Putih di Atas Telapak Tangan [EveSou]

678 59 15
                                    

Eve & Sou

brother!AU

pg-13

ditulis dalam rangka ulang tahun Eve yang ke-24, tanggal 23 Mei

Terima kasih idenya FuzeeeN!




Sou selalu suka tanggal 23 Mei.

Hanya pada tanggal 23 Mei Sou bisa merencanakan kejahilan paling keji tanpa repot-repot merasa takut dengan konsekuensinya. Hanya pada hari itu ia bisa memesan tiga loyang pizza lantas menyerahkan tagihan pada kakaknya. Hanya satu hari itu saja, ketika gelembung perasaan membuncah di hatinya tatkala melihat senyum bahagia Eve tak pernah luntur dari wajah.

"Selamat ulang tahun."

“Oke...?”

Sou cengar-cengir.

“OkeーSou-chan, ini apa?”

“Anak bebek.”

Sulit. Kerutan pada dahi Eve nampak semakin dalam, beberapa kali ia menatap adiknya penuh artiーminta penjelasan. Namun sang adik laki-laki cuma menghadiahinya cengiran lebar dan wajah tanpa dosa, selagi selembar pore pack pengangkat komedo masih terpasang di hidungnya.

Tidak ada yang pernah memberitahu Eve bahwa setan itu punya penampakan seimut ini.

“Oke ... lucu, ya?”

Anggukan kepala Sou sudah sama kencangnya dengan kuda-kudaan yang bergoyang semangat kala dinaiki bocah tiga tahun. Ia menyodorkan hadiah sesungguhnya pada Eve, seekor anak bebek yang kini berpindah tangan dengan pijakan tidak stabil.

Putih bersih. Bulu lembut. Mungil. Polos. Suci.

Bagaimana bisa berada di tangan setan satu ini?

“Lucu, ‘kan? Tadi nggak sengaja lihat di pasar hewan. Soalnya kura-kura sama cupang itu udah terlalu mainstream. Menurutku pelihara bebek lebih seru!”

Sedikit kewalahan memegang anak bebek yang terlihat lebih tertarik untuk berlarian di lantai ketimbang duduk tenang di dekapan telapak tangan Eve, sang pemuda menimpali, “Katanya ini hadiahku?”

Terdengar gumaman singkat Sou yang tahu-tahu sudah beranjak ke kamar mandi, hendak mencuci muka. “Dia bisa jadi investasi juga, loh. Kita bisa ternak bebek, bikin industri telur asin, buka warung bebek goreng, terus kaya deh.”

Dari mana datangnya otak bisnis bocah itu? Eve bertanya-tanya, lantas dibuat tertawa sendiri. Pasti dirinyalah yang tanpa sengaja mendoktrin Sou dengan pemikiran-pemikiran sok enterpreneur.

“Kak Eve nggak suka?”

Sang pemuda yang tengah berjongkok, niatnya melepaskan anak bebek yang lebih rewel dari bayi lima bulan milik ibu tetangga, nyaris terjungkal gara-gara Sou yang mendadak sudah ada di belakangnya. Untung masih nyaris.

Tapi anak bebeknya terjatuh.

“EehhhーKak Eve! Bayinya! Jatuh, Kak! Ahhhhhー"

Keduanya memekik heboh, bukannya segera menolong anak bebek yang kini tergeletak dengan posisi tengkurap, malah sibuk berpandangan sembari menyerukan perintah-perintah yang tidak bakal dilakukan satupun di antara mereka.

“Aduh, untung nggak mati,” ujar Sou seraya mengelus dada, tepat setelah si anak bebek akhirnya diselamatkan.

“Di sini nggak aman buat anak bebek.” Eve berdiri, berkacak pinggang memerhatikan hewan kecil itu berjalan sempoyongan membentuk lingkaran kecil. “Kita nggak punya kandang bebek.”

“Bikin saja.”

“Ngawur. Mau ditaruh mana?”

Ruang tengah apartemen kecil itu hening untuk sesaat. Benar juga, jika dipikir-pikir, ruangan itu saja sudah tergolong berbahaya untuk ukuran anak bebek. Banyak barang berat, benda di atas meja yang bisa jatuh kapan saja, serta suhu ruangan yang kurang bersahabat. Lagipula, siapa sih yang mau memelihara bebek di dalam rumah?

Ada sebuah helaan napas kecil. “Apa kulepas di sungai aja, ya? Atau kasih ke Meychanーseingatku dia pelihara ayam.”

“Boleh. Lebih baik begitu.”

Jawaban Eve amat berkontradiksi dengan apa yang ia rasakan. Meski baru berkenalan dengan anak bebek itu kurang dari sepuluh menit lalu, tapi rasanya sulit hendak mengucapkan selamat tinggal. Bagaimana kalau sungainya kotor dan dia tidak mendapat makanan layak? Bagaimana kalau dia keburu dimangsa predator? Bagaimana kalau ayam-ayam punya Meychan membencinya?

Atau barangkali, Eve saja yang tidak rela melepas hadiah ulang tahun dari adiknya.

“Nanti aku beli hadiah lagi, ya?”

Rasa-rasanya Sou seperti membaca pikiran sang kakak.

“Nggak usah." Eve tersenyum, senyum yang meneduhkan. Bahkan anak bebek itupun berhenti berputar-putar, menerima uluran tangan Eve yang mulai membelai bulu putih bersihnya. "Sou-chan ingat hari ulang tahunku saja aku sudah senang, kok.”

Selamat ulang tahun, Eve.
Maaf karena saya hanya bisa ngasih ini, mepet pula kelar nulisnya jam 12 malem. Pendek pula ceritanya. Tapi biarlah, yang penting saya dapet apa yang mau saya sampaikan.
Omong-omong, saya nggak yakin bakal ada yang baca iniーtapi tolong, jangan takut kalau kamu merasa nggak salah oke? Introspeksi diri dulu, kalau yakin kamu merasa nggak melakukan kesalahan, ya udah, jangan ikut-ikutan takut kayak yang lain. Apalagi kalau kamu serius nulis, teruslah menulis. Jangan berhenti.
Oh iya, terima kasih 2K readers-nya!!!♡

Salam sayang,
hvnlysprng

𝙐𝙩𝙖𝙞𝙩𝙚 𝙊𝙣𝙚𝙨𝙝𝙤𝙩(𝙨)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang