bab 1

320 66 28
                                    

BAB 1

KALA itu, sang perempuan tidak menyadari kehadirannya.

Persis ketika melihat perempuan itu, Namjoon terdiam selama beberapa sekon, terkesima atas cahaya yang menyinarinya bagai pelangi, lalu tersadar. Ia tidak seharusnya menatap diam-diam, karena itu terdengar seperti penguntit. Maka ia bersembunyi, di suatu semak belukar sampai perempuan itu pergi—entah ke mana. Lega karena tidak ketahuan, ia kembali ke sekolah untuk memastikan siapa yang bolos pada hari itu di sekolah selain dirinya.

Kebetulan, ia memiliki teman seorang informan yang akurat. Kim Taehyung memiliki segala informasi tentang sekolah, ia mempunyai akses akan data semua siswa karena ia seorang jurnalis berita mading sekaligus murid yang membantu tata usaha sekolah selama liburan musim panas berlangsung. Keduanya berteman dengan cara yang aneh, pasangan kakak-adik kelas yang akur walaupun tidak dimengerti oleh kebanyakan orang.

Banyak yang mengatakan Namjoon dan Taehyung bisa menjadi detektif hebat di kota suatu saat nanti, jika saja mereka terus solider berteman. Namjoon tidak pernah berpikir demikian karena ia tidak suka mencampuri urusan orang lain, sedangkan Taehyung karena sama sekali tidak bercita-cita menjadi seorang detektif. Namun, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membuktikan apakah dugaan orang-orang adalah benar.

“Tae, aku sedang mencari seseorang.”

Namjoon mengatakannya ketika mereka berdua duduk berhadapan di kantin, sedang menyantap makan siang masing-masing. Menu siang ini adalah pasta dengan parutan keju ekstra, dua butir tomat ceri rebus, salad kol dengan mayonais, dan sekotak kecil susu vanila.

“Siapa?” Taehyung mengernyit, tidak menyangka jika akan mendengar itu dari Namjoon. Biasanya, ia dimintai hal sejenis itu dari orang yang sedang dimabuk cinta dan ingin mengetahui lebih jauh tentang orang yang ditaksirnya. Atau salah satu dari pasangan yang ingin mengetahui pacarnya selingkuh atau tidak. Menggelikan, tetapi Taehyung akan siap membantu selama ada uang yang diterimanya.

“Perempuan. Berambut panjang. Bersinar.” Namjoon mengatakannya dalam satu tarikan napas.

“Tidak ada perempuan yang berambut panjang dan bersinar kecuali ia adalah titisan dewi matahari. Tetapi sejauh yang kutahu, yang ada hanyalah dewa matahari, bukan dewi. Apa kau mencari malaikat? Jangan terlalu cepat ingin mati hingga berpikir mencari sosok kasat mata, Hyung.” Taehyung menanggapinya dengan rewel.

Namjoon tertawa kecil. “Aku masih waras. Yang kucari anak sekolah kita, aku melihatnya menggunakan seragam.”

Bodohnya, Namjoon tidak memperhatikan wajah perempuan itu. Ia hanya melihat punggung, yang ia ingat pun sekadar rambut panjang hitam yang seperti tirai. Terkadang, kepintaran seseorang tidak menjamin perilakunya bisa selalu fokus. Bahkan, ia yakin kecerobohannya sudah melewati batas kewajaran.

“Kalau begitu, ada ciri yang lebih spesifik? Ada banyak perempuan di sekolah ini yang memiliki rambut panjang,” tanya Taehyung.

“Ia bolos. Pada pelajaran sebelum istirahat sekarang,” jawab Namjoon, sedikit menyesal tidak bisa memberikan keterangan yang lebih jelas. Ia mengetuk dan memainkan sumpitnya memutar di atas piring tanpa selera, kejunya sudah tercecer hingga mengenai mayonais dan ada yang sedikit keluar dari wadahnya.

“Oh, oke. Akan kuberitahu sebelum istirahat berakhir,” ucap Taehyung santai, lalu menyuapkan sebutir tomat ke dalam mulut.

“Kau bisa?”

“Tentu saja. Bukan Kim Taehyung jika tidak bisa.”

“Wah.” Namjoon berdecak. Sekarang ia mengerti bahwa hanya Taehyung yang cocok menjadi detektif. Ia tidak perlu ikut serta dalam agrumen itu jika penyebabnya kepintaran yang ia miliki sudah meluas. Taehyung bisa mengatasinya sendiri.

“Lagipula, sebanyak apa sih murid di sekolah ini yang mau membolos sepertimu?”

Benar juga, ya.

*

BARU saja 5 menit Namjoon berada di kelas, ia mendapatkan sebuah pesan dari Taehyung. Apalagi jika bukan tentang seorang perempuan yang dicarinya itu?

Taehyung: Namanya Moon Hyewon, dan kelasnya di sebelahmu, Bung. Masa kau tidak kenal? Benar perempuan ini yang kau maksud, bukan?

Taehyung: (send a picture)

Gambar yang dikirim Taehyung adalah sebuah potret pas foto untuk dokumen sekolah. Tampak depan, polos hitam-putih, senyuman kaku, dan kemeja yang terkancing rapi. Sekilas memang hanya seperti pas foto remaja pada umumnya, tetapi Namjoon mengingat rambut itu karena helaiannya yang panjang dan halus, bahkan ia bisa membayangkan jikalau tertiup angin di bukit.

Namjoon tersenyum. Ini aneh, karena ia melihat cahaya pelangi itu lagi hanya karena melalui selembar foto. Ia tidak bisa mendeskripsikan dengan jelas mengapa perempuan itu terlihat berkilauan.

Namjoon: Terima kasih. Kau sudah melakukannya dengan baik.

Itu yang Namjoon balas kepada Taehyung. Masih ada sekitar beberapa menit sebelum kelas kimia dimulai, dan ia menyadarkan kepalanya ke samping di atas meja. Matanya yang biasa menyorot tajam terlihat hangat, memandangi potret pas foto yang masih terlihat di layar kaca ponsel.

Ia tersenyum, meyakini pasti akan menemukan perempuan itu lagi.

Tidak sulit menemui seseorang yang sudah diketahui identitasnya di kota kecil seperti Helian Woods.

*

12 September 2018

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang