SEMBILAN

2.1K 250 74
                                    


Ikram baru saja selesai meeting ketika sekretarisnya memberitahu bahwa ayah Orlando sudah menunggu di ruangannya sejak tadi pagi. Kemarin Ikram meminta jadwal untuk bertemu dengannya. Dia ingin membuat kesepakatan dengan ayah Orlando.

"Pak Hadijaya, terima kasih sudah mau datang," kata Ikram sambil menyalami ayah Orlando. "Saya lihat Bapak semakin sehat." Tentu itu basa-basi. Ikram dapat melihat ayah Orlando yang duduk di kursi roda.

"Ya, berkat kamu akhirnya mengizinkan saya untuk bertemu dengan cucu saya sendiri," jawab Pak Hadijaya sarkastis.

"Saya punya alasan mengapa saya melarang Bella bertemu dengan Anda."

"You're so stupid just like my own son." Ayah Orlando berdecak. "Saya tahu kenapa kamu melakukan semua ini. Karena Orlando sakit parah. Kalau Orlando tidak terkena kanker sialan itu, kamu pasti akan tetap menjauhkan Isabella dari saya."

"Ya, itu benar," jawab Ikram tenang.

"Jadi kenapa kamu ingin bertemu dengan saya?"

"Bella harus kembali ke Auckland. Dia sekolah di sana."

"Ya, saya tahu. Saya bicara banyak dengan cucu saya itu." Ayah Orlando diam sejenak. "Saya bisa tinggal di sana. Saya pun punya kenalan dokter yang bisa menangani Orlando."

"Jadi Bapak setuju Bella tetap sekolah di sana?"

"Ya, tentu. Saya juga tidak mau menghabiskan masa tua saya di sini. Jakarta hanya mengingatkan saya pada bisnis."

"Selain itu, Pak. Saya ingin Kayla tetap bisa menemui Bella."

"Perempuan itu! Apa yang kamu lihat darinya? Dia sudah menjerumuskan anak saya hingga dia menikah muda. Dia itu perempuan matre. Kalau Orlando tidak kaya..."

"Perempuan yang Bapak bicarakan adalah istri saya," potong Ikram geram. "Dan saya akan sangat tersinggung jika Bapak terus mengatakan hal-hal yang tidak benar tentang istri saya."

Pak Hadijaya mendengus. "Jadi apa maumu?"

"Bapak boleh bertemu dengan Bella, mengajaknya jalan-jalan, dan lain-lain. Tapi Bapak tidak bisa merawatnya sepenuhnya. Bella tanggung jawab saya dan Kayla."

"Kamu sama sekali tidak punya hak untuk melarang saya."

"Saya ayah tirinya. Lagipula, apakah Pak Hadijaya lupa dengan perusahaan CPO (crude palm oil) Bapak yang pailit enam tahun lalu? Perusahaan yang dengan terpaksa sekali harus saya akuisisi dengan perusahaan saya? Bapak lihat sekarang perusahaan itu jadi jauh lebih baik."

Betul. Saat itu Ikram melihat ada potensi di perusahaan kelapa sawit milik keluarga Hadijaya jika perusahaan itu di bawah kendalinya. Sayangnya perusahaan itu memiliki utang di mana-mana. Kalau Ikram tidak mengakuisisinya, barangkali perusahaan itu hanya tinggal kenangan.

Hal itu tidak diketahui oleh Orlando.

Orlando tidak tahu bahwa Ikram punya saham mayoritas di salah satu perusahaan keluarganya. Ikram tidak bisa membayangkan jika Orlando yang ambisius itu tahu apa yang dimiliki Ikram selama ini.

Ikram bukan orang yang suka mengungkit kebaikannya. Tapi tidak ada salahnya menjadikan itu sebagai senjatanya.

"Apa yang Kayla miliki sampai laki-laki pintar sepertimu menyukainya?" tanya Pak Hadijaya penasaran. "Dia tidak berasal dari keluarga yang berada. Dia juga tidak secantik itu. Ketika kalian menikah dia pun janda. Apa yang kamu lihat?"

"Saya yakin itu bukan urusan Bapak."

Maka begitulah kesepakatannya. Kayla tetap bisa mengunjungi Bella ke Auckland tanpa takut keluarga Orlando memutus aksesnya untuk bertemu dengan anaknya. Bulan demi bulan berlalu hingga hampir setahun mereka menjalani keadaan itu.

My Husband's Obsession (Sequel of Ex-Husband) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang