[COMPLETED]
Saat aroma strawberry bertemu dengan rasa rokok. Saat rasa manis itu melebur dengan mint dari nikotin. Saat itu, dia memulai cerita baru dalam hidupnya. Cerita yang tidak akan bisa ia lupakan.
HR (181010)
#493 Ikon
#255 hanbin
#63 kimhan...
Jarum jam sudah menunjuk pukul empat sore, tapi layar laptopnya masih kosong. Sejak kemarin dia hanya menghabiskan waktu berbaring di atas tempat tidur, berniat mengetikkan sesuatu namun dia tidak melakukannya sama sekali.
Inspirasinya hilang. Dia tidak bisa membayangkan apapun, meski berkali-kali memutar isi kepala untuk mencari ide demi keberlangsungan cerita yang belum ia selesaikan.
"Bagaimana kau bisa membuat cerita tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan, sedangkan kau sendiri belum pernah berpacaran."
Ucapan Eunbi beberapa waktu lalu terngiang dalam ingatannya. Ia menatap lurus pada langit kamar flatnya, menarik napas dalam lalu menghempaskannya. Benar yang sahabatnya katakan, selama ini ia memang belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki selayaknya perempuan seusia dirinya.
Tidak, dia pernah menyukai seseorang saat SMA, tapi hanya sebatas suka. Dia bahkan tidak tahu apa dia benar-benar menyukai laki-laki itu, atau hanya karena semua teman perempuan di sekolahnya mengidolakan orang itu. Entahlah, yang pasti dia belum pernah merasa begitu menyukai seseorang.
Kencan butanya selalu saja gagal. Seperti kemarin pagi. Dia selalu mendapat alasan macam-macam, mulai dari mendadak ada janji sampai alasan sudah memiliki istri. Itu yang paling parah yang pernah ia alami.
Tapi setidaknya, sebelum kemarin, ia tidak sungguh-sungguh ingin bertemu dengan semua lelaki itu. Kemarin yang pertama.
Gadis itu mendengus lagi. Kelopak matanya kini memejam, mencoba istirahat. Barangkali dia bisa menemukan sesuatu setelahnya.
"Yui. Han Yui."
Maniknya mendadak kembali terbuka. Pandangannya mengawang jauh teringat laki-laki asing kemarin pagi.
Beberapa detik ia terdiam sebelum mengacak-acak selimut dan menggigiti bantal. Kenapa pula kemarin ia harus memberi tahu namanya pada orang itu.
Ia belum berhenti merutuki dirinya sendiri saat ponselnya berdering. Ditatapnya layar dalam genggamannya itu dengan dahi mengernyit. Nomor asing.
Ia menempelkan benda persegi itu pada telinga, seraya memeluk boneka sapi besar pemberian Eunbi waktu ulang tahunnya bulan lalu.
"Halo," katanya.
Yui diam, tidak ada yang menjawab sapaannya, membuat ia merasa ada rasa aneh dan cemas yang menggelitik. Perlahan ia mulai fokus. Indera pendengarnya dapat menangkap alunan lagu yang diputar dari seberang; Strawberries and Cigarettes milik Troye Sivan.
Entah kenapa, ia malah menikmati musik itu beberapa detik hingga seseorang berdehem dan membuyarkan imajinasinya. Kelopak matanya mengerjap, mencoba mengembalikan kesadaran.
"Yui?"
"Y-ya?"
"Boleh aku mengganggumu, kan?"
"Kau siapa?"
Laki-laki itu terkekeh di seberang sana. Membiarkan Yui sejenak memutar posisi tidurnya jadi tengkurap. "Kau belum menyimpan nomorku?"
Dia menjauhkan ponsel itu sejenak; menatap nomor yang tertera lalu bayangan laki-laki kemarin memenuhi ruang di kepalanya. Dia ingat sekarang pemilik suara itu.
Yui hanya bergumam, karena rasanya benar-benar canggung dan aneh. Bukankah tadi dia tidak sengaja memikirkan laki-laki ini?
"Maaf, aku lupa menyimpannya."
"Tidak masalah," katanya seraya terkekeh lagi.
"Kau sedang apa? Jika kau tidak sibuk, malam ini akan ada seseorang yang mengajakmu bertemu," lanjut laki-laki itu, berhasil membuat kerutan di dahinya semakin berlipat-lipat.
"Siapa?" Tanya gadis itu ragu.
"Namanya Kim Hanbin, dan ini nomornya. Kali ini, jangan lupa kau simpan."
Kelopak matanya mengerjap. Pandangannya kosong, hanya ada suara laki-laki itu yang seperti membiusnya.
"Yui?"
"Y-ya?"
"Aku jemput jam tujuh malam. Selamat sore."
Belum sempat ia menjawab, laki-laki itu sudah memutus sambungannya. Ia masih setia menatap layar ponselnya, mencoba mencerna maksud laki-laki tadi.
Apa ia baru saja diajak berkencan? Oh tidak. Dia menggelengkan kepalanya. Ini terlalu cepat untuk menyimpulkan. Lagi pula, laki-laki itu kan tidak tahu tempat tinggalnya. Dia pasti mengada-ada.
Manik sehitam jelaganya masih enggan beralih dari benda putih persegi itu, dan sedetik kemudian tangannya mengetikkan sebuah nama untuk nomor yang tadi meneleponnya.
Kim Hanbin.
.....
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai, dapat salam dari Hanbin. Jangan lupa vote dan comment ya. Xoxo