Bagian 5

30 5 0
                                    

Di depan pagar sekolah tempat dimana sekarang Ayleen berdiri memandangi suasana yang harus Ayleen terima untuk memulai beradaptasi. Suasana dan lingkungn yang tentunya berbeda dari sekolah sebelumnya. Ayleen yang hanya datang bersama dua saudara tirinya ini berjalan bersama.
"Dia anak baru ya?" terdengar samar-samar banyak yang mengatakan itu ketika mereka melihat Ayleen dihadapannya. Hingga mereka berpisah karena ditempatkan pada ruang kelas yang berbeda, Gauri mengantarkan Ayleen ke kelasnya.
"Kalau ada yang macem-macem bilang aja adiknya Zidan" ucap Gauri lantang.
"Memang kenapa?"
"Kamu ini nggak tau apa nggak tau?. Zidan kan idola di sekolah ini"
"Ah masa? Model kaya Zidan bisa jadi idola?"
"Aihh dibilangin nggak percaya amat"
"Iya deh iya, eh tapi aku rada gugup nih. Gimana ya temen-temen baru aku"
"Santai aja, kuncinya adalah Zidan" Gauri menaikkan kedua alisnya seolah yakin jika kunci itu dapat memecahkan masalah yang menerpa Ayleen nantinya.

Gauri sudah meninggalkan Ayleen dengan menjejakkan tanah dari sepatunya. Dengan langkah ragu dan pelan, Ayleen masuk ke kelas dengan teman yang baru tentunya. Terdapat satu anak laki-laki yang menatap Ayleen yang membuat Ayleen risih sekaligus takut akan tatapannya. Tatapan yang tak biasa seperti hal lainnya, menatap dari ujung atas hingga ujung bawah nyaris tak berkedip seolah melihat sosok Ayleen ini adalah sosok lain di dunia yang lain pula. Akan tetapi, Ayleen memberanikan diri membuka mulutnya untuk bertanya "Hmmmm, kursi yang kosong mana ya?". Sontak, laki-laki itu menggeserkan posisi duduknya di sebelah kursi yang sdmpat ia duduki. Otak Ayleen langsung menangkap respon yang singkat itu, dan paham akan maksud dari geseran itu.

Tas punggung yang beberapa menit ia gendong itu ditaruhnya pada kursinya yang baru ia duduki selama beberapa detik. Ayleen mengeluarkan ponselnya lalu mulai mengetik
"Apa kamu sudah sampai di sekolah?" tulisnya, mengirim pesan untuk Ilham.
"Sudah, baru sampai parkiran"
"Kamu sudah?" lanjutnya.
"Sudah baru aja nyampe" balas Ayleen.
"Nanti ketemu di kantin ya" balas Ilham
"Oke, tapi kamu jemput aku di kelas ya"
"Okeee, bye (disertai emoticon love)"
"Pindahan dari mana?" laki-laki itu mulai membunyikan suaranya yang beberapa menit telah bungkam.
"Ha? Ehm, dari SMA Perwari"
"Pacarnya Ilham ya?"
"Huh?". Dalam hati Ayleen bertanya "Kok tahu, jangan-jangan daritadi dia ikut baca pesanku sama Ilham" gerutu Ayleen dalam hati.
"Ilham nggak pernah cerita soal aku ya?"
"Huh?" Ayleen makin bingung dibuatnya.
"Aku temen deketnya Ilham dari SMP" dia memperkenalkan diri tanpa Ayleen bertanya padanya.
"Adama" dia mengulurkan tangan kanannya.
Ayleen sempat ragu, apakah dia harus menjabat tangannya atau tidak? Mata Ayleen melirik padanya dan sesekali memindahkan lirikan itu pada tangannya yang masih terulur.
"Ayleen" Ayleen meresponnya dengan baik.
"Ilham sering lo cerita soal kamu" laki-laki itu mulai banyak bicara. Dari situlah Ayleen mematahkan keyakinannya yang sebelumnya menilai Adam ini laki-laki yang ya, bisa dibilang jutek, judes. Namun ternyata, supel juga. Ayleen menjadi tersenyum malu sebab telah salah menilai dirinya.
"Oh ya? Cerita apa?"
"Dia bilang kamu itu cewek yang polos, wajah kamu terlihat natural, cantiknya alami, kan banyak tuh cewek sekarang yang pake make up atau apa segala macem"
"Hehehehe, masa sih" pipi Ayleen merona mendengar percakapannya dengan Adam.

Di sela-sela percakapan antara Ayleen dan Adam, datanglah tiga perempuan masuk ke kelas dengan fashion yang trendy dan kece ala-ala selebgram masa kini. Sepatu yang licin bak lantai baru di pel, rambut terurai yang sangat tebal nan indah, wajah yang cantik rupawan khalayak wanita cantik pada umumnya. "Ini nih pasti tukang bully" kata Ayleen dalam hati.
"Bukan"
"Huh?" Ayleen menganga karena ia mengira Adam bisa mendengarkan apa yang Ayleen katakan walaupun tidak secara langsung.
"Kecantikan mereka masih selaras dengan otak kok" terangnya.
"Maksudnya, mereka juara di kelas?"
"Hmm, Jeni juga pernah memenangi kompetisi cerdas cermat antar kabupaten"
"Jeni yang mana?"
"Tuh, yang rambutnya diikat"

Salut, kagum. Belum lama Ayleen berada disini Ayleen sudah takjub dibuatnya. Banyak orang-orang yang berkarakter berbeda. Dari ekspresi wajah, cover dan isi yang sangat kontras dari yang dibayangkan. Memang hidup ini penuh kejutan. Meteran Ayleen suka sekolah ini menjadi 10% naik karena keajaiban ini. Tak sabar Ayleen menunggu kejutan-kejutan yang lainnya.

Punk-eranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang