Panasnya api neraka sudah menembus kedalam pori-pori lapisan ozon bumi, semua ini bisa terasa oleh kulitku sendiri ditambah tenggorokkan yang kering karena harus berjalan kaki ditengahnya siang hari. Ini semua karena Aghi, si kampret yang dengan enaknya menyuruhku untuk turun dari motor hanya karena ingin mengantarkan gadis pujaannya pulang kerumah. Sialnya lagi, Si Juna tak mau mengangkat telponku yang sudah dilakukan selama beberapa kali dari Aghi sengaja menurunkanku ditrotoar jalan sampai berjalan melewati jajanan SD yang sengaja ku hindari akibat uang bulanan yang kembali menipis.
Cih kurang apa lagi penderitaanku?
Bila saatnya tlah tiba, tak akan segan-segannya ku balas perbuatan Si koala Albino itu. Sepuluh lima belas melangkah mencari halte, tiba-tiba saja haus mulai melanda, ada baiknya ku istirahatkan terlebih dahulu kakiku ini sembari menikmati sekaleng soda yang telah kubeli saat ini.
Ahh legah...
Sambil duduk dikursi yang disediakan oleh warung kecil-kecilan ini, kunikmati sepoy-sepoy angin siang yang tengah menghampiri. Tubuh ditegakkan, menarik nafas dalam-dalam, memejamkan mata menikmati angin yang menerpa, dan menghembuskannya secara perlahan. Saat akan melangkah, tiba-tiba saja kakiku terhenti, mendahulukan aksi tanganku yang menggerayang kedalam tas ransel yang berisi beberapa resume ku yang berantakan ditambah bekal oleh-oleh dosen yang selalu menjadi mimik menyeramkan bagiku dimalam hari. Semakin lama benda itu semakin bergetar dengan hebatnya. " Ah Goblok dimana sih?!" Umpatku tak tertahankan. Sudah berjemur dibawah sinar matahari, masih saja benda itu tak tertangkap oleh genggamanku sendiri, akhirnya dengan cepat benda pipih yang kuharapkan telah berada pada tangkapanku. Deret nama bertuliskan Kang Danu telah terpampang jelas dilayar ponselku, pasti ada yang tak beres. Pikirku. Sebab, Kang Danu tidak akan menelpon jika tidak ada masalah yang segenting apapun.
" Assalamuallaikum, kenapa Kang?"
Aku diam, memasang runguku dengan baik disaat Kang Danu sedang menjelaskan perihal si Elang alias motor tuaku yang tak ada habisnya untuk di renovasi kembali. Sudah kuduga pasti hal yang tak kuinginkan akan terjadi. Sudah keluar uang banyak tapi masih saja tak membuahkan hasil, sudah lelah-lelah menunggu tapi nyatanya minta diganti.
'Apa gue kiloin aja ya, Nif dari pada menuh-menuhin bengkel gue? Jelek gitu kok, gak ada bagus-bagusnya'
Eh buset?
" Wah Kang, lu kira-kira dong. Motor tua tuhhh, Antik, Jangan asal maen jual aja, lu kira kaleng susu kental manis!" Siapa yang tak kaget dan kesal, Tiba-tiba saja Kang Danu membawakan berita tak mengenakkan tentang si Elang, tambah lagi mulutnya yang tak pernah mau untuk difilter jika sedang bercanda denganku.
" Gak ada jalan lain, Kang?" Tanyaku dengan penuh harapan. Menunggu jawaban terbaik dari Kang Danu yang terdengar sedang berdehem karena tengah memikirkan jalan keluar yang baik untuk motorku, si Elang.
' Ada, Nif. Ganti baru'
" Yah kikir! Gak perlu situ omongin Kang, gue juga tau. Maksudnya gak bisa dibenerin lagi gitu, ganti kek per nya yang longgar"
' aki lo yang bobol kenapa per yang diganti, KENTHIR?! Lagian beli sperpat nya yang baru tuh udah ngalah-ngalahin beli motor baru, kalo mau lu paksa beli juga ya sayang duit lu dong? Mending beli aja sekalian motor baru'
Aku terdiam, merenungi baik-baik langkah apa yang ku ambil. Tak mungkin jika minta diberikan yang baru sama orang tua, Gaji pokok PNS tak sebanyak pejabat negara, aku bisa kuliah aja pun sudah Syukur alhamdullilah ! Apalagi system PNS zaman sekarang, pantang pulang sebelum petang ! Sedih rasanya lihat orang tua pontang-panting dikantor demi anaknya ini, apalagi kalau diminta beliin motor baru ? Gak tau untung namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Melonatte
FanfictionTernyata, Google tak mampu menemukan jodoh untukku. Kalau itu pun mampu, mungkin dari dulu aku sudah memberikan calon mantu terbaik untuk Ibu dan Ayah dirumah - Ahmad Hanif Mubarak ------------------ Ini kisah sih Hanif dalam berpetualang mencari ke...