Naruto © Masashi Kishimoto
Tubuh-tubuh orang yang dikenalnya tergeletak tak bernyawa diatas tanah. Tak ada tanda-tanda orang yang masih hidup di sekitar sana. Ia mulai cemas saat di periksanya tubuh-tubuh kaku itu dari dekat untuk memastikan. Namun bukan salah satu dari mereka yang ia cari.
"Sial!" perasaanya mulai tak karuan.
Ia segera berlari sekuat yang ia bisa. Diterabasnya semak-semak berduri yang menghalangi langkahnya. Pikiranya kalut. Bagaimana jika tak seorangpun di hutan ini yang selamat? Bagaimana jika mereka akhirnya menangkapnya? Berbagai skenario buruk berputar dengan cepat dalam kepalanya membuatnya sedikit pusing.
Ia sama sekali tak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Tak pernah sekalipun ia berpikir mereka akan membantai anak-anak yang bahkan belum paham apa artinya menjadi prajurit ANBU. Apa kesalahan yang telah mereka perbuat hingga pantas mendapatkanya?
Lalu langkahnya melambat ketika ia samar-samar melihat punggung seorang yang tengah duduk diatas tanah. Semakin dekat, ia jadi semakin takut. Ia tau siapa yang ada di depanya. Sosok itu diam tak bergerak membuat jantungnya berdegup lebih kencang.
Disentuhnya pundak ringkih itu. Dadanya hampir meledak ketika dilihatnya sepasang mata yang balas menatapnya sambil berurai air mata.
"Aku...membunuhnya..."
"Sa...Sakura...," ia hampir tak mempercayai apa yang kini dilihatnya.
Tayuya terbaring dengan mata yang menatap horror. Kedua tanganya terpelintir tak beraturan. Wajah dan tubuhnya di selimuti darahnya sendiri. Gadis itu tetap diam tak bergerak pada posisinya. Hatinya mencelos melihat pemandangan yang ada tepat di depan matanya.
Ia sering ikut berperang bersama pasukan ANBU, ia juga terbiasa membunuh orang tanpa ampun. Bau anyir darah bukanlah hal baru baginya. Namun kali ini benar-benar membuatnya mual.
Teman yang sudah di kenalnya sejak masih kanak-kanak kini mati mengenaskan. Tayuya adalah perempuan yang sangat di sayanginya. Meski hanya sebatas teman, tapi ia bahkan pernah bercita-cita menjadikanya pendamping hidupnya kelak.
Ia tau latar belakang gadis itu. Tayuya adalah korban kekejaman ANBU. Kedua orang tuanya dibunuh oleh ANBU atas tuduhan pencurian sebuah senjata ilegal ketika ia masih kecil. Setelah itu ia dirawat oleh salah satu keluarga ANBU terpandang di Konoha. Tapi hidupnya tak lebih baik.
Ia ingat mengapa ia begitu mudahnya dekat dengan Tayuya. Mereka mempunyai banyak kesamaan. Salah satunya orang tua yang terlalu mengekang dan menuntut. Ia harus lebih baik dari orang lain. Belajar keras tak peduli jika tubuhmu meronta kesakitan. Mereka takkan pernah diakui jika mereka gagal.
Ia dan Tayuya selalu berbagi rasa sakit yang sama. Namun ia lupa jika rasa sakit gadis itu bahkan lebih besar darinya. Jauh di dalam lubuk hati Tayuya sangat membenci Konoha dan ANBU yang telah merenggut paksa kebahagiaanya. Namun di sisi lain, ia menjadi salah satu dari mereka. Itu bukanlah perkara mudah. Ia mendekat perlahan, lalu diusapnya mata yang terbuka lebar itu penuh rasa bersalah. Mata Tayuya tertutup. Ia harap gadis itu kini tak perlu merasakan sakit lagi.
"Aku membunuhnya...," tangis Sakura pecah. Ia menatap kedua tanganya yang gemetar hebat. Kata-kata Sasori jadi kenyataan. Malam itu ia benar-benar menjadi seorang pembunuh. Gadis itu meraung putus asa.
Ia pegang kedua tangan Sakura yang sedingin es. Ia marah dan menyesal. Jika saja ia datang sedikit lebih awal, mungkin semuanya takkan jadi seburuk ini. Andai saja semua berjalan sesuai rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBU ACADEMY
FanfictionPranggg! Stik itu terlempar jauh ke depan. Nafas Sakura memburu, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia benar-benar terkejut dan ketakutan. Ia menoleh ke kanan. Seorang pemuda jangkung dengan hoodie hitam berdiri dengan pandangan lurus ke depan. Ke dua...