Mafumafu & Amatsuki
comedy;friendship
pg-13
a lil bit sensitive, maybe?
∞
|B|ersama segelas limun di tangan, dua orang pemuda noch ledig[1] berdiri mematung di samping pohon artifisial. Sejulur ranting berdaun plastik terkadang menggelitik pipi salah satu di antara mereka―yang memang cukup jangkung hingga mau tak mau harus menyapa benda-benda semengusik daun plastik kala ia berpindah posisi barang sejengkal. Kebetulan, berkat orang-orang yang berlalu-lalang di sana, si jangkung berkali-kali menyingkirkan juluran tanaman dari hadapan parasnya.
"Apa wajahku tergores?" tanyanya selepas meletakkan gelas limun di meja dekat sana.
Pemuda di sebelahnya menggeleng kemudian segera menenggak sisa-sisa cairan manis-asam di gelasnya, menyisakan daun mint dan irisan lemon di dalam sana. "Riasanmu masih rapi, kok, Maf. Tidak usah khawatir. Kecuali kau tidak tahan mau menangisi Soraru-san yang hari ini sepenuhnya mengabaikanmu."
Tersinggung (sedikit), lelaki jangkung itu memutar bola mata jengah. "Yang benar saja, Amatsuki-kun. Soraru-san menikah bukan berarti kita bakal jarang main-main bareng lagi."
"Aku tidak bilang begitu," sanggah Amatsuki.
Seseorang berjalan melewati mereka, menginterupsi percakapan singkat yang sejatinya menumbuhkan sepercik rasa kesal dalam diri Mafumafu. Namun ketika ia menyadari identitas sosok yang melintas di depannya barusan, ide balas dendam segera merambat di otaknya.
"Loh―Kashi-san?" panggil Mafumafu dengan suara melengking, spontan menarik atensi orang tersebut.
"Eh―Mafumafu, ya? Dan ini ... Amatsuki-kun?"
Berbalik, kini lelaki yang dipanggil Kashi―Itou Kashitarou itu menyapa balik bersama segaris senyum merekah. Mafumafu balas tersenyum. "Lama tidak bertemu, ya. Kashi-san baru datang?"
"Iya." Kashitarou mengangguk. "Tadi baru ketemu Soraru di sana."
Telunjuk laki-laki itu ditujukan pada sosok pemeran utama di acara besar hari ini, dengan rambut hitam sama rapinya dengan setelan jas yang ia kenakan. Ketiga pasang mata memerhatikan Soraru tengah asyik mengobrol, sesekali tertawa sopan, sesekali menoleh ke arah perempuan bergaun putih yang lengannya ia gait seakan tak bisa dilepaskan.
Pemandangan yang aneh, batin Mafumafu. Barangkali Amatsuki dan Kashitarou pun diam-diam berpikir demikian.
Mafumafu berdehem. "Kashi-san datang sendiri?"
Kali ini Kashitarou menggeleng. "Berdua."
Berbeda dengan Amatsuki yang berusaha tidak terlihat terkejut, Mafumafu justru mendelik lebar. "Berdua? Jangan-jangan ... dengan pacar, ya?"
Pertanyaan itu hanya dibalas dengan kekehan menyejukkan, seolah menyiratkan rasa bahagia diam-diam. "Sudah, ya? Aku sudah ditunggu di sana."
Sepeninggal langkah-langkah cepat Kashitarou, rencana awal Mafumafu untuk balas dendam pada Amatsuki seolah berbalik menyerangnya. Ia kira bicara dengan Kashitarou bisa menurunkan mood Amatsuki. Memang, pemuda brunette di sampingnya ini sedari tadi diam tak berkutik, tapi kalau mendengar kembali ucapan Kashitarou sebelum pergi barusan―jelas Mafumafu sendiri juga hanya bisa bergeming.
"Dua tahun tidak bertemu, tiba-tiba Kashi-san punya pacar."
Amatsuki hampir tersedak ludahnya sendiri.
"Bagaimana? Menurutmu sebentar lagi kita bakal dapat undangan lagi?"
Amatsuki terbatuk-batuk. "Sekalipun iya, aku tidak akan datang denganmu lagi."
"Kau ada benarnya." Mafumafu menghela napas, lelah bila harus menganggap kalimat kawannya ini sebagai hinaan. "Kalau kita datang ke acara pernikahan cuma berdua begini, bisa-bisa orang lain berpikir yang tidak-tidak."
Ah, membayangkannya saja Amatsuki sudah merasa mual. Berbagai jenis makanan prasmanan yang mengisi penuh perutnya seolah minta dikeluarkan dengan paksa. Mendadak lelaki itu menyesal sudah mencoba semua hidangan yang disajikan satu-persatu.
"Amatsuki-kun, seharusnya kau yang menyebar undangan duluan. Jangan mau kalah dengan Kashi-san, dong," ujar Mafumafu dengan ekspresi tanpa dosa. Terus terang, perkataannya itu mirip dengan yang diucapkan ibu Amatsuki saat ia berulang tahun beberapa bulan lalu. Persis, malah. Jika dinalar, versi singkatnya berbunyi begini;
Kapan nikah?
Bgst.
"Kenapa aku, sih? Kenapa tidak kau saja?" jawab Amatsuki ketus.
"Lah―kau 'kan yang lebih tua."
"Umur kita cuma berbeda 110 hari."
Mafumafu mendengus, sepenuhnya mengabaikan fakta bahwa Amatsuki menghitung selisih hari antara tanggal 30 Juni hingga 18 Oktober (entah hasilnya akurat atau tidak). "Oke. Kita lihat saja siapa yang menikah duluan."
Entah sejak kapan ini menjadi ajang persaingan.
Amatsuki tak menjawab. Keduanya kembali tenggelam dalam benak masing-masing. Apa suasana asing di tempat ini memang memengaruhi arah topik pembicaraan? Bukannya apa, tapi mengingat umur Mafumafu dan Amatsuki yang sudah di akhir kepala dua, permasalahan terkait pasangan hidup jadi semakin sensitif.
Mendadak Mafumafu ingin menyalahkan Soraru yang memutuskan untuk menikah hari ini.
.
.
.
Tapi ... semua orang pasti akhirnya juga akan menikah, 'kan?
.
.
.
Apa Mafumafu juga akan menemukan pemilik dari sebelah hatinya suatu saat nanti...?
.
.
.
"Hei, Mafumafu."
"Apa?"
"Menurutmu ... aku harus cari pacar?"
"Kalau ada yang mau denganmu, sih, terserah saja."
Rasa-rasanya Amatsuki ingin menyiram wig pirang Mafumafu dengan segelas limun.
|end|
[1]lajang/single