pesta telah berakhir saatnya kembali ke kehidupan nyata.
"kita ke rumah apa langsung ke apartemen" tanyaku.
"apartemen" jawabnya singkat
"oke"
selama diperjalanan menuju apartemen tidak ada satu orangpun yang berniat memulai pembicaraan. revon sibuk mengendarai mobilnya sedangkan aku sibuk menatap jalanan.
aku harus bicara nanti sesampainya di apartemen. aku ingin tau kenapa dia melarangku menemui dr. bagas.
perjalanan masih lama kayaknya, lebih baik aku tidur sejenak. nanti kalo sudah tiba pasti dibangunkan revon.
aku memundurkan kursi dan mulai memejamkan mata.
****
aku terbangun karena merasakan lapar. aku melihat sekeliling perasaan tadi aku tidir di mobil tapi kenapa sekarang sudah dikamar, apa revon yang mengendongku.
"ah baby kamu lapar ya. mau makan?, baiklah bunda coba cari makanan dulu didapur" aku melihat tiada revon dikamar. mungkin dia masih belum tidur.
aku keluar dari kamar dan melihat apartemen revon... mmmm bersih dan rapi apartemen ini punya 3 kamar 1 kamar utama 1 kamar tamu dan 1 ruang kerja revon, aku mencari revon menanyakan dimana letak mie instant karena hari ini aku pengen banget makan mie instant.
aku membuka kamar tamu, gak ada orang. dimana2 juga gak ada. ah mungkin diruang kerja.
ketika akan mengetuk pintu, aku mendengar suara revon marah mungkin dia lagi bicara dengan partner bisnisnya.
"semua kemauan loe sudah gue turutin, apa lagi, bulshit gue capek.. gue capek melakukan apa yang gak gue mau, udah cukup gue hancurin 1 orang jangan ada lagi 2 orang" katanya dan aku mendengar bantingan hp.
revon bicara sama siapa? dan apa maksud percakapannya tadi.
tok tok tok
"revon... revon" aku memanggilnya.
pintu dibuka dan aku melihat wajahnya kayak kaget gitu.
"sejak kapan kamu berdiri disini" tanyanya dengan datar.
"barusan kok... oh iya aku kebangun tadi karena lapar, kamu ada mie instant gak? baby pengen makan itu" tanyaku dengan ramah.
"gak ada.... kalo mau beli aja di bawah, aku sibuk jangan diganggu" katanya dan dia menutup pintu tepat didepan mataku.
jlebbbb
kenapa dia marah dan kenapa dia berubah. apa ini maksud percakapan nya tadi, ini bukan keikhlasan untuk menanggung jawab tapi disuruh bertanggung jawab.
ternyata benar kata suri aku gak akan pernah bahagia.
aku mengambil dompet dan jaket.
"baby hanya bunda yang akan menjaga kamu. kamu harus kuat dan lahir dengan sehat, beritahu bunda siapa ayah kamu. supaya mereka yang melakukan hal ini kepada bunda membayar tiap tetes air mata yang keluar" kataku mengelus perutku.
aku berniat mau ke supermarket di lantai bawah untuk membeli bahan makanan. revon pikir aku gak bisa hidup mandiri. dia salah, kalo memang dia gak suka pernikahan ini kenapa dia nikahin aku, toh aku gak pernah memaksanya.
"sabar ya baby bunda beli dulu, jangan rewel ya"
aku pergi tanpa meminta izin revon, bodo dia aja gak peduli kalo aku kelaparan, kenapa aku harus lapor kalo mau pergi.
aku memilih bahan makanan untuk 1 minggu. setelah merasa cukup aku pergi kekasir untuk membayar.
ketika lagi membayar pundakku dicolek dari belakang, dengan kaget aku melihat ke belakang.