Lembar 10

4.5K 431 40
                                    

Tak ada yang spesial. Tapi acara mlipir dari pelajaran membuat Langit dan Bening makin dekat dan akrab. Tadinya, saling sapa pun segan. Setelah terkahir kali bertemu di rumah sakit, itupun bunda yang paling banyak ngomong.

Sejak satu kelas sama Bening, Langit pengin banget kenal dekat sama dia. Tapi susahnya itu, lho. Bikin Langit keki. Mau nyapa saja, ragunya kelewatan. Seperti ada sekat pembatas tak kasat mata. Apalagi, Bening termasuk cewek cuek.

Bening tak menyangka, dia kira, Langit itu bakal sok pintar. Diluar kenyataan bahwa Langit memang genius. Tapi sedikit banyak, ada lho, orang yang sombong sama kepintarannya. Meremehkan orang, sok paling wah sendiri.

"Em, Bening." Mau manggil nama saja, seperti tekanan darahnya meningkat.

"Ya," mata Bening menatap Langit tanpa ragu. Kalau kata band Jamrud, ada pelangi dimatamu, ingin Langit bilang begitu. Langit tersenyum simpul, tapi netranya tak lepas dari Bening. Membuat Bening yang masih setia memegang benda pipih itu mengernyitkan dahi. Bingung sama tingkah laku Langit. "Lang,"

Langit terhenyak, dia sadar dari lamunan. Langit langsung berdehem sok cool. Dan itu sukses bikin Bening nahan tawa. "Lo mau ngomong apa?" lanjut Bening.

"Kasih kontak lo," Langit menyodorkan ponselnya, menyuruh Bening mengetikkan nomer telponnya. Dengan senang hati, Bening mengetik disana.

"Nih,"

"Makasih."

-BanyuLangit-

"Bam,"

"Ha,"

"Gue bingung."

"Bingung kenapa?" bukan menjawab, Banyu cuma menghela nafas panjang. Rasanya tidak tahu mau ngomong apa. Angin berhembus sedikit kencang siang ini, rooftop menjadi tempat asik buat Babam dan Banyu.

"Lo tahu nenek kan?" tadinya mau Banyu sembunyikan, tapi entah kenapa. Nalurinya mengatakan, dia kudu ngomong sama Babam. Babam dan Banyu memang terbuka satu sama lain. Dari rahasia dan aib masing-masing pun tahu. Banyu juga pengin berbagi, biar plong.

"Iya, kenapa nenek lo?" raut wajah Babam seketika serius.

"Nggak kenapa-napa." Kelegaan, kini tersurat diwajah Babam. Tadi dia sempat cemas, kalau terjadi sesuatu sama nenek.

"Alhamdulillah, terus?"

"Gue ngerasa ada yang nenek dan bunda sembunyiin. Nggak tahu apa." Banyu menatap hampa udara di hadapannya. Pikirannya kemana-mana. Apalagi sikap bunda akhir-akhir ini makin kentara tak sukannya, itu bukan masalah besar bagi Banyu. Bisa dibilang, tak peduli. Karena sudah terbiasa mungkin.

Babam menepuk pundak Banyu, "kalau memang iya, begitu. Suatu hari, pasti lo bakal dikasih tahu."

"Iya juga sih, cuman-"

"Udah lah, ayok. Mau bel." Bukannya Babam merasa apa yang dikatakan Banyu tak penting. Tapi kalau Banyu banyak pikiran. Itu berpengaruh besar pada permainannya. Dia juga sebetulnya penasaran, karena hidup Banyu berbeda dari kebanyakan orang. Dari yang Babam tahu, cuma kehidupan Banyu sehari-hari dan bunda dengan sikapnya itu. Yang terpenting adalah, bagaimana Banyu saat ini harus menjalani hidup dengan bahagia.

"Woe, tungguin gue!"

-BanyuLangit-

"Lagi?" dahi Babam mengkerut, "dari siapa sih?"

Masih Banyu lihat itu pintu loker, sebuah permen loli lagi-lagi menempel disana, bedanya, hari ini pakai sticky note bertuliskan 'sweet day!' dibubuhi emot smile. Banyu mengambilnya dan lagi-lagi dilempar pada Babam. Kali ini Babam cepat tanggap. Dia menangkap dengan tepat si permen. Banyu dikasih permen, mana mau dia. Kalau saja Babam tahu siapa pelakunya, dia pasti bakal negur. Luka kecil Banyu pasti kebuka.

Mood Banyu hancur seketika saat ngelihat lolipop itu. Dia menjatuhkan kepalanya, menyembunyikan pada lipatan tangan. Rasa sesak muncul didadanya. Meski ingatan masa lalu. Tapi pengaruhnya luar biasa pada Banyu. Babam hanya bisa menyalurkan energinya, menepuk pundaknya. Nanti, Babam akan cari tahu.

-BanyuLangit-

Siang ini, kakak beradik, Banyu dan Langit sama-sama latihan. Walau beda tempat. Yang satu duduk diam di kursi, ditemani soal matematika. Satu lagi, bersama tongkat khas berbahan kayu.

"Strike!" untuk ketiga kalinya. Banyu cuma memukul udara kosong.

"Banyu, kemari." Banyu menuju pelatih yang sedang bertolak pinggang dengan peluit menggantung di leher. "Apa itu tadi?"

"Maaf, coach." Hanya itu yang bisa Banyu ucapkan.

"Istirahat sepuluh menit, pikirkan kesalahanmu." Pelatih bukanlah orang yang egois, namun tegas. Dia bukan tipe mengomel-ngomel panjang. Lebih baik memberi jeda, karena latihan juga tak boleh memforsir tenaga. Bisa berabe saat sudah pertandingan. Muka Banyu memang terlihat pucat. Tubuhnya sedang lelah. Dia memilih duduk selonjoran di kursi official. Lama-lama, punggungnya dia rebahkan, menggunakan lengan sebagai bantal.

'Ibu! Bangun! Ibu!'

'Ckit! Brak! Brang!'

"Banyu!" suara panggilan Babam, akhirnya mampu membuat Banyu terbangun. Napasnya memburu, keringat membasahi dahi sampai pelipisnya. Tangannya bergetar, tanpa sadar Banyu menggigit bibirnya kuat, Babam merasa khawatir. Wajah Banyu begitu pucat saat ini. Dia tak berani tanya, karena Banyu terlihat….sangat takut.

-BanyuLangit-

"Argh!"

"Eh, bisa diem nggak lo?"

"Bosen nggak sih lo?"

"Lo ngapa sih Lang?" tanya teman seperjuangan yang sama-sama lagi ngerjain soal dan ditinggal guru pembimbing, Gara. Kebetulan empat siswa itu cowok semua, jadi lebih mudah untuk membangun chemistry.

"Males gue," Langit memang lagi malas-malasnya. Tiap hari ketemu soal melulu. Ada kalanya dia jenuh, benar-benar jenuh dengan rutinitas yang itu-itu saja. Benar kata Banyu, hidup Langit tak ada tantangannya. Tantangannya ya, sederetan angka-angka yang tercetak di kertas.

"Yaudah, mundur aja sana." Tukas satu temannya lagi, Bobby seraya terkekeh.

"Bisa dibunuh gue sama bunda."

"Yaelah, anak bunda." Ejek Bobby, buat yang lain ketawa. Langit cuma berdecih, tak menanggapi omongan orang itu.

-BanyuLangit-

"Nyu, lo kenapa?"

"…"

-BanyuLangit-

Yey, up lagi di awal Oktokber.
Lumayan lah, panjang..wkwk
Maapkeun, rasanya garing, kriuk, ulala...
Masih berduka tentang Palu, Donggala dan sekitarnya. Kalian yang tabah, yang kuat. Allah is always by your side.
Terima kasih sudah membaca...
Lop yu beibeh... :*

Salam hangat,
HOI

Wonosobo, 1 Oktober 2018.

Banyu Langit ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang