Living a Proper Life [EveSou]

934 93 18
                                    


Eve & Sou

comedy;slice of life;brother!au

pg-13

terinspirasi dari apa yang terjadi pada Sou hari ini (10 Desember 2018)


Masalah ekonomi adalah hal yang wajar.

Begitu pula dengan masalah-masalah lainnya―yang seolah datang dan pergi silih berganti hanya untuk memberi tahu, bahwa namanya hidup yang sebenarnya itu tidak pernah datar-datar saja. Kalau mau hidup yang datar, sesaat sebelum dilahirkan tentunya lebih baik kamu bilang ke Tuhan bahwa ingin jadi anaknya Sultan.

Lagipula, bagi Eve, hidup yang datar itu membosankan. Ia menikmati naik-turunnya hidup tak ubahnya menaiki wahana roller-coaster dengan mata terpejam. Saat naik, akan ada perasaan was-was soal kapan kira-kira bakal bertemu jalur yang curam. Saat turun, ada percampuran antara hormon adrenalin dan keinginan untuk segera menyelesaikan perjalanan di atas wahana.

Orang bilang, pengalaman yang didapat dari masalah-masalah kehidupan adalah guru terbaik sepanjang masa, dan Eve sudah merasakan banyak di antaranya. Bahkan sejak dirinya masih terlalu muda―dengan lugunya menghampiri masalah itu sendiri. Hingga kini, saat masalah lebih banyak datang dari sosok adik laki-lakinya.

Contohnya hari ini.

"Sou-chan? Tolong bukakan pintunya."

Tidak ada jawaban. Eve masih setia menggedor-gedor pintu depan apartemen yang ia tinggali bersama Sou―si adik laki-laki. Sepuluh detik kemudian, barulah terdengar langkah-langkah cepat dan bunyi kunci pintu yang diputar.

Tapi pintu itu tak kunjung terbuka juga. Bahkan kenopnya saja masih diam tanpa pergerakan. Dengan sedikit ragu, Eve memutuskan untuk membukanya sendiri.

Berhasil. Namun tak ada tanda-tanda Sou di sekitar sana. Jadi siapa yang memutar kuncinya tadi?

"Sou-chan?"

Hening.

Aduh―Eve mulai merasa sedikit was-was. Padahal saat ditinggal tadi pagi Sou masih baik-baik saja―begadang dan baru tidur pukul enam pagi, jika dikalkulasikan barangkali pemuda tersebut sudah bangun sekitar satu jam yang lalu. Ah, apa Sou masih terlalu mengantuk saat membuka kunci tadi sehingga ia segera kembali tidur?

"Tadaima[1]," ujar Eve pelan kemudian mulai melepas sepatu. Pandangannya masih diedarkan ke koridor kecil di depan beserta pintu dapur yang terbuka lebar.

Hal pertama yang terlintas di benak lelaki itu adalah mengecek kamar Sou, sekiranya sang adik memang masih tertahan oleh magnet kasur. Namun sesuatu mendadak membuyarkan pikirannya.

Suara ledakan.

Sepasang tungkai Eve bergerak lebih cepat dari otaknya. Ia berlari ke arah sumber suara sesegera mungkin sampai lupa tidak memakai sandal―nyaris terpeleset saat hendak berbelok ke pintu dapur. Pikirannya jadi semrawut membayangkan skenario-skenario terburuk. Gasnya meledak, kah? Apa tadi pagi ia lupa belum mematikan kompor? (Meski yang satu ini terdengar mustahil berhubung sudah lebih dari sembilan jam yang lalu ia berangkat keluar). Atau Sou yang iseng main-main petasan di dalam rumah? Tidak mungkin terjadi kebakaran, 'kan?

Jantung Eve sudah berdebar tidak karuan, tidak beda jauh dengan pelari marathon. Namun, meski darah masih dipompa sedemikian cepat dalam organ tubuhnya, kedua kakinya terpaksa berhenti sebelum ia melangkah lebih jauh ke dalam dapur.

𝙐𝙩𝙖𝙞𝙩𝙚 𝙊𝙣𝙚𝙨𝙝𝙤𝙩(𝙨)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang