Hatiku bagai labirin, jika kamu ingin mampir didalamnya
Lebih baik jangan...
Sebab, kamu akan sulit mencari
Jalan keluarnya.
-Hanif-Pada awalnya
Tak tentu arah bukan berarti tersesat
Mungkin hanya belum menemukan
Jalan yang tepat untuk ditapaki
-Dina-Beberapa minggu berlalu, dengan cerita dan kesan yang sama. Tidak ada yang berlebih namun masih menyimpan sebuah cerita yang harusnya tak kusimpan. Terjebak dengan eratnya didalam sebuah ruangan yang seharusnya tak kumasuki dari awal.
Sosoknya yang selalu disanjungi oleh hati kecilku, Kini tawanya sudah menjadi senjata baru untuk melumpuhkan keluluhanku.
Namun nama Arjuna.
Selalu terselip begitu saja. Seakan pikiranku menolak untuk tidak mendekati apa yang memang bukan diciptakan untukku sendiri.
Miris. Bukan sekedar kata miris yang sudah membekas didalam diriku saat ini. Menyedihkan, mungkin terlalu kasar, tapi penggambaran ini lah yang tepat untukku. Berkali-kali kesalahan yang tak sengaja kubuat membuat beberapa temanku tampak bingung saat tengah menatapku. Herannya lagi, gadis kecil yang sering ku panggil akrab dengan sebutan Itun ini harus bertanya-tanya karena sikapku yang tak seperti biasanya, begitu menurutnya. Sampai hati ia bertanya, " Bang Hanif lagi gak mabok daratkan? Dari tadi diem terus" Membuat wajahku ingin sekali dibenamkan sedalam mungkin dibawah pasir yang terletak pada palung laut sangkin malunya. Apa lagi abang yang sering dijadikan momok yang amat menyebalkan bagi Itun, yang sudah ikut berbagi olokannya dipagi hari saat rombongan kami akan pergi menuju destinasi liburan malam tahun baru yang sudah direncanakan dari jauh hari " Nif, lo muntah gua gebuk ya k*mpang"
Memang begitu, tidak ada rasa tersinggung, obrolan kotor dan menghina telah menjadi hal ladzim bagi kami semua, cukup mengucapkan astagfirullah al'adzim sambil mengelus dada, lalu dilanjutkan dengan kata-kata "B*ngsat betul, cuk" dan disambut lah dengan tawa penuh rasa yang menggebu-gebu dari mahluk bernafas tak punya akal dan tak punya cukup tulang dilidahnya sebagai penahan.
" Bang Hanif, sampai sana kita jalan-jalan yuk" tawar Itun alias Olivia dengan penuh semangat. Tak berniat akan tawaran Itun tadi, ku jawab dengan anggukan saja.
" Kenapa gak sama Kakak aja, Liv?"sambung Kafka, masih dengan manisnya duduk tepat disamping Aghi yang sedang sibuk menyetir ini.
" Apa sih"
Haha
Cinta itu tak sekonyong-konyongnya akan diterima dengan bulat oleh orang yang kita sukai, beribu usaha kalau tidak memiliki arah tujuan, jangan harap ada pemikat didalamnya. Begitu pula Kafka, Not Action, Talk Only. Sudahkah saya benar hari ini?
Aduhh
Pusing, rasa ngilu pada pelipisku membuat peluh keringat mengalir mengenai belakang tengkukku, tangan yang masih setia menangani bagaimana pusingnya kepalaku sudah tak terasa lagi olehku, seolah aku menyesali perkataan mbak Ipeh tadi pagi, ada baiknya sarapan terlebih dahulu sebelum pergi agar perut tak terasa perih. Sungguh, kalau dari awal saja ku tahu rasanya akan menyiksa seperti ini, pasti tak akan ku lewatkan waktu berhargaku untuk menyisikannya dengan sarapan Pagi walau hanya nasi putih dan telur mata sapi yang hanya ditaburi garam saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Melonatte
FanfictionTernyata, Google tak mampu menemukan jodoh untukku. Kalau itu pun mampu, mungkin dari dulu aku sudah memberikan calon mantu terbaik untuk Ibu dan Ayah dirumah - Ahmad Hanif Mubarak ------------------ Ini kisah sih Hanif dalam berpetualang mencari ke...