Kenapa, Ibu? (Sebuah Epilog)

6.7K 774 135
                                    

TRIGGER WARNING! CONTAINING DEPRESSION AND SUICIDAL THEME

Dimohon bagi para pembaca untuk lebih bijak menyikapi konten yang dimuat dalam works ini dengan tidak meniru perbuatan yang tidak baik yang termuat dalam works ini.

Works ini hanya bermuatan konten fiksi. Dihimbau kesadarannya masing – masing untuk itu. terlebih dalam konten DEWASA yang bermuatan psikologis (Suicidal theme) yang bisa saja memicu pada hal – hal yang kurang baik.


"Selamat datang di sini, Nona Kim. Eh, Eden?" Wanita dengan rambut pirang itu terlihat terkejut, mata hijaunya menatap gadis dengan wajah yang familiar.

"Hallo, Marion. Lama tidak bertemu bukan?"

.

.

Plaetinuhm's Present

2018

The Good Wife – Kenapa, Ibu? (Sebuah Epilog)

Kinda Containing less mature content please be considered when you read it

Please Play the media Section or Play Seungkwan – Kind Of Love while reading this chapters

VMin, Kookmin, VMinKook

.

.

"Hallo, Marion. Lama tidak bertemu bukan?" Gadis itu tersenyum, rambut hitamnya sebahunya dikat asal. Pandangannya terlihat lesu.

"Tentu, sudah berapa tahun kita tidak bertemu? Tiga tahun? Atau dua?"

"Dua tepatnya jika kau lupa, Marion." Gadis asia itu menimpali, ia bersandar di kursi yang tengah ia duduki. Wajahnya yang semula terlihat lelah dan tegang kini berubah menjadi sedikit tenang.

"Ah, itu waktu yang lama. Bagaimana kabarmu sekarang Eden? Baik?"

Eden tertawa alih – alih menjawab, Marion membiarkannya ia hanya tersenyum sembari menunggu tawa sang gadis mereda.

"Aku ingin menjawab baik – baik saja. Tapi kau tahu, aku datang kesini juga merupakan tanda bahwa aku sedang tidak baik – baik saja sekarang." Eden menjawab pertanyaan itu dengan sebuah sarkasme halus, Marion ikut tertawa mendengar jawabannya.

"Jadi bisa ceritakan apa yang kau rasakan sekarang?"

Eden menghela nafasnya, ia memainkan jari – jarinya yang lentik dan panjang. Pandangannya mengawang.

"Aku tidak bisa tidur, sudah tiga hari ini. Kemari aku bahkan terpaksa memakan beberapa butir obat tidur tanpa resep untuk membantuku agar cepat terlelap." Marion mengangguk, ia mulai mencatat dikertasnya.

"Aku rasa, aku jadi ingin mati."

Marion sedikit terkesiap, ia memandang Eden berharap bahwa yang tadi diucapkan gadis itu hanya sebatas canda. Gadis itu terlihat kacau dan sedih, wanita dengan umur pertengahan tiga puluh tahunan itu memandang Eden prihatin.

"Haha, tidak. Aku hanya bercanda. Aku tidak ingin mati sekarang." Eden menertawakan ucapannya, seperti semudah orang – orang menertawakan yang jatuh tertidur saat kelas tengah berlangsung. Tawanya keras, tetapi terdengar sedih.

"Kau ingat ibuku Marion? Lelaki yang sudah meninggalkan aku dulu? Aku bertemu dengannya kemarin." Pandangan Eden kembali mengawang.

"Dia terlihat semakin cantik. Ibu, masih memiliki mata yang sama, terlihat hangat tetapi sangat asing bagiku." Senyumannya meluruh.

The Good WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang