Halo, gue kembali dengan Arga di Multimedia :) Btw, ini adalah tokoh yang ada di bayangan gue pas lagi nulis kisah mereka. Jangan terpaku di tokoh ini, ya. Gue nggak mau imajinasi kalian terpenjara dengan visualisasi gue. Imajinasi kalian pasti lebih syahdu ketimbang punya gue, gue percaya💚
***
Arga
Gue lagi main game di ponsel saat seseorang mengetuk pintu kamar gue dengan irama yang gue kenal.
"Masuk aja!"
Orang itu pun menjumbulkan kepalanya dari luar, lalu masuk dan menghampiri gue di ranjang.
"Ga, temenin gue basket, yuk!"
Gue berseru tertahan, antara malas dan juga kaget karena nyaris kalah, "males ah."
"Yaelah," Dirga menarik bantal tumpuan kepala gue yang sontak membenturkannya di kepala ranjang, gue spontan mendesis 'sialan' dengan mata tetap fokus pada game.
"Udah lama, nih, kita ga main duet," lanjutnya melempar bantal itu ke muka yang langsung gue alihkan dengan tangan yang bebas.
"Enggak dulu, ah. Gue lagi capek sumpah."
Mendengarnya, Dirga pun langsung menyerobot ponsel gue, "kalo capek tu tidur, bukanya main game."
"Ga, siniin, lah." Gue berusaha merebutnya kembali hingga akhirnya gue mendengar suara kekalahan dari belakang badan Dirga, "tuh, kan, kalah! Ah lo!"
Gue lagi meratapi nasib dan Dirga malah nyengir tanpa dosa. Untung lo kakak gue, coba aja kalau enggak! Abis lu.
"Udah sana keluar, ah! Balik ke habitat asal lo."
"Lo pikir gue monyet apa."
Gue tanpa sadar nyengir, "Lah, dia ngaku."
Dirga pun menjitak kepala gue sambil terkekeh. "Sialan lo," katanya sebelum mengalah beranjak pergi.
"Tidur yang nyenyak ya, Monyetku!"
Dirga hanya mengacungkan kepalan tangan dari balik pintu sebelum menutupnya dengan keras.
Setelah kepergian Dirga, gue yang niatnya mau start game lagi, jadi batal karena ada chat masuk dari line yang gak gue kenal.
Arman Wijaya : Malam. Arga, kan?
Angkasa : Malam. Iya, gue Arga.
Tak lama, masuk chat lagi.
Arman Wijaya : Oke, langsung aja, ya. Gue Arman dari XII-IPA.1, kapten basket sekolah.
Waduh, apa nih.
Arman Wijaya : Kemarin siang gue lihat permainan lo bagus juga pas main sama anak-anak basket. Makanya, gue berniat ngerekrut lo buat jadi calon kapten basket sekolah kita gantiin gue.
Lah. Apa-apaan.
Gue kaget dong. Saat gue mau ketik balasan berjuta tanya itu, ada chat masuk lagi.Arman Wijaya : Tenang-tenang, gue gak bakalan langsung ajuin lo ke anak-anak kok. Lo gue masukin anggota ekskul dulu, 2 minggu percobaan kalo performa lo makin bagus, baru gue ajuin lo jadi calon kapten basket. Gimana?
Angkasa : Gimana, ya? Gue bingung.
Arman Wijaya : Santai, Bro. Lo masuk aja dulu ke ekskul kita. Baru kalo lo gak betah, lo boleh cabut. Jarang juga nih kapten basket ngerekrut anggota kayak gini, kursi vip banget, kan? Gimana?
Gue menimang-nimang sejenak, gue juga lagi bingung mau masuk ekskul mana. Secara pribadi sih gue emang suka basket, itu karena si Dirga ngajakin gue basket terus sejak gue SMP. Selain basket, hobi gue juga skateboard. Di sekolah gak ada ekskul itu, tapi gue juga males kalau harus jadi kapten basket. Ribet.
KAMU SEDANG MEMBACA
#A letters
Teen Fiction"How can i love when i'm afraid to fall?" --- Tentang kisah masa SMA yang sebenarnya biasa aja, nggak antik sama sekali, apalagi romantis. Beneran, kisah ini biasa aja. Tapi, cerita ini cocok untuk kamu yang mendamba kisah kehidupan SMA dengan konfl...