Begitu sang pelatih memberikan lampu hijau untuk mereka agar segera pulang, Ayleen yang masih bercucuran keringat dan dengan pakaian yang tetap ketika ia berlatih keluar aula dengan mengibaskan rambut ekor kudanya yang mulai lepek karena keringat.
"Wah, baru kusadari jika dia cantik ketika berkeringat" celoteh seorang murid perempuan yang dengan tidak sengaja melihat Ayleen keluar aula.
"Aku rasa dia akan menjadi idola sekolah, dia juga pintar menari" kata dari mereka yang lain.
Ayleen yang berjalan di depannya mendengar percakapan mereka dan dia menyadari akan percakapan mereka membicarakan tentangnya. Itu membuat Ayleen merasa risih karena perbuatan mereka.
Gadis yang merasakan dahaga itu meninggalkan halaman sekolah dengan berjalan kaki. Rupanya sepasang kaki miliknya itu ingin membawa dia masuk dalam minimarket yang jaraknya tak jauh dari sekolahnya. Melewati warung pojok dimana tempat para anak laki-laki yang bisa disebut "Berandal" kumpul kerbau.
Ayleen melewati jalan beraspal yang sepi pengendara itu di tengah teriknya matahari. Dari kejauhan terlihat dia berjalan melewati fatamorgana.
"Siapa dia?" kata seseorang yang melihat gadis berjalan seorang diri.
"Astaga! Rupanya adik kamu cantik juga" celoteh yang lain.
"Apa aku mulai menyesalinya?" ujar Ilham.
"Apa yang harus kamu sesali?" kata Zidan.
"Seharusnya aku memperlakukannya dengan sungguh-sungguh dan aku harus berterima kasih padamu telah menyuruhku melakukan itu" celoteh Ilham.
"Ada apa dengan otak kalian!" Zidan membentak mulai frustasi. Yang padahal Zidan sempat curi-curi pandang melihat adiknya sendiri.
Suara motor semakin mendekat mengarah pada Ayleen.
"Butuh tumpangan?" kata pengendara motor itu.
"Lihat! Dia sama laki-laki yang kulihat tadi" kata Ilham, yang ternyata mereka masih memperhatikan gerak-gerik Ayleen dari dalam warung.
"Enggak usah, nggakpapa" Ayleen menolak halus.
"Ayolah" dia berusaha membujuknya.
"Hmmmm....."
"Ayah meminta kita langsung pulang!" tiba-tiba ada suara tak diundang ikut bergema.
"Huh?" Ayleen terkejut sekaligus bertanya karena dia tiba-tiba muncul dihadapannya.
"Aku tahu pasti ini hanya akalanmu saja" kata Ayleen dalam hati.
"Ada apa? Kenapa ibu nggak bilang sama aku?" kata Ayleen pada Zidan.
"Itu karena ayah yang memintaku menyampaikannya padamu"
"Ayah? Ibu? Kalian bersaudara?" Satria dibuat bingung.
"Ini karena aku terpaksa" Zidan menggurutu.
"Apa katamu?" Ayleen mendengar ucapan Zidan.
"Ayo, kamu bertanya padaku butuh tumpangan kan? Sekarang aku benar-benar membutuhkan itu" kata Ayleen yang mulai naik motor dan mengabaikan Zidan.
"Hei!! Apa kamu tidak dengar ucapanku?!"
"Ayo pergi" perintah Ayleen pada Satria.
"Hey?!! Hey?!!!" Zidan meneriaki mereka yang semakin lama semakin jauh.
"Dia bahkan tidak menatapku" Zidan berbicara sendiri di tempat dia berdiri.
Sepasang pemuda berlawanan jenis sedang menunggangi kendaraan bermotor dan menyebabkan rambut gadis itu beterbangan tidak keruan karena gadis itu tidak memakai helm.

KAMU SEDANG MEMBACA
Punk-eran
Teen FictionBukan kakak tirinya yang membuat dirinya resah, melainkan seorang laki-laki yang tak ada bandingannya dengan tukang becak yang lusuh. Siapakah laki-laki yang membuat gadis yatim ini terombang-ambing jalan hidupnya?