"Sekali lagi macam-macam, siap-siap lihat muka sendiri di majalah dinding depan sekolah!" teriakan Ayleen mulai mendekati Gauri dan Satria di lantai bawah, dengan menggenggam ponselnya.
"Hey!! Hey!! Apa urusan kita akan selesai dengan itu?" disusul dengan teriakan Zidan yang mulai mendekat pula.
Ayleen yang sampai lantai bawah terlebih dulu telah melihat keberadaan Satria yang masih berdiri di depan pintu kayu bersama Gauri.
Langkahan kaki yang cepat itu mendadak terhenti melihat dua orang berdiri di depan pintu kayu dan membuat Ayleen tercengang dengan kehadiran salah satu mereka.
"Huh? Satria?" gumam Ayleen.
"Kamu kenal dia?" Gauri menyahut.
"Bagaimana tidak kenal, mereka aja pernah kencan" Zidan ikut memasuki pembicaraan.
"Huh?!" Gauri terkejut sehingga dia menatap Satria dengan tajam.
"Hei! Jangan sembarang bicara!" Ayleen melempar salah satu celana dalam milik Zidan yang mana keduanya belum ia kembalikan kepada pemiliknya.
"Ya, kami memang berpacaran dan kencan satu kali" celoteh Satria dengan entengnya.
"Astaga! Siapa yang akan membelaku kali ini?" Ayleen memalingkan wajah dari mereka dan bergumam sendiri.
"Hei! Siapa bilang kita memang berpacaran? Kamu kan baru menemuiku tadi siang!!" Ayleen menegur Satria dari tangga menuju turun ke bawah.
"Ah, sial!" Ayleen mulai merasakan kepedihan itu lagi di telapaknya yang bercucuran darah.
"Ih!! Ngikut aja!" Ayleen melempar celana dalam satunya milik Zidan, yang mana rupanya dia secara tidak sadar tetap memegang celana dalam warna hijau itu.
Pecahan kaca kecil masih terjebak diantara kulit Ayleen, menyebabkan darah tidak berhenti mengalir walau sudah terlilit kasa.
Gauri menarik Ayleen ketika ia hendak berjalan menjumpai Satria yang sudah duduk di sofa.
"Apa benar kamu ada hubungan dengan lelaki itu?" Nada Gauri seperti tergesa-gesa.
"Hei, ketemu dia aja baru tadi siang" ujar Ayleen.
"Syukurlah"
"Memangnya kenapa? Ada yang salah?"
"Tepat sekali!"
"Apa? Apa yang salah? Hm, kurasa aku ahli membaca sifat seseorang" celoteh Ayleen menyeringai.
Kembali menemui tamu tak diundang, Ayleen tiba-tiba mengganti bajunya dan sudah bersiap untuk bepergian. Satria yang nampak bingung bertanya pada Ayleen.
"Mau kemana kamu?"
"Bukannya kamu ingin kencan? Ayo"
"Huh?!" Satria tercengang.
Merupakan salah satu moment romantis, Ayleen sengaja mengajak Satria ke sebuah cafe yang terkenal dengan konsep romantisnya.
Cafe yang berada di seberang jalan kota ramai pengunjung, terlebih jika cafe tersebut terletak tepat di perempatan lampu lalu lintas.
"Kudengar ini tempat paling romantis, dari penampilannya sih aku setuju dengan julukan itu" celoteh Ayleen.
"Hm, tapi sepertinya pengunjungnya penuh. Sejujurnya aku kurang nyaman jika terlalu ramai orang" Satria berkeringat dingin.
"Menurutku nggak begitu ramai, disana masih banyak tempat kosong. Yuk" Ayleen langsung menarik Satria masuk dalam cafe itu.
Satria terlihat seperti orang yang sedang ketakutan akan peristiwa yang akan terjadi. Dia terlihat tidak nyaman dengan cafe yang dipilih Ayleen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Punk-eran
Novela JuvenilBukan kakak tirinya yang membuat dirinya resah, melainkan seorang laki-laki yang tak ada bandingannya dengan tukang becak yang lusuh. Siapakah laki-laki yang membuat gadis yatim ini terombang-ambing jalan hidupnya?