"Darimana saja kamu?" Jimin tersentak kaget ketika suara tidak bersahabat suaminya menyapa kedatangannya. Ia memilih acuh, bersikap tak peduli dan melenggang masuk.
"Park Jimin aku sedang bicara padamu." Suara sang suami masih sama dinginnya, ia benar – benar lelah yang ia butuhkan sekarang adalah tidur. Tidakkah sang suami mengetahui hal itu?
"Ada apa lagi? Aku benar – benar lelah dan sedang tidak ingin berdebat denganmu." Hati Taehyung mencelos menatap wajah lelah Jimin.
"Aku hanya bertanya, apa susahnya untuk menjawab?" Suara Taehyung meninggi, ia setengah mendesis mencoba menahan suaranya agar tidak mengganggu tidur lelap sang putri.
"Kumohon, Taehyung – ah. Aku benar – benar lelah, aku tidak mau bertengkar sekarang." Jimin memohon, ia benar – benar lelah. Ia tidak mau lagi bertengkar dengan Taehyung, terlebih Chaeyeon sedang tertidur didekatnya.
"Jimin – ah kumohon jangan keras kepala begini. Aku tahu aku salah. Aku sudah mengakui semuanya padamu. Tapi tidak bisakah aku mendapatkan kesempatan kedua?" Taehyung mengusap mukanya frustasi, Jimin hanya memandangnya sinis.
"Kesempatan kedua kau bilang? Bagaimana aku bisa memberikanmu kesempatn kedua jika kau saja sebegini tidak seriusnya denganku? Aku sudah lelah. Lebih baik kita berpisah saja. Lalu semuanya akan beres bukan? Aku tidak akan melarangmu bersama wanita itu lagi." Jimin berujar santai walau sebenarnya rasanya bagai diremas kencang, tidak ada nada rela sedikitpun dalam kata – katanya.
"Jika saja kita masih belum memiliki anak, aku tidak akan ragu untuk menyetujui permintaanmu Jimin – ah, aku tahu aku sangat berdosa. Bermain satu tahun di belakangmu." Taehyung berusaha meraih bahu Jimin, tetapi Jimin lebih dahulu menangkis tangan suaminya merasa najis akan setiap sentuhan yang lelaki itu coba berikan.
"Tapi aku mohon ingatlah Chaeyeon. Anak kita. Apakah kau akan tega membiarkannya menjadi seorang yatim? Membiarkannya hidup tanpa orang tua yang lengkap?" Taehyung jatuh berlutut didepan Jimin, kembali menginjak semua harga dirinya. Ia tidak peduli, asalkan semuanya bisa kembali seperti semula bahkan kepalanya akan ia gadaikan.
Jimin menyeka air mata yang kembali jatuh di pipinya. Ucapan Taehyung benar, mana tega ia membiarkan Chaeyeon untuk hidup sebagai seorang anak yang kurang di mata teman – temannya. Ia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, kebahagiaannya hanyalah sebutir debu dibandingkan kebahagiaan Chaeyeon.
Maka dari itu akhirnya Jimin berbalik, ia berjongkok. Meraih tangan suaminya dalam genggaman.
"Hanya demi Chaeyeon aku memaafkanmu. Tapi ingatlah, hatiku mulai saat ini sudah mati saat mendengar namamu Kim Taehyung – ssi."
.
.
Plaetinuhm's Present
2018
The Good Wife – O4. Jatuh
Kinda Containing less mature content please be considered when you read it
VMin, Kookmin, VMinKook
.
.
"Chaeyeon – ie kenapa tidak makan? Kamu tidak suka masakan yang sekarang kamu makan?" Jimin menegur Chaeyeon yang sedari hanya terdiam di meja makan, Taehyung ikut melirik anak gadisnya yang hanya melempar senyuman manis.
"Chaeyeon – ie hanya sedang berpikir Eomma."
"Berpikir? Apa yang dipikirkan oleh anak gadis Appa sampai tidak berselera makan seperti ini?" Taehyung menimpali, ia terenyum geli melihat wajah anaknya yang terlihat tengah berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Good Wife
Fanfiction[ Tamat ] Semua mata memandang Park Jimin, sebagai seorang istri yang sempurna. Seorang anak perempuan yang pandai, suami yang tampan juga pintar dan mencintainya dengan tulus. Serta paras menawan juga limpahan harta yang seolah tak ada habisnya. T...