"Gue mau ulang tahun, lho." ㅡ Langit.
"Minta apa?" ㅡ Banyu.
"Kalau lo bahagia, itu udah gue anggep kado." ㅡLangit.
"Gimana aku bisa wujudin hadiah itu, Lang? Sedangkan kebahagiaan aku yang sebenarnya udah pergi."
-BanyuLangit-
Hari ini, Bian dan Babam kembali ke rumah sakit. Tidak seperti waktu itu, mereka hanya berdua. Begitu sampai di koridor, ruang rawat Banyu. Mereka disuguhi adegan lari-larian para doker dan perawatnya. Ada Gagah juga, dan berhenti tepat dihadapannya.
"Banyu di atas." Ujar Gagah, rautnya begitu panik. Babam tidak mudeng pada pernyataan Gagah.
"Di atas mana?"
"Rooftop, adek!" bumi seperti berhenti berputar. Dia mulai menganalisa jawaban Gagah. Banyu di rooftop, tapi kenapa mereka panik? Emang apa salahnya sama rooftop? Batin Babam.
"Bam!" lamunan Babam buyar, tatkala dia ketinggalan Gagah dan Bian yang sudah lari duluan. Meninggalkannya. Namun, sedetik kemudian, Babam mengerti. Kenapa mereka berlari kesetanan seperti itu.
"Semoga aja bukan itu," harap Babam menampik segala pikiran buruk yang menggerayangi otaknya.
-BanyuLangit-
Sebelumnya.
Banyu terus tidur, masih kentara sekali guratan sedih diwajahnya. Matanya bengkak, rambutnya kusut. Penampilan yang sungguh berantakan. Dia juga tak mau bicara kalau bangun. Padahal sudah di ajak ngomong.
Tapi, hal berbeda, Btari temukan sejak tadi pagi. Banyu tersenyum, dia mengatakan. 'Aku sayang bunda'. Dia terlihat bahagia sepanjang hari. Benarkah, Banyunya kembali?
Btari melirik ke nakas. Tumblernya sudah kosong. Dia mengambilnya dan pergi mengisi ulang air minum. Nenek sakit, karena kelelahan. Jadi Btari harus berjaga sendirian. Dia dirawat di rumah, alasan utamanya, karena, nenek tidak sampai hati melihat keadaan Banyu.
Sepeninggal Btari, Banyu terbangun. Dia memang sudah terjaga dari tadi. Hanya menunggu kesempatan, dia ditinggal. Tatapan matanya kosong. Seperti rumah tak bertuan. Walau seramai apapun, dia masih merasa sepi.
Banyu turun dari ranjang, dia keluar kamar dan langsung menuju lift. Dia ingin ke atap. "Lang, aku nyusul kamu, boleh?"
Setelah itu, Btari kembali dan menemukan ranjang Banyu kosong. Dia bertindak cepat menelpon Gagah. Tak mau kecolongan dua kali, Gagah otomatis melihat cctv. Btari juga berusaha mencari di sekitaran sana.
-BanyuLangit-
Angin sedang berhembus kencang. Semakin terasa kencang di rooftop saat sore hari. Banyu berdiri di teralis, tepian bangunan yang menjulang puluhan meter itu. Berbagai kenangan baik dan buruk kembali berputar di kepalanya. Seperti sedang nonton film. Meskipun dia lupa kejadian di masa lalu, tapi cerita nenek saat itu, Banyu seperti benar-benar masuk ke dalamnya. Pandangannya lurus kedepan, menatap hampa udara, dan beralih menatap lantai paving, dibawah sana.
Banyu tertawa, sesekali mengelurkan air mata. "Aku akan pergi kali ini."
Disisi lain.
Semua orang di dalam elevator sudah ketar-ketir. Kalau-kalau Banyu berbuat hal nekad. Padahal mereka pakai lift, dengan kecepatan tinggi menempuh jarak vertikal belasan lantai, namun rasanya seperti puluhan lantai, ditambah mereka harus menaikki tangga setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyu Langit ✔ [TERBIT]
Novela JuvenilDapat dipesan via IG @Amorimey.media [FIN] It's all about loving our parents, brothers, and friends. A little cry and put some sweet love. That's a life. -BanyuLangit- © 2018, Hoiland.