#9

70 12 35
                                    

Mau tau nggak gimana cara Arga natap Nadia? Cek mulmed💚

***


3rd Pov

Arga menghentikan Nadia sejenak di koridor kelas 11, tak memedulikan tatapan penuh tanya dan bisikan-bisikan yang mengikutinya. Tas Nadia masih dibawa olehnya, dan kini dia memasangkan kembali jaket kulit hitam yang tadi sempat dipakaikannya pada cewek itu waktu jam pelajaran sejarah.

"Ngapain gue dipakaiin ini lagi? Gue kan udah baikan."

"Udah, nurut aja sama gue," jawabnya sambil merapatkan bagian depan jaket itu, dengan kedua tangan Nadia terbekap di dalamnya. "Cuaca luar lagi dingin, ntar lo pingsan lagi gue yang repot."

Nadia pun hanya mendesis, ikut saja dengan perlakuan cowok jangkung itu.

"Yuk," kata Arga sambil merangkul Nadia akrab dengan tangan kanan yang bebas karena tangan kirinya menenteng tas Nadia, sementara tasnya sendiri tersampir di bahu kiri.

Nadia langsung melempar tatapan sadis padanya begitu tangan cowok itu melingkari pundaknya, tak mau melangkah maju, dan baru mau berjalan lagi begitu Arga melepas rangkulannya dengan cengiran kecil.

Ketika melewati lapangan basket dan lapangan sekolah, semua mata tertuju pada muda-mudi ini. Nadia malas berada dalam posisi itu, dan dia lebih memilih menunduk memainkan ponselnya disaat Arga cuek menatap lurus ke depan.

Setibanya mereka di parkiran, mereka bertemu dengan Arman dan gerombolannya. Melihat Nadia yang memakai jaket Arga, dan Arga yang membawakan tas Nadia, membuat Arman bangkit berdiri dari posisi bersendernya di motor.

"Wih, bawa anak orang pulang, nih," sapa Arman ramah berusaha menyembunyikan kebencian di nada suaranya.

Nadia mendongak sebentar, lalu mengalihkan pandangan ke arah ponsel lagi. Batinnya malas bertemu dengan cowok ini.

"Iya, nih, Kak. Kita duluan, ya."

"Ati-ati, Bro! Kata orang, tu anak galak kaya mak lampir."

Nadia mendongak lagi dengan tatapan bengis dan langsung bertemu pandang dengan kedua mata yang dulu sempat memberikannya ketenangan itu.

"Wah, bercanda doang, Cantik," kata Arman kemudian yang langsung membuat Nadia menunduk malas lagi, tanpa berniat meresponnya.

Arga nyengir sebentar sebelum meraih tangan Nadia dan membawanya pergi. Rasanya dia merasa kupingnya risi mendengar ucapan kapten basketnya itu, dan juga...tak terima?

"Lo gak berubah, Nad," bisik Arman lirih sembari memandang kedua punggung yang bergerak menjauh itu.

***


"Lo bawa mobil tapi kok bawa jaket gini, sih?" tanya Nadia dengan tubuh masih terbungkus jaket Arga.

Sebenarnya semasuknya mereka di mobil hitam Arga tadi, Nadia hendak langsung melepas jaket itu tapi urung karena tak kuat dengan pendingin mobil Arga. Meskipun cowok itu langsung mengatur ulang suhunya, tapi tetap saja hal itu tak membantu. Nadia masih merasakan gigil.

"Gue udah kebiasaan bawa jaket terus, kalau gak jaket ya seenggaknya hoodie," Arga menjawab sambil sebelah tangannya tergerak untuk menyalakan radio, sementara matanya masih menatap santai ke depan.

It must have been love, but it's over now...
It's must have been good, but i lost it somehow...

Suara penyanyi yang langsung menuju bagian reff itu seketika membuat mata Nadia terbelalak ke arah Arga yang kini masih menatap jalanan di depannya dengan bibir bergerak mengikuti alunan musik itu.

#A lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang