Well, part ini dibuat khusus untuk mengupas tuntas siapa Arga sebenarnya. Sepopuler apa dia, dan bagaimana dia bisa sepopuler itu. Enjoy!❤
***
Nadia
"Nad, ntar malam kita nginep di rumah lo, ya?" Maggie bertanya antusias di telepon.
Biasa, kalau malam minggu, kami bertiga akan menghabiskan waktu menginap bersama. Atau tidak, hanya hang out dan jalan keluar menikmati hidup seperti remaja pada umumnya.
Semacam...pelepas kepenatan?
"Iya, iya. Udah, ya, gue mau jalanin aktivitas sabtu gue biar ntar malam sama besok tinggal nyantai. Oke, bye byee!" kataku menutup telepon sepihak tanpa menunggu jawaban Maggie yang pasti akan ngoceh kepanjangan, mengomentari sikapku yang katanya terlalu rajin.
Yeah, sebenarnya aku memang bukan tipikal orang yang suka menyia-nyiakan weekend dengan santai dan hanya tiduran, sih. Biasanya libur hari sabtu kuhabiskan untuk mengerjakan tugas yang diberikan seminggu itu, dan hal itu yang membuatku bisa bersantai disaat yang lain berkutat dengan tugasnya.
Sekolahku adalah sekolah swasta elite disini, dan salah satu sekolah yang ikut nerapin 5 hari aktif. Dan juga, sekolahku dapat dikatakan tak begitu mengekang aturan rambut siswanya, jadi jangan heran jika kamu berkunjung lalu melihat banyak anak-anak berambut pirang disini. Tapi meskipun begitu, sekolah tetap membatasi warna rambut, yaitu boleh dipirangkan atau diwarnai apapun asalkan itu tidak dengan warna yang terlalu mencolok mata sepetti ungu, merah, pink, dan sebagainya. Mayoritas dari kami adalah berambut hitam, pirang, atau cokelat gelap. Terkecuali, anak-anak olimpiade atau yang mau diikutkan lomba-lomba, rambutnya harus hitam.
Anak-anak disini meskipun elite dan tak tahu aturan, tapi soal akademik jangan diragukan lagi. Sekolahku adalah swasta favorit yang hanya menampung anak-anak pintar, karena untuk masuknya saja harus ikut ujian masuk.
Udah kayak mau masuk kuliah aja, ya?
Well, Sabtu pagi biasanya kugunakan untuk mencuci sepatu dan menyetrika seragam sekolah untuk seminggu ke depan, setelah itu sisanya baru kugunakan untuk membuat tugas sekolah ataupun membuat resume suatu mata pelajaran yang akan dibuat evaluasi minggu depannya.
Tapi, karena ini masih masa awal sekolah, dan belum ada tugas-tugas yang diberikan, aku cukup bisa bersantai setelah selesai mencuci sepatu dan menyetrika seragam. Aku juga merasa tak perlu membuat resume, karena belum ada evaluasi yang menunggu minggu depan.
"Nadia, kamu lagi santai, kan?" Mama menghampiriku yang kini sedang duduk di tepi kolam renang.
"Iya, Ma, kenapa?" tanyaku padanya sebelum menyeruput jus jeruk.
"Bisa carikan Mama buku ini di toko buku?" Mama menunjukkan layar ponselnya yang kini menampilkan sebuah gambar buku resep aneka puding.
"Lah, Mama kan udah punya yang kayak gini, Ma?"
Seingatku, di koleksi buku resep Mama, ada buku puding begini.
"Ngarang kamu," Mama kini menggeser layar ponselnya, lalu menunjukkannya kembali padaku, "ini yang punya Mama. Beda kan?"
Buku aneka puding juga, meskipun beda cover, tapi kurasa itu sama saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/160346393-288-k595032.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
#A letters
Teen Fiction"How can i love when i'm afraid to fall?" --- Tentang kisah masa SMA yang sebenarnya biasa aja, nggak antik sama sekali, apalagi romantis. Beneran, kisah ini biasa aja. Tapi, cerita ini cocok untuk kamu yang mendamba kisah kehidupan SMA dengan konfl...