" Aku ora sir, Kang"
" Moso sih? Apik iki, Nif"
" Ora, Kang. Wis iku ae, OTW"
" Opo toh, Nif? Nganggo otw-otw bae"
" Ojo Takon Wae, Kang"
Pria yang setia dipanggil Kang Danu ini terlihat jengah saat permintaan Hanif tak sesuai dengan kemauannya. Tukang paksa deh. Maunya Danu, Hanif harus ini. Maunya Danu, Hanif harus itu. Karena dasar apa? Karena ada piti-nya. Tahukan apa itu piti yang dimaksud Hanif? Benda kebutuhan primer yang selalu dibutuhkan orang-orang sebagai alat jual beli. Padahal perkara klakson yang suka sekali kang Danu tawarkan pada konsumennya dengan alasan produk terlaris dibengkel kecil-kecilannya ini, dari yang muda hingga yang tertua pun tak pernah melewatkan produk yang satu ini. Dengan getolnya ia menawarkan pada Hanif tanpa habis pikir ngebatin "ah yang penting laku dulu, urusan ngutang atau enggaknya kebelakangan" Sebab apa ya? Kang Danu sempat berspekulasi sendiri mau motormu kecil atau besar, tapi kalau klaksone ora gedi suarane, yo ora zamane meneh. Cuepue.
" Udah kali, Nif. Ganti aja, masa lu gak malu bawa cewek waktu manggil pake klakson, suaranya sember" Lanjutnya, tak lupa logat jawa yang telah menjadi aksen ikonik dari dirinya. Aduh pikir dua kali deh, yang rusak Aki, rem, sama busi, bukan Klaksonnya, toh motor sudah kelewat jelek untuk apa dibagusi, terlalu memaksa. Lagi pula ia ingin menyisihkan sedikit uangnya alih-alih sebagai kebutuhan kedepannya nanti sampai ia bisa membuktikan pada kedua orang tuanya bahwa ia tak perlu bantuan saudara agar dapat mencapai kesuksesan. Begitu banyak jalan untuk mengais rezeki yang sama halalnya. Begitu pula ia berpikir.
Subhanallah~
Ridhonya anak berada ditangan orang tua? Hanif terlanjur begah dengan omongan itu, bukannya Hanif mau dibilang durhaka dan sok-sok'an, tapi kenapa orang tuanya gak mau lihat usaha anaknya dulu? Toh belum tentu apa yang orang tuanya mau bakal sesuai dengan passion anaknya.
Astagfirullah!
" Nanti aja deh, Kang. Yang penting Akinya dulu yang diganti" oke deh Kang Danu ngalah. Salah besar kalau ia menyiasati produk-produknya untuk Hanif, bodo amat mau itu produk Cibaduyut dan produk dari kota mana, laki-laki ini tak akan mau, sama aja deh, gak ada bedanya. Bedanya suara klakson Hanif jelek, yo koyo kodok kecepet mprit prit prit mprit dan klakson rekomendasi dari Kang Danu bersuara merdu kaya siulan burung, MULUSH. Hanif gak terlalu bodoh-bodoh banget kok masalah dunia permontiran, Asalkan ADA dan GAK numpang teman terus. Toh gak enakkan kalau harus antar jemput barang kawan. Mulut manusia lebih jahat dibandingkan sebilah pisau, bedanya sebilah pisau terkena kulit masih bisa diobati, kalau mulut manusia terkena hati apa masih bisa diobati dengan segampang itu?
" Ya udah lu duduk aja disitu, agak lama nih ganti Aki"
" Berapa lama?" Tanya Hanif memastikan. Cowok dengan kaus oblong bergambar partai dan kumal ini menatap sinis kearah Hanif, seakan berkata motor jelek tapi banyak maunya,kalau banyak maunya udah sana jadi anak juragan showroom motor. Batin Kang Danu.
" Gak tau, se-selesainya deh"
Hanif manggut tak berdaya bila itu mengenai Elang-nya. Berlama-lama menunggu Kang Danu memang membuat ia mengantuk ditambah lagi suasana bengkel Kang Danu yang sejuk bukan main. Memang bau oli masih kentara tepat mengenai indra penciumannya, tapi angin sepoy-sepoy yang jatuh pada bulan Februari ini tak akan bisa mengalahkan seberapa nyamannya pondok bengkel sederhana milik kang Danu.
" Bang Hanif" suara lembut yang tengah menyapa membuat Hanif sedikit memulihkan matanya, melihat gadis muda dari dirinya ikut duduk disamping dengan manis, menyuguhkan dengan sopan secangkir teh dan singkong goreng hangat dari dalam rumah yang dibuatnya dengan sepenuh hati. Merasa tak enak, Hanif menyambut pemberian gadis ini. Duh datang-datang buat repot deh, tapi tak masalah ya hitung-hitung penghemat uang jajan untuk makan siang hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Melonatte
FanfictionTernyata, Google tak mampu menemukan jodoh untukku. Kalau itu pun mampu, mungkin dari dulu aku sudah memberikan calon mantu terbaik untuk Ibu dan Ayah dirumah - Ahmad Hanif Mubarak ------------------ Ini kisah sih Hanif dalam berpetualang mencari ke...