Hipotesa

425 41 87
                                    

Tidak ada kemajuan terhadap hipotesa maupun analisa terhadap kasus yang terjadi di dekat sekolah menengah atas itu. Identitas korban masih tak bisa ditemukan. Pihak forensik hanya mengklaim bahwa korban berkulit putih, bertubuh gempal. Umur terpaut sekitar 45 sampai 50 tahun.

Ispektur moto yang di tugaskan untuk menyelidiki kasus itu menggeleng geleng ketika membaca kertas hasil atopsi yang keluar beberapa jam lalu.

"Tidak ada petunjuk lain? " Meletakkan kertas lembaran itu di atas meja, Ispektur berjalan mendekat pada partnernya yang sedang duduk di depan monitor.

Partner barunya untuk kasus 'pembunuhan pria paruh baya' , detektif Asta.

"Sepertinya pak natesh belum menemukan petunjuk apapun. Kita harus memulainya dari awal" Tukas detektif itu sambil mengetikkan sesuatu di panel result internet.

"Baru saja aku ingin mengambil cuti. Pak perwira keparat itu malah memberiku tugas berat ini. Huh, natesh sialan. Kenapa juga dia harus memiliki masalah lain saat sedang dalam penyelidikan" Gerutu inspektur gempal itu. Sebenarnya ia sedang kesal. Tapi kumis tebalnya yang bergoyang seiring komat kamit mulutnya saat mengomel membuatnya lucu.

Detektif yang terlihat sehat dan bugar itu tak memedulikan partnernya. Walaupun ini kali pertamanya ia berada dalam satu kasus dengan pak inspektur_yang katanya banyak bercanda dan sedikit tidak becus itu_ia, sebagai detektif kepolisian harus tetap bersikap profesional.

Bahkan sejak beberapa jam lalu saat ia tiba tiba saja di tunjuk untuk mengemban kasus yang sedang viral di masyarakat, detektif asta sudah menyiapkan banyak siasat.

"Apa yang kau cari? " Pak inspektur berkumis tebal dan bertubuh gempal itu sedikit membungkuk untuk melihat layar monitor lebih dekat. Lalu mengeja tulisan hasil pencarian si detektif.

"Ka-sus ber-darah...?"

Detektif mengangguk.
"Kasus pembunuhan sepuluh tahun silam, yang masih menjadi misteri. karna sampai sekarang.. Pelaku belum di temukan"

Inspektur ber-ah antusias.
"Aku ingat kasus itu. Pembunuhan di plano, Texas... Kalau tidak salah kasus itu sudah di tutup"

"Ya, tepatnya musim panas lima tahun yang lalu. Interpol juga para intelejen texas sendiri mengaku tidak bisa menyelidiki kasus tersebut lebih lanjut"

Inspektur itu mengangguk angguk. Ia berdiri tegap. "Lalu apa ada hubungannya dengan kasus ini?"

Untuk apa detektif yang katanya selalu memecahkan kasus dengan cepat dan rapih itu membuka situs bangkai yang sudah tidak pernah dibahas lagi. Inspektur moto yakin pasti ada sesuatu yang mengganggu otak cerdas detektif itu.

Detektif berkepala tiga itu menopang dagu.

"Artikel Kasus pembunuhan 'berdarah' di texas sepuluh tahun silam mengatakan, bahwa senjata pembunuhan adalah pisau berukuran 12-17 cm. Memiliki bentuk yang kecil dan tipis, cirinya melengkung dan runcing di bagian ujung. Lebih tepatnya pisau dapur, pisau untuk memotong dan mencincang daging"

"Dan senjata itu tak di temukan di TKP " Pak Inspektur melanjutkan sambil berjalan pelan tak tentu arah di ruangan penuh berkas itu.

Detektif mengangguk.

"Persis seperti kasus 'Pembunuhan pria paruh baya' ini. Hasil atopsi juga menjelaskan bahwa pisau juga berukuran kurang lebih 15 cm"

Detektif itu mengetuk2 meja di samping keyboard. Sesuatu muncul di pikirannya.
Dengan cekatan detektif itu mengetik sesuatu.

"Booning knife. Tidak salah lagi. Pembunuh menggunakan pisau ini"

Inspektur berjalan mendekat lagi. Melihat tampilan gambar pisau di monitor. Mengamatinya.
"Istriku punya pisau ini" Gumamnya tak lazim.

Help Me (Revisi Sebelum Lanjut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang