O7. Cacat

7.2K 991 128
                                    

"Ibu!" Lelaki kecil itu menarik ujung rok sang wanita, air mata membasahi pipi gembilnya. Tangannya berkeringat dan dadanya berdentum tak nyaman, ia menengadah menatap wajah wanita yang hanya diam sembari menatap cermin di depannya.

Usianya mungkin baru empat atau lima tahun, ia mengeratkan gengamannya. Sedangkan sang wanita yang dipanggilnya ibu terlihat tidak terganggu dan malah kini tetap tenang saja sembari memulas lipstick di bibirnya.

"Ibu kenapa diam saja?" Ia kembali melempar tanya. Sang wanita berbalik, menatapnya. Ia mengelus kepala sang lelaki kecil itu sayang.

"Kookoo, jadilah anak baik ya? Ibu sangat menyayangi Kookoo." Lelaki kecil yang dipanggil Kookoo tidak menjawab, alih alih ia hanya menangis. Kookoo melirik dari ujung matanya, menatap sang ayah yang tengah mengusap dahinya frustasi di daun pintu kamar.

Wanita yang ia panggil ibu itu bangkit berdiri seraya mengambil tas tangan yang berada di depannya. Dengan dingin ia mulai berjalan pergi mengabaikan sang anak yang masih saja memegang ujung rok yang ia kenakan.

"Ibu, Ibu jangan tinggalkan Kookoo ibu!" Ia menjerit dan menangis, tak di hiraukannya pelukan sang ayah yang merenggutnya dari sang ibu. Tapi wanita itu tidak menoleh, ia hanya tersenyum saat melihat ada lelaki yang menjemputnya di depan rumah mereka.

Kookoo memberontak, digigitnya lengan sang ayah. Lelaki itu mengaduh, melonggarkan pelukannya pada Kookoo yang langsung saja pergi. Berlari secepat yang lelaki kecil itu bisa. Tapi langkahnya terjegal, si kecil kehabisan nafas.

Pandangannya memburam tertutup air mata dengan penuh rasa tidak berdaya ia hanya bisa melihat mobil sedan hitam yang pergi meninggalkannya, membawa sang ibu yang membuat hatinya menyerpih bagaikan debu ditiup angina.

.

.

Plaetinuhm's Present

2018

The Good Wife – O7. Cacat

Kinda Containing less mature content please be considered when you read it

VMin, Kookmin, VMinKook

.

.

Seokjin duduk berhadapan dengan Hoseok. Lelaki berbahu lebar itu menatap Hoseok dingin. Mereka tengah bertemu di café dekat sekolah Yooa. Keheningan masih mengisi pertemuan keduanya sebelum hentakan keras yang akhirnya Seokjin berikan di gelas cappuccinonya.

"Jadi apa lagi yang kau inginkan? Kau sudah mengambil Namjoon sekarang kau bahkan mau mengambil Yooa? Apakah kau adalah seorang yang tidak tahu malu?" Bohong kalau Hoseok bilang ucapan pedas yang dilayangkan oleh Seokjin tidak berpengaruh apa – apa padanya.

"Aku bukan mau mengambil Yooa. Aku hanya ingin menggantikan Namjoon yang sedang sibuk untuk menjemput Yooa apakah itu salah menurutmu?" Hoseok masih berusaha terlihat tenang.

Seokjin terkekeh mencibir.

"Apa kau kira aku tidak tahu bahwa kau ingin Yooa memanggilmu mama? Apa kau bilang itu bukan berusaha mengambil Yooa dariku?" Alis Seokjin bertaut, tangannya terkepal menahan amarah.

"Apa yang salah dari itu? Aku sekarang adalah istri dari Namjoon dan itu berarti aku adalah ibunya juga bukan? Apa yang salah dari panggila mama itu?" Tangan Hoseok berkeringat, ia terima – terima saja jika senadainya Seokjin yang kini berdiri akan menyiramkan cappuccino miliknya ke wajahnya. Tapi tidak. Seokjin memang berdiri tapi lelaki itu malah terdiam.

The Good WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang