Bagian 2

57 6 3
                                    

Zidan yang masih bersikap dingin pada Ayleen, membuat Ayleen merasa canggung mengajaknya berkenalan lebih dekat. Bahkan, untuk menatap Zidan pun Ayleen tak bersedia.

"Lihat, menggoreng telur aja nggak bisa" celoteh Zidan, melihat Ayleen menggoreng telur di dapur. Ayleen mendengar perkataan Zidan terasa sakit hati. Namun, Ayleen berusaha menenangkan dirinya agar tidak terjadi perkelahian. Ayleen tetap melanjutkan fokus pada telurnya yang sudah terpecah beberapa bagian. "Jangan harap aku bisa menerima kamu sebagai adikku" Zidan mendekatkan wajahnya pada Ayleen. "Huffffh" Ayleen menghela nafas, dia masih menahan batas sabarnya.

"Ayleen, kok kamu goreng telur sendirian. Jadi aku nggak dibuatin nih" Gauri menampakkan wujudnya di meja makan. "Eh, maaf. Soalnya aku buru-buru udah mepet jamnya" kata Ayleen. "Masih juga jam setengah tujuh Ay" kata Gauri. "Perjalanan kesekolah aja sampai 20 menit, belum juga aku hari ini ada jadwal piket" Ayleen masih mengunyah makanannya. "Sok rajin" terdengar bisikan Zidan, yang melewati Ayleen dan Gauri. "Orang kaya Zidan, harus dilawan. Kalo kamu diem aja, dia makin jadi" bisik Gauri di telinga Ayleen.

Di kantin sekolah Ayleen, dia sedang bersama teman satu kelasnya, Febri. "Yah, kalo kamu pindah aku sama siapa dong" gumam Febri. "Rumah kita kan nggak jauh-jauh amat" kata Ayleen. "Kamu tau kan, aku nggak ada temen lagi. Kamu juga tau kan gimana sifat mereka pada kita" gerutu Febri. "Orang kayak gitu harus dilawan. Jangan diam aja, nanti dia semakin jadi" kata-kata Gauri yang diucapkan tadi mengingatkan Ayleen.

"Tolong lah Ay, jangan pindah yaaaaa" Febri memohon-mohon pada Ayleen. "Semua berkas sudah diterima sama sekolah sana, apa dayanya aku" Ayleen mengangkat kedua bahunya. "Jadi kamu tinggal masuk?" kata Febri. "Yap, benar. Senin aku harus menginjakkan kaki disana" jelas Ayleen. "Ini hari Sabtu, berarti hari terakhir disini dong" keluh Febri.

Seperti biasa, Ayleen pulang mengendarai angkot langganannya. Ayleen juga kenal dekat dengan sopir angkotnya. Ya, mang Anang sopir angkot yang biasa Ayleen tumpangi. "ini hari terakhir aku naik angkot mang Anang" Ayleen sedih. "Kenapa nduk? (sebutan nak orang Jawa)" kata mang Anang. "Aku pindah sekolah, om Iman yang memintaku pindah" jelas Ayleen. "Ya, mungkin ini terbaik" mang Anang hanya mengucapkan itu.

"Aaaaay, nonton film yuk" Gauri mengetuk dan berteriak di depan pintu kamar Ayleen, yang sedang menyumpalkan earphone di kedua telinganya. "Aaaaaaaay" lebih kencang Gauri mengetuk pintunya. Tak sabar, Gauri pun membuka pintu kamar Ayleen tanpa izin permisi darinya. "Hmmm pantesan" gerutu Gauri ketika melihat Ayleen telungkup di kasur. "Aaaaaaay ayo nonton film yuuuuuuk" dengan sengaja Gauri meniban Ayleen, mencopot paksa earphone Ayleen dan teriak tepat di telinganya. "Uriiiiiiii" gerutu Ayleen melempar Gauri dengan gulingnya. "Hehehehe maap" Kata Gauri naif.

"Sampai kapan kamu bertengkar dengan temanmu!!!!" terdengar suara bentakan dari bawah.
....
"Ayah malu sama kamu!"
....
"Ayah capek harus bertemu kepala sekolahmu!!!"
....
"Ayah malu dengan kepala sekolahmu!!"
....

"Kenapa tuh?" Ayleen bertanya pada Gauri. "Biasaaa, ini udah kesekian kalinya, sampai ngga bisa dihitung berapa kali dia berantem sama lawannya" jelas Gauri. "Maklum deh, kalau kamu terkejut. Kamu aja baru dua hari disini" lanjut Gauri. "Emang, lawannya tetap?" tanya Ayleen. "Boro-boro lawannya tetap, pacar aja seminggu ganti dua kali" kata Gauri.

"Ibu mau kemana?" Ayleen bertanya pada ibunya ketika Ayleen menuju dapur dan bertemu ibunya di tangga. "Mau ke sekolahnya Zidan, menghadap kepala sekolahnya" jelas ibu Ayleen. "Kok mau sih" gerutu Ayleen dari hati. "Kamu mau ikut? Sekalian liat-liat, kan mulai senin kamu sekolah disana" ibu Ayleen menawari Ayleen. "Ha? Hmmm boleh deh, Ayleen siap-siao dulu ya bu".

"Mau kemana?" tanya Gauri. "Ikut ibu ke sekolah, sekalian liat-liat sekolah". "Ikut dong". "Ayuk"

Sementara ibu Ayleen menghadap kepala sekolah, Ayleen dan Gauri mengitari satu sekolah dengan Gauri sebagai pemandu Ayleen menjelaskan ruang demi ruang di sekolah ini.
"Biasanya di belakang sekolah sini Zidan berantem" Gauri menjelaskan tempat yang banyak lukisan moral, serta salah satu tempat di sekolah yang sepi jarang ada yang menginjakkan kaki disini. Gauri menjelaskan, tempat inilah para kaum lemah dibully dengan kaum elitte di sekolah ini. Banyak kejadian buruk disini. Hingga disini, ada yang bunuh diri. "Astaga, emang kenapa?" Ayleen bertanya pada Gauri. "Ulil namanya, dia korban pelecehan seksual. Parahnya lagi, pelakunya guru disini. Kalau nggak salah sih, guru olahraga, yang saat itu baru 3 bulan menjabat" jelas Gauri. "Berarti sekarang?". "Dipenjara lah".

Punk-eranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang