Chapter 21

4.1K 344 84
                                    



Naruto © Masashi Kishimoto


DLDR!


Waktu terus berjalan meskipun terasa sagat lama. Salju sudah hilang sepenuhnya sejak beberapa waktu lalu. Sekarang cuaca kian menghangat. Tunas di cabang-cabang pohon mulai terlihat, menandakan musim dingin telah berakhir.

Sasuke berjalan membawa buku tebal bersampul hitam. Langkahnya terhenti ketika sampai di depan sebuah pintu. Tanganya memegang kenop pintu, namun ia tak langsung membukanya. Hatinya bimbang. Bukan berarti ia tak ingin masuk, ia hanya terlalu takut. Dan perasaan itu tampaknya makin parah tiap harinya.

Akhirnya setelah mencoba memantapkan hati, Sasuke mengambil nafas dalam-dalam. Ia memutar kenop perlahan, seolah-olah takut jika bunyi pintu dapat membuat kaget seseorang yang ada di dalam sana. Perasaan tak karuan kembali menyeruak tatkala ia melihat sosok gadis yang tengah terbaring di atas ranjang. Ia menutup pintu dengan pelan kemudian duduk diatas kursi, tepat di samping ranjang.

Sakura masih tertidur. Setidaknya itulah yang ia percayai. Hampir tiga minggu Sakura hanya terbaring di sana. Lukanya sudah hilang sepenuhnya, namun gadis itu tak kunjung bangun. Walau begitu, keadaan Sakura sebenarnya membuat semua orang bingung dan cemas. Matanya bisa membuka dan berkedip dengan normal. Terkadang bola mata hijau itu memandangnya dan mengikuti tiap gerak-gerik Sasuke ketika berada di sana. Namun hanya itu. Sakura tak pernah membuka mulutnya ataupun menggerakan anggota badanya seperti orang lumpuh.

Tangan Sasuke terulur mencoba memeriksa suhu tubuh Sakura. Normal. Sasuke hanya menatap wajah Sakura. Suara hembusan nafas gadis itu entah mengapa membuatnya merasa tenang.

Beberapa hari yang lalu Tsunade bilang tak ada yang perlu di khawatirkan mengenai kondisi Sakura. Wanita paruh baya itu yakin bahwa sesuatu yang ditembakan pada Sakura, bukanlah sebuah amunisi. Karena wanita itu tak menemukan tanda-tanda adanya logam dalam tubuh Sakura. Tsunade mengatakan sistem kekebalan tubuh Sakura terganggu. Wanita itu menyarankan agar Sakura di bawa ke rumah sakit anbu jika ingin mengetahui keadaan yang sesungguhnya karena klinik akademi tak mempunyai peralatan yang memadai. Dan Sasuke akan jadi orang pertama yang menentang ide itu. Karena itu sama saja dengan memberikan anak ayam dengan cuma-cuma pada seekor singa yang kelaparan. Ia takan membiarkanya.

Sasuke menggenggam tangan Sakura. Satu-satunya tangan yang bisa digenggamnya saat ini. Yang bisa membuat dirinya tetap sadar di saat-saat yang penuh kegilaan ini. Tangan yang membuatnya tetap bertahan walaupun kini ia merasa kecewa dan sakit hati. Seseorang yang lebih menderita di banding dirinya. Dan sekarang ia bahkan merasa hampir tak bisa menegakan kaki ketika orang-orang yang di sayangi mengkhianatinya.

Segera setelah kejadian tempo hari, Sasuke segera menghubungi Itachi. Ia ingin menanyakan alasan kakaknya berbalik tak mendukungnya. Ia ingin memastikan jika ada sesuatu yang tak beres dengan Kakaknya itu. Namun sayangnya Itachi kembali mematahkan harapanya. Kakaknya bahkan memintanya tak usah menghubunginya lagi. Ia kembali merasa kecewa dan marah walau jauh di lubuk hati yang paling dalam ia tau, Itachi sangat menyayanginya.


***


Mata Sakura terbuka. Ia haus, tenggorokanya terasa kering. Tubuhnya terasa baik-baik saja kecuali tidak bisa di gerakan. Suaranya pun hanya bisa diucapkanya di dalam benaknya. Ia kesusahan menggerakan bibir. Sakura bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah ia terkena stroke? Ia takut jika dirinya benar-benar menjadi mayat hidup seperti ini.

Sakura melirik ke samping. Ada Sasuke di sana. Pemuda itu tertidur, kepalanya berada diatas ranjangnya. Sakura dapat merasakan hangat yang berasal dari tanganya yang berada di genggaman pemuda itu. Entah perasaanya saja atau memang Sasuke selalu bertingkah manis ketika ia tertidur? Pemuda itu bukan tipe orang yang akan menunjukan perhatianya secara terang-terangan.

ANBU ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang