"HAUS!!" teriak seorang gadis sambil berkacak pinggang. Ia merutuki dirinya yang gemar tidur itu. "Hah," helaan nafas gusar keluar dari mulut gadis itu. "Kapan hukuman ini selesai, Ya Allah?" ucapnya melakonis.
"Capek, neng?" tanya seorang pria. Mendengar itu Bintang langsung berbalik. Ia mengharapkan seorang pria berkuda putih datang membawakannya minuman dingin. Tapi ternyata, realita tak semanis ekspektasi. Mimpi apa Bintang semalam sampai ia bisa di hampiri si tampang pantat ayam. "Capek, neng?" tanya Aldo sekali lagi. "Ngapain sih nanya nanya?! Nggak butuh!"
Bintang pun berlari meninggalkan Aldo. Yang namanya pantat ayam memang tidak pernah mau mendengar. Buktinya Aldo sekarang berlari di samping Bintang. "Ngapain sih, kamu?" tanya Bintang dengan berbisik bisik. "Jangan bisik bisik, tang. Gue nggak bakal nafsu sama lo kok. Jangan goda gue yang imamnya setinggi pohon kelapa," kata Aldo.
Mendengar itu Bintang pura pura mual mendengar perkataan Aldo. "Dasar ngeres!" cibir Bintang. "Iri bilang bos," balas Aldo. "Begitu kok di irikan. Najisun!" teriak Bintang tepat di muka Aldo. "You're welcome," sahut Aldo bangga sambil menepuk dadanya. "Gila!"
Bintang pun mempercepat larinya meninggalkan Aldo yang sudah gila itu. "Sedikit lagi. Sedikit lagi. Sedikit lagi. Sabar, Bintang. Sisa sedikit lagi," batin Bintang pada dirinya. Saat Bintang sampai di tiang bendera, ia langsung bernapas lega. Akhirnya hukumannya sudah selesai. Ia pun duduk selonjoran di atas tanah lapangan sambil menghirup udara dengan rakus. "Capek?" tanya seseorang dari belakang.
"Ngapain sih, Pantat ayam?!" ketus Bintang pada orang yang di kiranya Aldo, "mentang-mentang udah selesai dari tadi, kamu malah gangguin aku! Iya-iya aku tau kalau kaki kamu panjang, nggak kayak aku yang pendek!" sambung Bintang ketus.
"Ambil!" pinta seseorang sambil menyentuhkan air dingin yang ia bawa ke pipi Bintang. "Owh... makasih, Aldo. Baru tau aku kalau kamu perha-"
"Langit. Nama gue Langit."
Deg,
Jantung Bintang langsung berdetak kencang mendengar nama itu. Langit? Omg!! Jadi dari tadi aku ngomong sama Langit?! Bukan sama Aldo?! Malunya!! Jerit Bintang dalam hati.
"Eh! Iya." Bintang pun mengambil air dingin yang di berikan Langit dan langsung meminumnya tandas. Langit yang melihat itu hanya tersenyum penuh arti. "Ngapain kamu senyum?" tanya Bintang. "Cantik," jawab Langit seadanya dan langsung menjulurkan tangannya kepada Bintang. "Kenapa?" tanya Bintang bingung. "Mau bantu pacar aku berdiri," jawabnya sambil tersenyum manis.
Omg!! Langit senyum?! jerit Bintang dalam hati.
Dengan Detakan kantuk yang tak karuan, Bintang menerima uluran tangan dari Langit dan langsung berdiri. "Makasih," cicit Bintang yang ternyata masih di dengar oleh Langit. "Sama sama." Dia dengar?! tanya Bintang pada dirinya sendiri.
"Gue antar ke kelas."
"Jangan! Nanti ad-" perkataan Bintang terpotong dengan ucapan Langit. "Gue nggak nerima penolakan."
Bintang pun hanya pasrah tangannya di genggam sama Langit. Mengikuti langkah Langit yang pastinya membawah Bintang ke kelas. Semua orang yang melihat itu terkejut. Bahkan tidak sedikit yang melayangkan tatapan nyalang kepada Bintang.
Bintang yang menerima itu semua hanya menunduk takut. Karena kebanyakan dari mereka semua adalah senior Bintang. Tanpa Bintang sadari, ternyata Langit dari tadi memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Us
Teen Fiction(On going) "Kamu jahat, Lang?! Kamu tega sama aku?! Aku benci sama kamu?!" teriak gadis itu sambil memukul pria di hadapannya. "Maafin aku, sayang. Aku tidak bisa melepas kalian berdua. Kalian berdua penting dalam hidupku." "Shit! Kamu itu egois, La...