Lembar 5

5.9K 561 52
                                    

Banyu yang masih berseragam baseball itu benar-benar gusar. Berkali-kali dia mengusap kasar wajahnya. Kala melihat lengan Langit ditusuk jarum tepat pada pembuluh vena, guna mengalirkan cairan intravena ketubuh. Sedikit info, Banyu takut dengan jarum. Ingin dia menutup mata, tapi tak bisa.

Tidak lupa, tabung tipis yang memberikan oksigen langsung atau nasal kanul yang terpasang dihidung Langit. Banyu meremas-remas tangan dinginnya, rasa was-was datang menyergap saat dokter tampan, dengan perawakan tinggi dan bahu lebar itu berjalan mendekat.

"Langit cuma kelelahan, nggak papa, kamu yang tenang." Ujar dokter yang bernametag Gagah Arjuno A itu. Biasa dipanggil Gagah. Banyu hampir saja menangis. Tapi ditahan. Tak mungkin dia nangis ketika adiknya itu sudah lebih baik kondisinya, bukan?

"Gue takut Mas, kalo dia kenapa-napa." Ya, memang Banyu takut kalau-kalau Langit.... Ah, sudahlah. Yang penting kondisi Langit sekarang sudah tak mengkhawatirkan. "Makasih, Mas."

"Aku harus pergi, ntar Hilda kesini." Banyu mengangguk.

-BanyuLangit-

Wajah pucat pasi yang sudah mirip vampir itu masih terlelap. Kalau ditambah taring pasti makin mirip. Tangan Langit yang bebas infus itu digenggam erat Banyu.

"Maaf," gumam Banyu. "Gue lebih suka lo yang nakal sama petakilan, daripada kayak gini dek." Akhirnya jebol juga pertahanan Banyu sedari tadi. Banyu sudah tak tahan. Pipinya basah oleh cairan asin dari pelupuk matanya itu. Masa bodoh kalau ada yang lihat.

"Semua akan baik-baik aja, Nyu." Sebuah suara yang sudah tidak asing bagi Banyu. Tangan hangat itu juga menyalurkan dukungan. Dengan memegang kuat pundak Banyu, lalu memeluk dari belakang.

"Mbak, gue takut." Cicit Banyu.

"Langit nggak papa. Tenang aja."

-BanyuLangit-

"Tahu nggak Langit pingsan?" Bening ikut mendengar apa yang cewek-cewek dikelas bahas disela-sela dia menggarap soal bahasa inggris, buat ngusir bosan. Bukan nguping, karena suara mereka cukup keras ditelinganya.

"Iya, kemarin pas latihan soal. Katanya, muka Langit pucet banget. Kayak nggak punya darah." Ternyata Langit, teman sekelas yang paling kondang. Kendati demikian, Bening tak terlalu akrab dengannya.

"Kasian banget yah?" Ujar salah satu cewek.

"Iya," timpal satunya. Bening sebenarnya penasaran. Tapi bukan tipenya ikut campur urusan orang.

-BanyuLangit-

"Bunda udah bilang, kan?! Kamu nggak jagain adek kamu, ya?! Kamu pasti nih, keluyuran sama temen-temen baseball atau apalah itu!" Banyu cuma nunduk. "Kamu tahu kan adek kamu sakit?! Awas aja, Bunda nggak bakal maafin kamu kalau kejadian lagi." Bunda berbalik badan meninggalkan Banyu yang masih terpaku dilorong yang sepi. Bunda marah? Pasti. Beliau sedang khawatir, Banyu maklum.

"Bukan salah kamu," seorang dokter perempuan keluar dari balik dinding. Dengan masih pakai setelan biru muda, khas baju khusus, saat operasi.

"Mbak Hilda ngintip?" Hilda, wanita yang memeluk Banyu tadi.

"Enggak, siapa juga yang ngintip. Aku cuma nggak sengaja denger." Ujar dokter pribadi keluarga Langit dan Banyu itu. Dokter yang sudah menangani Langit selama tiga tahun itu tersenyum. "Mau eskrim nggak?"

"Nggak usah, gue bukan anak kecil yang bisa dibohongi pake eskrim." Tolak Banyu mentah-mentah. "Lagian udah sore juga."

"Akhiri kenangan hari ini pake eskrim. Oke? Yuk!"

"Ha?" Hilda mengamit telapak tangan Banyu yang masih jawdrop, karena tidak mudeng sama omongan Hilda. Menuju kafe eskrim di seberang rumah sakit. Mereka, oh tidak, lebih tepatnya, Hilda memesan eskrim rasa kombinasi, dan cokelat dengan taburan choco chip diatasnya buat Banyu.

"Cokelat bagus buat kamu yang lagi cranky, oke? Sip." Kebiasaan Hilda, tanya sendiri, jawab sendiri. Setelah menerima pesanan, mereka duduk dekat jendela kaca. Ngobrol seru ala dua sejoli itu, apalagi kalau bukan baseball. Hilda penggemar gila olahraga itu. Sedikit banyak Banyu bisa ketawa lagi. Lupain kenangan yang dimaksud Hilda tadi.

"Eh, ngomong-ngomong. Ntar kamu terapi ya?"

-BanyuLangit-

Terima kasih sudah membaca,
Mulmed bukan punya saya.

Salam hangat,
HOI.

Wonosobo, 08 September 2018.

Banyu Langit ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang