Chapter 8

2.6K 511 119
                                    

Seoul

Hoseok melihat Yerim yang terbaring di kasurnya.

"Kurasa dia tidak apa-apa. Hanya saja, auramu membuatnya pingsan." Hoseok menjelaskan seraya merapikan selimut yang menutupi badan Yerim.

"Aku hanya benci melihat Jimin, bukan aku bermaksud membuatnya pingsan." Bela Joohyun saat ditegur Hoseok. "Lagipula itu hanya aura. Bagaimana dia bisa pingsan?"

Jungkook yang ada di kamar itu hanya menutup bibirnya rapat-rapat. Mengosongkan pikirannya, membuat Yoongi tidak bisa membaca apa yang dipikirkannya. Mengenai sosok bermata merah yang dilihat Yerim entah kapan, atau tentang Yerim yang merupakan keturunan dracula. Dia harus segera bertanya ke Namjoon tentang ini. Karena dia tidak mungkin merepotkan Seokjin.

"Akan lebih baik kalau kita semua mengosongkan kamar ini," usul Yoongi. "Biarkan dia beristirahat. Lain kali, jangan keluarkan aura itu lagi Joohyun. Peringatan dariku."

"Kamu dan Hoseok lebih muda dariku, dan melupakan honorific hanya karena anak ini saja." Ejek Joohyun sementara Yoongi hanya menatap kesal.

"Mungkin karena Yerim anak angkatnya Yoongi." Kata Seokjin yang membuat semua kepala saling bertatapan.

"Bilang apa barusan?" Tanya Namjoon tak percaya "Siapa yang anak angkat?"

"Jadi kalau aku mau melamar Yerim, aku harus bilang pada Hyung?"

Lagi-lagi semua kepala bertatapan.

"GILA. APA AKU MENDENGAR SEMUANYA BENAR?" seru Sooyoung, yang dihadiahi bekapan di mulut oleh Namjoon.

"Ada orang pingsan, dan kamu berteriak."

"Haammi khank hukhuk hehamar. Hahek ajhyyyuu huhah behar" seru Sooyoung dalam bekapan Namjoon, tetapi hitungan detik Sooyoung sudah di bawa keluar.

Hoseok kemudian berdiri dari tempatnya duduk, disebelah kasur milik Yerim, lalu beranjak keluar, satu persatu meninggalkan ruangan. Meninggalkan Yerim tertidur di kamarnya.

☆☆☆

Seulgi tidak tahu sejak kapan pacarnya ini menjadi kurus, atau menjadi pendiam kalau berhadapan dengannya. Seulgi hanya menatap pacarnya yang memakan sandwich di ruang makan, dimana di sebelah pacarnya ada Taehyung yang juga memakan sandwich dengan brand yang sama.

Mereka berdua memperlakukan Seulgi seakan dia tidak ada di ruangan itu.

"Nah Seulgi, kamu mau makan apa?"

Suara Seungwan mengagetkan Seulgi. Dengan cepat Seulgi mengeleng, "aku sudah makan Seungwan ah. Semenjak bangun aku memang tidak terlalu banyak makan." Katanya kembali tersenyum.

"Masa transisi, nanti juga Noona bisa makan seperti biasa." Taehyung berucap lalu berdiri dari tempatnya duduk. "Aku masuk ke kamarku dulu."

"Tae—" panggil Seulgi.

Taehyung menolehkan kepalanya, "ya?"

"Everland jadi kan?"

Taehyung tersenyum "tentu, akan ku cocokkan jadwalku. Kamu libur hari apa aja Jimin?"

Jimin mengumam "hm... untuk minggu ini aku kosong. Kami belum masuk kuliah,"

"Baiklah. Nanti ku kabari lagi. Istirahat Noona."

Seulgi mengangguk, dan Taehyung meninggalkan dapur.

Jimin sendiri terlihat was-was, sebelum akhirnya melihat Seungwan yang menahan tawa.

"Lihat Jimin deh, Seulgi. Panik ada di dekatmu. Sepertinya dua tahun meni—maksudku dia kagok melihatmu." Seungwan merubah kata-katanya. Lupa apa yang terjadi selama ini.

Rewrite The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang