Siren

1.1K 74 68
                                    

Jakarta, Indonesia.

_12 maret 2018_
.
.

Siren, Satu-satunya murid yang tidak beranjak sejak bell pulang berbunyi beberapa menit lalu.

Tepatnya, siren Valerie. Parasnya bisa di bilang cantik. Namun kecantikan itu tertutupi dengan ekspresi datar yang dia punya. Wajah tanpa ekspresi nya membuat hidupnya bagai tak berwarna, ritme napasnya yang teratur mengatakan itu. Siapa pun yang melihatnya, akan tahu bahwa mood seorang murid yang benama siren itu sedang tidak baik.

Tapi tidak menjadi pertanyaan, saat seisi kelas tertawa dan bercanda ria karna menyambut jam pulang sekolah, namun hanya siren seorang yang tidak tersenyum dan tertawa diantara yang lainnya. Tidak mengherankan karna semua tahu, siren memang jarang menampakkan ekspresi lain selain datar. Singkat saja, siren tak itu sepenuhnya menjadi putri salju, tidak begitu cuek. Tidak begitu penyendiri. Tidak sering melamun.

Tidak sejak tragedi dua tahun silam, yang merenggut sosok yang ia kagumi, sosok yang ia cintai. Tragedi dua tahun silam, yang membuat senyum nya sirna.

Gadis itu melamun, menerawang ke luar jendela. apa yang menarik? Sejak tadi siren tak memutus matanya dari sana. Tak ada objek atau apapun diluar sana yang dapat di tilik dari lantai 3 kelas mereka.

Ah, mendung.

Di luar sedang mendung. Ya, katakan saja mendung adalah  pemandangan yang menarik bagi gadis bermuka datar itu.

Saat ini sedang dalam pertengahan musim hujan. Para murid di luar sana bertebaran dengan payung yang mereka pegang. Jaga-jaga jika hujan akan mengguyuri kota mereka pada sore hari ini.

Padahal, jauh dalam hatinya, secercah harapan ia panjatkan pada tuhan. Moga hari ini cerah, setidaknya ia punya harapan.

'aku ingin langit cerah, untuk hari ini saja'

Untuk hari spesial gadis berambut panjang itu.

Tapi tidak. Sepanjang hari ini, langit menampakkan gelapnya, menyadarkan siren bahwa tak ada yang bisa ia harapkan.

"Lagi-lagi mau hujan"

Siren mendengar ucapan itu dari sampingnya. Tanpa menolehpun, siren tau siapa pemilik suara itu.

Ali

Si cowok kacamata.
Teman yang sangat dekat dengannya, teman masa kecilnya.

"Kamu gak lupa bawa payung kan, seperti kemarin"

"Aku lupa" Jawab siren tanpa beban.

"Lebih tepatnya tidak peduli " Desis ali, terdengar seperti orang yang sudah sangat kenal dengan teman cewek satunya ini.

"Ada apa, al? " Siren akhirnya mengubah atensinya dan menatap Ali yang sudah duduk di meja sampingnya. Membuat posisi Ali lebih tinggi sehingga siren harus sedikit mendongak.

Ali mengeluarkan tangan kanannya dari saku celana. Dalam hitungan detik, tangan kanan nya sudah terulur di depan siren. Tapi telapaknya masih mengepal.
Pasti ada sesuatu yang dia pegang.

"Selamat ulang tahun" Senyum Ali tipis namun tulus. Senyum yang sering ia utarakan pada siren di beberapa keadaan.

Ya, hari spesial siren. Hari ulang tahun siren.

"Tebak apa isinya" Ucap Ali dengan antusias. Memancing senyum si gadis datar.

Siren menatap kepalan ali di depannya, lalu bergantian menatap ali dengan senyum yang sedikit meremehkan.
"Kalung"

Help Me (Revisi Sebelum Lanjut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang