Bab 22

99.7K 4.9K 157
                                    

Setelah mengambil bagasi aku dan suamiku berjalan berdua menuju mobil yang sedang terparkir. ada sebuah kotak yang terletak di kaca depan mobilku. Astaga, mereka mengikutiku sampai kesini, tanpa sepengetahuan suamiku aku mengambilnya dan menyimpannya, nanti setelah aku bercerita, maka akan aku tunjukkan surat – surat terror yang dikirim orang gila itu.

“ayok sayang, bagasi udah Ayah masukin, kita jalan pulang lagi” katanya berjalan kearahku.

Aku pun masuk dan duduk di bangku penumpang sedangkan suamiku yang mengendarai mobil.

“Ayah, aku mau ngomong”

“ngomong aja kok minta izin sih, aneh banget dan kenapa tegang banget mukanya”

“kalo Bunda beritahu jangan marah dulu ya, dengarkan pembicaraan Bunda sampai selesai, setelah itu baru Ayah mau bereaksi apa”

“ih mencurigakan nih, segitu amat… jangan bilang Bunda punya pria lain ya?” katanya asal dengan wajah ketakutan

Pletokkk

Aku jitak keningnya, ini suami kok ya pikirannya bisa sampai kesana, gimana mau punya laki – laki lain, wong hatinya situ sudah ambil, ckckckck kalo gak ingat Baby dan hati udah aku buang nih tipe suami kayak gini.

“maaf sayang… hehhehehe becanda denk..”

“gak lucu tau gak, orang lagi serius gini malah diajak bercanda”  kataku kesal.

“iya iya gak lagi, ya udah mau ngomong apa?”

“gak jadi!!! Malessssin aja” kataku pura – pura ngambek.

“nah mulai kan ambekannya, ya sudah!!! Mending pulang” katanya lagi

Ya ampun ini siapa sih yang perempuan, kok malah dia yang ambekan….

“REVON GALIH TAMA… nyebelin benget sih, eh jadi suami jangan suka bales istri dengan ambekan juga, kalo aku terpancing gimana?, kalo kita diam – diam lagi gimana?, padahal ni ya aku itu udah kangen setengah mampus sama kamu” kataku panjang lebar tanpa titik koma.

“hehehehhehe cini cini bebyyyyy bala bala, habis aku gak suka kamu ngambek, apapun alasannya”

“serah deh, mau serius gak nih?” kataku susah kalo udah berdebat dengan manusia satu ini, aku ngambek dia ngambek juga, serba salah mending ngalah daripada berantem, gak enak tau diam – diaman, padahal kan aku ingin dimanja mumpung dia udah pulang.

“iya iya, mau omong apa”

Aku menarik nafas dan membuangnya, mudah – mudahan ada solusi jika aku ceritakan masalah itu kepada suamiku.

“selama kamu pergi 3 hari ke Singapore, aku selalu dikirim sebuah surat” kataku mulai bercerita

“surat apa? Dan siapa yang mengirim” tanyanya penasaran

Aku menyerahkan surat ancaman dari pertama sampai terakhir termasuk yang baru diletak di kaca mobil.

Suamiku mulai membaca satu persatu. Wajahnya  menegang menahan marah yang sudah diubun – ubun.

“pasti wanita medusa yang melakukan ini, itu orang gak kapok – kapok” katanya menuduh Suri. Awalnya aku berpikir juga wanita itu, tapi setelah melihat CCTV aku jadi ragu.

“aku sudah melihat rekaman CCTV, bukan dia yang meletakkan, tapi anak – anak”

“anak – anak? Kamu kenal? Apa medusa itu sewa anak – anak untuk meletakkan kotak itu?” tanyanya

“aku gak tau, tapi masa iya Suri sampai segini, aku ragu yah”

“wanita itu berbisa Bun, ayah sudah kenal dia lama, dia akan melakukan apapun untuk membalas dendam” katanya lagi

5. Mencari Ayah AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang