlihatkannya. Dan untuk saat ini, Dia akan berakting agar deni bisa melihat reaksi lala.

"Untuk?"

Lala terdiam sebentar sebelum menjawab, jujur dia sangat gugup sekarang. Lala takut deni akan lebih memarahinya sekarang. Tapi tidak, dia harus berani mencoba.

"Maaf karena gue gak mematuhi perintah lo." Lirih Lala.

Deni melipat kedua tangannya di dada dan menatap lala dengan tatapan intimidasi.

"Kenapa lo ngomong gitu sama gue? Lo merasa bersalah?" Tanya Deni.

Lala terkesiap, jika ditanya seperti itu jawabannya lala tidak tahu. Dia juga heran, kenapa dia melakukan ini? Tapi dia merasa seperti ada dorongan dari hatinya untuk harus meminta maaf. Atau mungkin karena makanan dari deni tadi? Ah lala tidak mengerti.

Lala menundukkan kepalanya, dia takut dengan tatapan deni itu. Sungguh, sangat menusuk.

"Lo masih marah?" Tanya Lala setelah mencoba berani kembali.

"Lo tahu jawabannya." Deni menjawab nya dengan cepat.

"Maaf, gue janji gak bakal ngulangin kesalahan tadi." Ucap Lala akhirnya.

Deni menaikkan sebelah alis matanya menatap Lala.

"Lo bisa pegang kata-kata lo itu?" Tanya deni.

Lala berfikir sebentar, kemudian menghela nafas dalam-dalam dan mengangguk pelan.

"Iya."

Lala tidak tahu, keputusannya benar atau salah. Berbeda dengan deni, lelaki itu tersenyum puas.

You Can Call Me YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang