Bagian 8

21 5 1
                                    

Luka yang hinggap di dahi Ayleen belum sepenuhnya kering. Hari ini dia mendapat dispensasi untuk mengikuti latihan di sekolah. Di perjalanan menuju aula, Ayleen bertemu dengan Zidan dan kawanannya dimana ketika mereka melintas, bau rokok menyengat sekali. Baju yang tak rapi, tak melengkapi bet, pakai sepatu warna-warni, rambut acak-acakan semua tercantum dalam diri mereka. Bahkan tak jarang, keluar istirahat bajunya bersih begitu masuk ke kelas lagi bajunya sudah lusuh.

Tatapan Zidan sungguh tak mengenakkan pada Ayleen. Tak mau kalah, Ayleen pun menatap Zidan serupa. Hingga tatapan itu berakhir ketika Ayleen dikejutkan oleh kehadiran Gauri secara tiba-tiba karena kelas mereka saling berdekatan.
"Sampe nengkleng gitu liat siapa sih" Gauri heran.
"Kamu nggak ada jam?"
"Ada sih, tapi mau ke toilet dulu hehe. Kebelet dari tadi. Kamu sih enak dapet dispen"
"Sana cepetan nanti keluar disini" gurau Ayleen.

Aula yang masih sepi, hanya ada Ayleen seorang diri. Jenny yang daritadi pamit ke kantin sebentar belum kunjung ke aula. Semakin lama Ayleen semakin merinding di aula sendirian.

Hingga laki-laki yang menjadi pasangan Ayleen ketika berkolaborasi datang. Berjalan santai sembari menenteng tas ranselnya, berjalan mendekati Ayleen yang mulai pura-pura sibuk.

"Cari apa?" tanyanya.
"Huh? Ehm enggak, bukan apa-apa"
"Udah makan? Cari makan yuk, di kantin sebentar"
"Huh? Tapiiii, anu hmmm" Ayleen berbicara terbata-bata karena dia bingung menolak dengan cara apa.
"Tenang, aku yang bayarin".
"Bukan gitu, tapi aku udah kenyang"
"Yakin?"
Ayleen hanya mengangguk.
"Tapi kalau aku memaksa?"
"Huh?"

Tanpa menunggu jawaban dari Ayleen, dia langsung saja menggenggam tangan Ayleen yang padahal namanya saja Ayleen belum tahu. Karena rasa tak enak hati, Ayleen menerima ajakannya. Walaupun malu harus ditanggung oleh Ayleen apalagi ini masih jam sekolah.

Tangannya yang masih menggenggam tangan Ayleen itu semakin membuat Ayleen jantungan. Apakah Ayleen mulai terbawa perasaannya?.

Begitu mereka melewati ruang kelas IPS 1, rupanya ada seorang laki-laki keluar dari kelas dan berpapasan dengan mereka. Sontak laki-laki itu terkejut karena tiba-tiba ada orang dihadapannya. Begitu juga Ayleen, yang terkejut sebab laki-laki itu ialah Ilham. Tentu kedua tangan yang bertemu itu membuatnya menatap begitu lama. Ayleen hanya menunduk karena rasa malu yang tak dapat dibendungnya.

***
Di warung pojok "Buk e", rupanya mereka semua berencana membolos pelajaran dan berkumpul di warung yang menjadi markas mereka di sekolah.

"Tadi aku mau kesini lihat Ayleen bergandengan sama pacar baru" Ilham mengadu pada kawan-kawannya.

"Serius?" Zidan menghentikan melahap makanannya yang hendak masuk mulut.

"Iya, baru aja aku ketemu sama dia" kata Ilham sembari menyemili gorengan di depan mata.
"Dan di dahi kayak di plester gitu, emang kenapa sih dia?" lanjut Ilham.

"Aku kan abis berantem sama dia kemarin" celoteh Zidan dengan enteng.

"Gila!! Kamu berantem sama adik kamu sendiri?!" satu temannya ikut berbicara.

"Nggak bakal kuanggap adik kalik!"

***
Ayleen yang masih diam tak berkata dengan pasangannya itu mengalihkan rasa malunya dengan menundukkan kepala dan mengaduk-aduk mangkuknya.

"Kamu Ayleen kan?"

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

Memberi isyarat jika dia mengetahui nama Ayleen melalui bet nama yang terpasang di dada sebelah kanan.

"Itu nggak adil, kamu tau namaku sedangkan aku tidak tau siapa dirimu"

"Panggil aja Satria"

"Itu namamu sungguhan?"

Punk-eranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang