O2. Hancur

10.6K 1.3K 457
                                    

"Eomma, Appa."

Baik Jimin dan Taehyung sama – sama membeku, mereka menoleh menatap Chaeyeon yang terlihat di dekat daun pintu. Mata anak itu tidak merah tetapi terlihat berkaca – kaca, jelas sekali bahwa ia sudah lamaterbangun dari tidurnya.

"Chaeyeon – ah?" Jimin yang lebih dahulu mendatangi Chaeyeon, mengelus rambut hitam sang anak sayang.

"Eomma, Appa. Apakah kalian bertengkar?" Suara Chaeyeon bergetar menahan takut, Ia memandang wajah Eommanya yang terlihat lelah.

"Tidak, kami tidak bertengkar kembalilah ke kamar-"

"Chaeyeon – ah ingin ikut Eomma?" Jimin tersenyum, memotong perkataan Taehyung, lelaki itu kini tengah memandangnya tidak percaya.

"Ikut Eomma kemana?"

"Apa yang mau kamu lakukan, Jimin – ah? Ini-"

"Ayo kita liburan ke Busan, sudah lama Chaeyeon – ie tidak melihat Halma dan Harabeoji kan?" Taehyung menatap Jimin tidak percaya, Ia menggeleng. Ia ikut menjongkokkan dirinya di samping Jimin lalu meraih bahu Chaeyeon memaksa anaknya untuk menatap matanya.

"Anniya, kembalilah ke kamarmu. Jangan dengarkan Eomma. Eomma sedikit lelah hari ini." Taehyung tersenyum, ia menggandeng tangan Chaeyeon untuk meninggalkan kamar mereka.

"Tidak, Eomma serius. Mari kita pergi malam ini. Cukup Eomma dan Cheyeon – ie saja. Ayo kita pergi." Jimin merebut gandengan Taehyung, menarik Chaeyeon mendekati dirinya sendiri. Air mata sudah kembali menganak sungai di pipinya.

"Ayo kita pergi. Tidak usah membawa apa – apa. Harabeoji dan Halmeoni pasti dengan senang hati akan menerima kita. Arra?" Jimin berkata ditengah tangisannya, ia memaksakan senyuman. Chaeyeon ikut menangis melihat Jimin yang menangis.

"Tidak, tidak kalian tidak boleh pergi. Tidak, Jimin – ah." Taehyung berkeras, Ia mencekal tangan Jimin keras mengabaikan rontaan kesakitan istrinya.

"Lepaskan aku! Biarkan saja aku pergi bersama anakku. Pergilah bersama orang itu aku tidak akan melarangmu, kau hanya perlu menceraikan aku dan semuanya akan selesai." Jimin meronta ditengah tangisnya, pergelangannya sudah memerah menandakan kencangnya cekalan berbanding lurus dengan kerasnya rontaan yang ia lakukan.

"Tidak aku mohon, jangan libatkan Chaeyeon – ie Jimin – ah. Tidakkah kau ingat bahwa ia masih kecil. Apakah kau melihatnya Park Jimin!" Taehyung kini beralih mencengkram bahu Jimin, seolah baru disiram air es Jimin terdiam. Tangisannya belum mereda, ia beralih menatap Chaeyeon yang juga menangis.

"Ini sudah malam, tidak baik jika Chaeyeon keluar semalam ini. Biarkan aku saja yang pergi." Taehyung menyeka air matanya, Ia tersenyum lembut.

"Appa mau kemana?" Taehyung berjongkok, matanya menatap sepasang kelereng hitam anaknya dalam. Ia mengusap rambut anaknya penuh kasih.

"Appa tidak akan kemana – mana tenanglah. Malam ini Appa ada pekerjaan diluar, baik – baiklah bersama Eomma." Chaeyeon masih menangis mendengar ucapan Ayahnya. Tubuh mungil gadis itu tenggelam dalam pelukan erat ayahnya.

Taehyung tersenyum sebelum pergi meninggalkan mereka berdua. Cengkraman Jimin pada pergelangan tangan anaknya mengendur. Ia kembali jatuh terduduk, menangis tersengguk – sengguk meratapi nasib sembari memeluk anaknya.

.

.

Plaetinuhm's Present

The Good WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang