Bagian 6

21 4 1
                                    

Ayleen dan Gauri kembali ke kelas masing-masing berjalan dengan santai setelah Ayleen mengeluarkan tenaga dan pita suaranya hanya untuk mereka yang tak berguna bagi dirinya.
"Mantap betul!" Gauri mengacungkan kedua jempolnya untuk Ayleen.
"Makanya Ay, dari awal aku udah curiga. Soalnya setauku dan seisi sekolah sudah tahu, kalau Ilham itu pacarnya seorang atlet taekwondo juga. Aku kira ya Ilham sudah putus sama si atlet itu dan ganti sama kamuuu" jelas Gauri sepanjang jalan.
"Mungkin yang lain juga berpikir seperti itu" lanjut Gauri.
"Awalnya juga aku nggak yakin" kata Ayleen yang nafasnya tidak stabil karena masih berjalan.
"Lalu kenapa kamu bisa sama dia?"
"Nggatau aku juga"

Di kelas yang sepi karena semua belum kembali dari markas mereka masing-masing, Ayleen bertanya pada Jeni.
"Jen, disini ada ekstra tari nggak?"
"Ada, kamu mau ikut? Aku juga punya nomor pelatihnya. Aku kan juga ikut"
"Oh ya, kalau gitu bilangin aja ya. Kalau aku mau gabung hehe"
"Kamu suka tari juga?"
"Ya gitu deh"
"Sebenarnya nanti juga ada latihan"
"Pulang sekolah?"
"Hmmm"
"Okedeh, nanti kabar-kabar aja ya kalau mau latihan"

Bel sudah berbunyi. Semua para kaum adam belum kembali. Hanya kaum hawa yang sudah tepat waktu kembali ke kelas. Ayleen yang tak mau lagi duduk dengan laki-laki munafik itu sengajak pindah tempat walaupun harus duduk sendiri di pojok kanan dekat jendela.

Guru mata pelajaran sudah memasuki kelas tetapi para kaum adam belum kunjung kembali.

Ayleen mengeluarkan bukunya yang masih kosong karena baru dibelinya. Bolpoin yang masih tersisa banyak tinta di dalamnya ia gunakan untuk mencoret di buku tulisnya.

Buku-bukunya ia kemasi dalam tasnya. Sudah waktunya pulang sekolah, sudah waktunya Ayleen melemaskan syaraf otaknya yang telah kaku.
"Ay, suruh kumpul di aula sekarang" kata Jeni.
"Kamu ada latihan Jen?" Yulia salah satu teman Jeni.
"Iya, kalian duluan aja"
"Okeee, Ay kita duluan ya"
"Iya iya hati-hati ya"

Ayleen dan Jeni yang baru saja keluar kelas, bertemu dengan segerombolan Zidan dan kawanannya. Lantas Ayleen menghentikan langkahnya itu karena terkejut akan kehadiran mereka. Ayleen takut akan terjadi hal yang tak mengenakkan pada dirinya.
"Ayleen" Gauri teriak dari kejauhan memanggil Ayleen. Lalu kemudian Gauri berlari mendekati Ayleen yang sedang bersama Jeni.
"Kamu duluan aja aku ada ekstra"
"Widih, baru aja masuk sekolah udah ikut ekstra aja"

Gauri meninggalkan Ayleen dan Jeni dengan berpamitan pada kakaknya.
"Mas, cepetan pulang. Awas kalo pulang telat" tegur Gauri.

Ayleen mengajak Jeni segera ke aula agar dia bisa juga menghindar dari kawanan banteng yang terlihat sudah merah matanya.

Ayleen dan Jeni berbasa-basi di sepanjang perjalanan menuju aula. Mulai dari Jeni bertanya sejak kapan Ayleen menyukai bidang seni hingga mengapa Ayleen menyukainya. Ayleen pun menceritakan semua pada Jeni. Hingga ketika Ayleen memberhentikan langkahnya karena Ayleen merasakan ada yang mengikuti dari belakang entah siapa. Namun ketika Ayleen menoleh ke belakang tak ada siapapun yang mengikuti dirinya.
"Kenapa Ay?"
"Nggakpapa"

Di aula yang membuat suara Ayleen menjadi menggema yang Ayleen pijak sekarang. Sudah banyak orang yang berkumpul di aula. Akan tetapi sang pelatih belum nampak. Semua orang memandangi Ayleen begitu Ayleen masuk ke aula.

Jeni terlihat sudah akrab dengan yang lain. Banyak yang mengikuti esktra seni. Mulai dari Tari, karawitan, sinden, hingga jaran kepang. Laki-laki dan perempuan jadi satu tak ada yang berbeda. Ayleen terus lengket dengan Jeni sebab hanya Jeni yang ia kenal saat ini. Dia malu untuk memulai perkenalan dengan yang lain. Sampai pada akhirnya Jeni memperkenalkan Ayleen pada yang lain.
"Ini Ayleen, anak baru"
"Haaay, aku Nanda"
...
"Dike"
...
"Salsa"
...
"Vanda"
Satu satu memperkenalkan dirinya pada Ayleen.

Punk-eranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang