Jika dia punya kesempatan untuk menghancurkan suaminya-dia tidak akan punya kesempatan itu. Suaminya terlalu sempurna. Tidak akan ada orang yang mengira dia melakukan kekerasan terhadap istrinya di rumah.
Ada keinginan untuk pergi saja dari rumah. Dari kehidupannya bersama Mas Ikram. Tidak perlu lama, seminggu saja. Dia ingin berada di tempat yang dia inginkan tanpa tekanan yang disebabkan suaminya. Dia ingin makan makanan yang ia sukai. Selama hidup dengan Mas Ikram, makanannya pun terbatas. Mas Ikram tidak mau ia makan junk food dan makanan kaki lima. Mas Ikram selalu menentukan apa yang bisa mereka makan. Berbeda sekali saat mereka belum menikah. Bahkan sebelum menikah Kayla dan Mas Ikram pernah makan di warung seafood sederhana di gang kecil. Dan berpikir untuk protes pun Kayla tidak berani. Bukan hanya soal makanan saja. Soal pakaian. Soal riasan di wajahnya. Soal barang-barang lainnya seperti tas, anting, sepatu, model rambut... Semuanya! Mas Ikram yang menentukan.
Hari itu hari anniversary mereka yang pertama. Suaminya ingin merayakannya di restoran mewah di kawasan SCBD. Kayla sudah suka sekali dengan gaun biru tua panjang yang sudah lama tergantung di lemari. Namun suaminya menggeleng saat ia memakainya.
"Terlalu ketat," begitu komentarnya. "Ganti yang maroon saja."
Tapi Kayla sudah menyiapkan semuanya. Antingnya. Kalungnya. Cincinnya. Semuanya berwarna biru. Ah, kenapa Kayla kecewa suaminya tidak menyukai pilihannya? Seharusnya Kayla tidak excited sama sekali akan hari ulang tahun pernikahan mereka! Dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Dia justru ingin pergi!
Suaminya sudah siap dengan tuksedonya. Rambutnya pun sudah diberi gel. Pada saat biasa tenggorokan Kayla akan kering melihat ketampanan suaminya. Itu yang selalu terjadi ketika mereka bercinta setiap malam. Dia tidak bisa berpikir jernih setiap memandang suaminya yang rupawan. Namun hari itu ia sangat letih untuk mengagumi suaminya.
Pingganggku sakit. Bahuku juga sakit. Kayla menutupi kaca di ruang ganti agar ia tidak perlu menatap sekujur tubuhnya yang biru-biru. Dia heran, mengapa tidak sekali pun suaminya bersikap lembut padanya setiap bercinta? Suaminya selalu menggunakan kekerasan. Hati suaminya tidak tergugah melihat tubuhnya yang kesakitan.
Ada apa dengan suaminya?
Apakah suaminya memang kelainan atau sesuatu telah terjadi di masa lalu?
Orlando sudah memperingatkannya. Pak Jonas juga. Tapi kenapa dia tidak percaya saat itu?
Sederhana.
Dia tidak ingin kehilangan Bella.
Soal cinta, dia sudah tidak tahu lagi.
Dia tidak peduli.
"Nah, gini kan cantik." Suaminya berdecak dengan kagum melihatnya dibalut gaun berwarna maroon yang lebih longgar dan tertutup. Hanya bagian bahu dan dadanya sedikit terlihat. Untung saja lebam di bahunya sudah pudar walaupun masih terasa sakit setiap ia menggerakkan lengannya. "Daripada yang tadi. Sudah ketat. Backless, lagi."
Masa bodoh amat.
Eh, bukankah seharusnya aku berterima kasih? Aku kan tidak bisa pakai baju seksi lagi. Nanti orang berpikir apa melihat tubuhku yang luka begini, keluh Kayla.
Mobil Bugatti silver suaminya sudah siap di depan lobi rumah. Malam itu Mas Ikram mengemudi sendiri. Selama Kayla duduk di sebelahnya, ia tidak banyak bicara. Suaminya pun fokus dengan pikirannya sendiri.
Hening.
Untuk lima belas menit.
Kayla ingin bicara, tapi bagaimana bahan pembicaraannya tidak menarik bagi suaminya? Kayla tidak ingin mendengar suaminya menjawab, "Tidak ada hal yang lebih baik lagi untuk dibicarakan?". Suaminya sering begitu, terutama saat Kayla menanyakan pekerjaan suaminya. Tentu saja keduanya tahu itu basa-basi semata. Kayla mana mengerti pekerjaan suaminya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband's Obsession (Sequel of Ex-Husband) COMPLETED
Romance"Kamu harus lapor semua kegiatanmu pada saya setiap satu jam sekali. Kamu mandi, kamu makan, kamu masak, semuanya! Dan tentu saja kamu harus memperhatikan suamimu. Kamu harus ingatkan saya makan. Kamu harus ingatkan saya untuk tetap sehat. Ya, kamu...