Aw, double update aja ah soalnya aku abis ini bakal jarang buka wattpad. XD
Btw, di mulmed ada Arga dengan hoodie yang nantinya bakal sering dipakai sama Nadia, nih. Kuy, intip.***
Arga
Gue mengangkat kaki kanan dan sesekali melempar pandangan ke arah cewek headset itu di barisan cewek.
"..Delapan! Satu! Dua!.."
Gue berhenti ngelakuin pemanasan ini dan hanya memutar-mutar pergelangan kaki santai. Baru ketika Pak Guru Olahraga yang belum gue tahu siapa namanya berkeliling, gue kembali memasang posisi kuda-kuda dengan badan menghadap ke samping, mengikuti yang lain.
Dua tiga kali itungan pemanasan lagi, Pak guru itu meniup peluitnya, mengomando kami untuk merapatkan barisan, mendengarkan omongannya.
"Kali ini, olahraganya bebas. Terserah kalian mau main bola besar atau latihan fisik atau apapun, asalkan masih di lapangan ini," katanya yang langsung membuat anak-anak sumringah, termasuk para ceweknya.
"Tapi inget, ya! Harus olahraga. Gerakin tubuh, jangan gerakin mulut aja gosip di pinggir lapangan," lanjutnya menghadap ke arah cewek-cewek yang langsung membuat mereka nyengir.
Gue ikut menatap anak-anak cewek, termasuk Nadia yang sekarang sedang menunduk sambil mengikat tangan di belakang tubuh dan kakinya memainkan kerikil di bawahnya santai. Rambut pendeknya terkuncir asal, dan beberapa helai terlepas di sekitar telinganya. Gue gemas banget pengen ngusilin dia begitu ngeliat gaya rambutnya yang berantakan itu.
Suara peluit kembali terdengar, membuat kami memfokuskan diri pada Pak Guru olahraga itu lagi.
"Oke. Juna! Sini."
Juna pun maju dari barisan dan memenuhi panggilan itu, "Ya, Pak."
"Jaga anak buah kamu, ya. Jangan lupa nanti absen kelas taruh aja di meja saya."
"Siap, Pak!" Juna memasang posisi hormat, lalu mengambil alih komando begitu Pak Guru itu pamit.
Regu cowok memutuskan untuk main futsal, sedangkan regu cewek main baseball. Dan kami langsung berpencar, regu cewek ke arah lapangan kecil si sisi kanan lapangan olahraga, dan kami para cowok mulai membagi tim di lapangan olahraga yang lebih luas.
Sekitar setengah jam lebih kami asik bermain, dan skor tim gue lebih tinggi dua angka dari tim Juna karena ada Rian disini. Katanya, sih, Rian ini Rajanya futsal. Dan setelah gue ngelihat sendiri gimana cara main dan kegesitannya, kayaknya julukan itu emang pantes buat dia.
Pas gue lari dan di dekat gue ada Nadia yang lagi lari juga, tanpa babibu gue langsung aja tarik tangannya dia dan bawa dia lari keluar lapangan.
Kepergian kami tidak disadari siapapun karena gue langsung nggiring dia buat melipir di samping gedung olahraga, tapi cewek ini tak henti-hentinya berusaha ngelepas pegangan tangan gue, walau berujung sia-sia.
"Lo mau bawa gue kemana?!!" tanyanya dengan napas terengah-engah.
Gue nggak berminat jawab, dan terus giring dia naik ke atas gedung olahraga yang belum sepenuhnya selesai dibangun lewat tangga yang masih beralas semen.
KAMU SEDANG MEMBACA
#A letters
Teen Fiction"How can i love when i'm afraid to fall?" --- Tentang kisah masa SMA yang sebenarnya biasa aja, nggak antik sama sekali, apalagi romantis. Beneran, kisah ini biasa aja. Tapi, cerita ini cocok untuk kamu yang mendamba kisah kehidupan SMA dengan konfl...