4. Go-Love

966 213 94
                                    

     Dua hati
     Satu cinta
     Berpadu dimalam syahdu

     Ada yang ingat lagu ini?
     Mungkin untuk ukuran anak-anak modelan lama dan jadul semacam diriku tahu dari lirik ini.

     Ternyata, apa yang aku jalani malam ini, tak sesuai dengan apa yang aku senandungkan barusan tadi. Ditemani Elang yang masih bersinar dibawah kegelapan yang mulai menyelimuti ibu kota, aku masih setia menunggu kehadiran seorang gadis yang katanya sedang ada Mata Kuliah tambahan menjelang UTS. Takutnya menipu kembali atau kabur lagi, dengan inisiatif tinggi ku tunggu dirinya tepat didepan gerbang fakultas. Sepi memang, namun yang bening dan bikin mata bersahaja itu masih lalu lalang. Kata mbak Ipeh, konon katanya fakultas yang diduduki oleh gadis bernama Dina ini memiliki cerita mistis dibalik kemegahannya.

     Masih membekas betul bagaimana mbak Ipeh menuturkan kata-katanya melalui bibir dukunnya yang suka dilebih-lebihkan itu.

     'Lo kalau liat cewe cantik lewat sendirian malam-malam, coba deh lo liat juga kakinya, napak atau enggak'

     " Mas"

     " WEY ASTAGFIRULLAH!! Eh mbak Dina" gadis yang tengah menepuk bahuku pelan tadi sedikit mundur akibat teriakanku barusan, dadaku berdetak tak karuan akibat keterkejutan yang hampir membuat jantungku salto kebelakang lalu berpindah tepat di bagian peranakan.

     " Mbak, salam kek apa kek" tegurku tak lupa sembari mengelus dadaku yang masih terasa lonjakannya.

     " Loh kok lo yang sewot?"

     " Ya sorry mbak, namanya juga kaget"

     Manik mata yang membulat dengan iris hazel miliknya telah berputar mengikuti arah garis kelopak matanya, mukanya yang terkesan manis namun jutek terlihat begitu menonjol membuat nyali untuk berbincang-bincang malah kembali diurunkan.

     " Jadi nganternya gak sih. Kenapa diem?"

     " Eh anu mbak sorry, nih pake mbak"

     Tangan mungil miliknya menerima dengan baik helm yang kuberikan, sementara ia sibuk mengenakan helm, aku menyibukkan diri untuk menghidupkan Elang, dua tiga kali starter elang sudah hidup kembali. Tumben. Apa karena dinaiki cewe cantik semacam Dina?

     " Ayo mbak naik" sahutku saja. Karena tak merasakan apapun tepat dibelakangku, ku tolehkan sedikit kepala ini kearah belakang, menyaksikan bagaimana sulitnya hanya mengaitkan helm yang telah kuberikan tadi.

     " Sini mbak, dibantu"

     " Gak usah, bisa sendiri"

     Kata Ayah, pada dasarnya perempuan mempunyai tiga sifat yang sudah alamiah memang terlahir sejak Hawa diturunkan, yang pertama manja, lalu disusul dengan perhatian, dan yang terakhir keras kepala.

     " Bantuin kek, malah bengong"

     Untuk sikap yang sering sekali menyalahkan kaum Adam, itu hanya kelebihan deh.

     Buru-buru kubantu dirinya untuk mengaitkan gagang besi kecil dibawah dagunya, tak sengaja indra penciumanku tengah menghirup wangi parfum yang tersumber dari gadis didepanku ini. Mengingat parfum, aku ingat sekali bagaimana cintanya Ibuku dengan benda yang satu itu. Bukan wadah plastik lagi yang ia cintai, melainkan parfum yang kadang buat Ayah geleng-geleng kepala karena model Ibu yang gak mau ketinggalan mode dengan yang lainnya.

     Mengingat itu, dulu, sangat dulu sekali, waktu aku masih duduk dibangku SD sedangkan mbak Ipeh duduk dibangku SMP, mungkin karena kenakalan kami yang tak bisa tertakar lagi, sempat sekali-kali disaat ibu mengomel tak jelas karena kelakuan kami yang hanya karena tak sengaja memecahkan barang kesayangannya, tersedialah secangkir teh hangat dengan pisang goreng buatan kami yang cukup nikmat untuk mengisi perut beliau, oh ya benar ada maksud lain didalam teh buatan kami, setengah pil kecil berwarna kuning yang diduga dapat membuat orang mengantuk telah kami masukan kedalam teh demi ketentraman bangsa dan negara. Ibu tidur dengan nyenyaknya, sampai beliau lupa untuk menyiapkan makan malam untuk keluarga kami.

Miss MelonatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang