bab 8

146 27 42
                                    

BAB 8

SETELAH liburan musim dingin di bulan Desember dimulai, Namjoon sering menghabiskan waktunya bersama Kim Seokjin. Teman sekelasnya itu adalah seorang anak dari wali kota Helian Woods, yang berarti mengerti cara mengurus kepindahan antar kota. Mereka berdua mencari tahu beasiswa demi beasiswa di kota seberang, memperkirakan keadaan, biaya dan apa saja yang mungkin akan mereka hadapi di sana.

Selama ini Namjoon tidak pernah akrab dengan Seokjin—ralat, dengan siapapun—sampai guru konseling mempertemukan mereka dan berkata bahwa tujuan mereka sama: ingin melanjutkan studi di luar Helian Woods. Sejak itulah mereka mulai berkerja sama mencari informasi di luar pulau kecil mereka.

Lantas Namjoon mulai melupakan Hyewon, menyibukan diri dengan segala sesuatunya bersama Seokjin. Sampai salju mulai turun dan menumpuk di tepi jalan, serta kalender yang mendekati tanggal merah, Namjoon baru teringat tentang pesta natal serta ajakan gadis itu.

“Apa kau akan datang ke pesta natal lusa?” tanya Namjoon ketika Seokjin telah kembali dengan dua cangkir kopi di tangan.

“Aku belum tahu,” jawab Seokjin, lalu duduk bersila di depan laptopnya kembali. Ia meletakan kedua cangkir yang dibawanya itu di atas meja kaca ruang tengah tempat mereka menghabiskan waktu sejak tadi. “Bagaimana denganmu?”

“Aku akan datang,” kata Namjoon tanpa keraguan.

“Benarkah? Di pesta lainnya kau tidak pernah datang,” ujar Seokjin.

Namjoon tersenyum kecil. “Aku hanya merasa diriku perlu hadir di sana.”

Seokjin mengangguk, terlihat tidak akan bertanya-tanya lebih jauh. Ia menyibukan dirinya lagi dengan laptop dan berkas-berkas. Sementara itu, Namjoon tenggelam dalam lamunannya sendiri. Kira-kira, Hyewon akan secantik apa nanti?

*

“TIDAK kusangka kau akan datang,” kata Hyewon. Sebelah tangannya memegang gelas berisi sampanye, wajahnya merona dengan manis, kedua netranya bercahaya dengan indah. Ia menatap Namjoon yang sekarang berdiri di depannya, baru saja memberikan ucapan selamat natal.

“Kau kan sudah mengundangku ke sini,” kata Namjoon sambil tersenyum lebar hingga lesung pipinya terlihat. Ia berusaha sebisa mungkin untuk menutupi kegugupannya dalam menghadapi Hyewon, yang terlihat sangat cantik dengan gaun hitam tanpa lengan dan melekuk tepat pada bagian-bagian tertentu.

Namjoon melihat ke arah bahu kiri Hyewon yang terbuka, karena sebelah kanannya tertutupi oleh potongan kain yang melingkar dan membentuk pita di leher gadis itu. Lalu pandangannya turun ke lekuk pinggang gadis itu, kain gaun yang hanya berakhir hingga setengah paha, sehingga menunjukan kaki putih jenjang Hyewon yang terbuka sempurna dengan beralas sepatu high heels warna senada. Namjoon berusaha setengah mati untuk tak berpikir yang tidak-tidak di tengah ramainya acara pesta karena terlalu sering menonton film biru di waktu senggang.

 Namjoon berusaha setengah mati untuk tak berpikir yang tidak-tidak di tengah ramainya acara pesta karena terlalu sering menonton film biru di waktu senggang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang