18

65 7 0
                                    


siren terlambat sepersekian menit. lapangan sudah penuh dengan para murid yang sibuk bersorak sorai tanpa ada yang ingin melerai. angela membawa siren membelah kerumunan. hingga jelas dipenglihatannya sesuatu yang nahas yang tak pernah diduganya akan terjadi.

ini tidak benar.

ali tidak takut? bahkan siren tak melihat kilatan tangguh dimata ali. yang ia lihat hanya emosi dan amarah yang menghakimi disana. serta kepalan tinjunya yang siren sendiri yakin kalau ali meninju tanpa kendali.

ali sudah sinting.

sekilas dalam pandangan murid lainnya, kedua pemuda itu hanya tawuran dikarenakan alasan yang labil.
.
.

"kau gila!?" bentak siren begitu ali tertatih2 untuk duduk di atas ranjang uks.
siren dengan gesit juga dgn langkah kasarnya mengambil kotak p3k diatas meja dokter yang sedang tak ada di uks sekarang.

"aku tak akan memaafkanmu jika semua itu terjadi hanya karna kau emosi" gersang siren walaupun dalam hati ia yakin bahwa itulah alasan ali.

oh ayolah, mereka sudah menyusun rencana yang seharusnya baik2 saja.

ali meringis saat siren membersihkan darah segar di sudut bibirnya dengan kapas.

"apa yang akan terjadi bila ia membunuhmu hari ini juga! seharusnya kamu ingat al..ia adalah pembunuh, dan kita hanya seekor semut pengganggu baginya"

"dia pesikopat" telak ali. siren terdiam dan mereka bertatapan.
"ya, mungkin itu lebih tepat untuknya" desir siren. merapikan kembali kotak p3k kecil itu setelah memplaster luka kecil di hidung ali.

"kau tau al.. rael tak akan mendiamkan mu begitu saja. apalagi setelah insiden barusan"

"aku tau" desisnya
"kalau kau tau kenapa kau melakukan itu!" siren mendudukkan dirinya dengan kasar di kursi beroda milik penjaga uks. matanya memandang ali dengan resah, takut, bingung. tapi ia tak melihat rasa penyesalan dari mata cowok itu.

siren menunduk. membiarkan rambutnya menutupi sebelah wajahnya.
"sedikit lagi.. sedikit lagi al" suara siren frustasi.
"kau seharusnya tak menarik perhariannya. kenapa kau sangat gegabah" ritmenya lemah. siren tak tahu harus berbuat apa. disisi lain, ia membayangkan rael sedang duduk di suatu tempat sepi, membersihkan sedikit luka di sudut bibirnya. sambil menerka2 apa yang baru saja ali- sang objek- lakukan.

diam2 ali memandang ke-frustasian temannya itu. siren duduk dua meter di depannya. didepan meja penjaga uks. sambil menutupi keningnya dengan kedua telapak tangan.

ali menghembus pelan. tersenyum getir atas semua yang terjadi, atas semua takdir, atas dirinya yang malang.

'aku harus melakukan ini..

..maaf

siren..'

batin ali, tak lepas dengan senyum getirnya.

.
.

hari ini akhirnya tiba. hari yang tak pernah diinginkan siren untuk ada. sayangnya hari yang akan mencekam ini datang lebih cepat tanpa bisa di perkirakan.
hari ini
tanggal 21
.

ali datang paling awal. ia berangkat kesekolah tigapuluh menit lebih cepat dari biasanya. apa yang siswa itu lakukan didalam kelas seorang diri? duduk ditengah ruangan diantara bangku kosong lainnya. sementara satu dua suara dari kelas lain, ataupun siswa di koridor, tak begitu mengganggu atensinya.
ali tak sedang belajar. ia tak terlihat seprti orang yg rergesa2 belajar akibat lupa bahwa hati ini mereka ada ulangan. tidak.

ali sedang menulis di secarik kertas origami berwarna biru. ia tersenyum bak jiwa murni. seakan ia akan pergi dengan kesejahteraan dan keadilan_sebentar lagi. apa yang ia tuliskan disana? tak ada yang tahu.

hari ini tanggal 21
dan siswa berseragam itu berekting seakan semua akan baik2 saja.
.
.

siren tak pernah sempat menanyakan keberadaan flasdisk itu kepada ali. karna entah mengapa rasanya sejak tadi pagi ali menjadi diam. siren pun kehabisan akal untuk membawa ali ketempat sepi untuk menanyakan bukti kuat yg sedang diamankan oleh aLi. siren hanya ingin memastikan.
tapi lagi2 sirat mata elang sang pemanfaat waktu sedang memerhatikannya, siren tak bisa melakukan apa2. rael pasti akan memerhatikan semua gerak geriknya dan ali.

bagaimanapun, yang harus ia lakukan hari ini adalah menjaga ali agar tetap berada di tempat ramai.
.
.

pelajaran kedua adalah seni. anak2 memasuki kelas seni dan memakai celemek mereka masing2. setelah siap, mereka akan memilih tempat duduk yang sudah disediakan sepaket dengan kanvas, palet, beragam kuas, dan cat air yang sudah tersedia.

guru seni menunjuk angela untuk maju kedepan menjadi model. dengan senang hati gadis berambut ikal itu berlari kecil untuk menempati kursi sang model didepan murid lainnya.

murid2 mulai melukis sejak lima menit yang lalu. tapi siren tak tahu apa yang akan ia lakukan. disampingnya, ali tak melakukan apapun. tangannya diatas paha dan tak tergerak untuk melukis sedikitpun. siren tak paham. sejak pagi tadi ali menjadi diam. seakan ia tahu akan sesuatu.

'gak mungki kan ali tahu tentang hari ini' batin siren mulai resah.

siren menggeleng dan kembali kepada kanvas didepannya. ia meyakinkan semua akan baik2 saja, selama ali ada di sampingnya.

ali mengangkat tangan. bu guru menanggapi dan mempersilahkan ali berbicara
"saya ingin ke toilet" ujar ali
guru seni mengangguk dan kembali membantu salah satu murid yang kesulitan.

siren menahan tangan ali sebelum lelaki itu pergi.
"apa yang kau lakukan?" bisik siren.
ali Tersemyum kecil
"ada cairan di dalam tubuhku yang memaksa untuk keluar"

itu terdengar sangat absurd. tapi tetap saja..
"baiklah aku ikut.." siren setengah berdiri saat kedua tangan ali menahan bahu siren untuk tetap duduk.
ali terkekeh "jangan konyol, ren. itu toilet pria"

siren menatap mata ali. dan lelaki itu tahu kekhawatiran yang terpancar dimata siren
"aku akan baik2 saja" sedetik setelahnya ali pergi melewati ambang pintu. meninggalkan kanvas bersih miliknya.

siren berubah haluan memandang rael. siswa itu satu2nya yang paling damai. seakan2 dia adalah seninan handal yang sangat menikmati profesinya. siren harus memastikan agar rael tidak mengikuti ali yang keluar kelas. karna itu ia tak boleh luput dari raga lelaki itu sedikitpun.

"apa ini hasil lukisanmu setelah duapuluh menit berlalu?"
siren kaget begitu mendengar suara guru seni di sampinya, yang sedang mengamati lukisannya.

"seharusnya kau sudah menyelesaikan rambutnya" guru seni memicingkan matanya. lalu ia menaut
"astaga, ini tidak simetris. seharusnya kau memulai dengan menggambar sketsa. hanya seniman profesional yang bisa melukis melalui nalar" papar nya

siren tersenyum kikuk. guru seni itu mengambil satu kuas bersih dan lebih meniruskan pipi dalam lukisan siren dengan warna yang kebih coklat dibandingkan kulit. padahal seharusnya angela (sang model) tak setirus itu.

"aku benar2 akan mengurangi nilaimu jika lukisan yang satu ini tidak tuntas. ditambah kehadiranmu yang sering bolong dikelasku"

siren menghembus. guru ini tahu betul siren tidak suka seni.

"kau tidak boleh istirahat sampai lukisanmu selesai" tegas guru seni itu.

siren hanya bisa pasrah. digelayuti perasaan gersang yang tak bisa ia tahan, siren benci perasaan ini. ia berdebar. tapi ia tak tahu akan berbuat apa.
guru seni itu masih disampingnya. menunggui lukisannya. mengawasinya seperti kebanyakan guru pada murid yang suka berdalih.

ali belum kembali.
dan bel istirahat berbunyi beberapa menit setelahnya. siren hanya bisa pasrah, melukis tanpa minat. pikirannya menerawang. satu persatu murid keluar ruangan.

yang tanpa ia sadari, seorang rael sudah menghilang dari bangkunya sejak sepuluh menit yang lalu.
.
.
.
TBC

stelah setaun lamanya, akhirnya up lagi :)

Help Me (Revisi Sebelum Lanjut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang