XVII. little things

29 1 0
                                    

Delia masih merasakan sedikit nyeri di bokongnya. Setelah kemarin bola yang di gelinding kan oleh Deyvin kearahnya membuat ia tergelincir dan bokong nya mendarat dengan sempurna dilantai gedung olah raga.

Bagaimana pun setelah kejadian itu Deyvin hanya mengantar nya pulang tanpa meminta maaf pada Delia.

Dan pagi ini ia berjalan dengan santai ke kelas tanpa raut bersalah bahkan ia tak menoleh kepada Delia.
Delia yang melihatnya dengan sinis bahkan tak ia hiraukan.
Sementara Riska menahan tawanya

"Masih sakit de?"

"Engga kok Ka, kan gue gak cengeng. Lagian ya kalo gue udah bikin orang jatuh tu minta maaf kali. Bukan nya cuek bebek kek ga punya salah"

Jawab Delia dengan meninggikan suaranya dengan niat menyindir Deyvin.

"Udah de, lo harus semangat! Kan pagi ini pelajaran pak plomis pentol bakso. Mending lo liatin pala nya aja. Kali aja pantat lo bisa mendingan" oceh Riska.

"Oh iya ya.." Delia tertawa bersama Riska dan lupa dengan rasa benci nya pada Deyvin.

Pak Tejo a.k.a pak Plomis memasuki kelas dengan membawa buku paket biologi super tebalnya serta kaca mata yang menutupi kenignnya
"Selamat pagi anak-anak" sapa pak Tejo
"Pagi pak!!!" jawab seluruh siswa XI IPA 1.

"Waduh, bapak makin hari makin cakep aja nih pak" celetuk Kipli
"Ah kamu bisa aja" pak Tejo tertawa membuat kumis nya semakin bersinar.

"Iya dong pak, itu kacamana kaya nya baru pak?"

ulah Kipli mengulur waktu belajar agar tak mendengar ceramah panjang pak Plomis yang bmembuat mata terasa berat ingin tertidur itu.
"Tau aja kamu mad, iya ini hadiah dari istri saya " jawab pak plomis semakin tersipu.

"Saya Kipli pak bukan somad. --Wah so swit banget ya pak"

"Sama aja mau Kipli kek atau somad.--Iya dong"

"Makanya kalo sama pasangan itu harus baik-baik. Jadi rumah tangga bakal harmonis. Kalo kalian udah dewasa nanti dan menikah kalian harus tiru bapak. Jadi bakal langgeng sampai kakek nenek nanti"

Pak Plomis memulai siraman rohani yang tak di ingin kan siswa kelas namun terdengar lebih baik dibanding penjelasan nya mengenai struktur sel yang tak kunjung menemui titik terang dan kejelasan sejak pertemuan pertama mereka.

"Iya ya kaya bapak sekarang. Langgeng ampe udah jadi kakek nenek kan pak?" sambung Ezi
"Sembarangan aja kamu Eji. Saya belum tua loh ya. Tapi udah beruban aja" jawab pak plomis tak terima.

Setelah hampir setengah jam waktu belajar berhasil Kipli alih kan, akhir nya pak plomis tersadar jika ia terlalu terbawa dengan ocehan Kipli yang sebenarnya abstrak itu. Pak Tejo a.k.a pak plomis pun melanjutkan pelajarannya.

"Ya anak-anak, karena materi bab.I mengenai sel sudah selesai bapak jelaskan, jadi kita akan masuk ke bab.II yaitu mengenai pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Jadi untuk materi ini bapak akan..."

Selagi pak Plomis sibuk dengan penjelasannya Delia pun berisik dengan Riska
"Perasaan materi sel cuma dia jelasin pengertian nya doang, mana yang lain nya ya ka? Main bilang udah semua aja" rutu Delia

"Ihh, lo kek gak tau dia aja De, kumis nya aja abstrak gitu apalagi pelajarannya" jawab Riska tak kalah tajam.
Riska dan Delia berusaha menahan tawanya karena pembicaraan mereka sendiri.

"Riska kamu catat nama kelompok nya ya" pak Plomis mengambil absen kelas dan mulai membacanya

Riska dan Delia saling berpandangan karena bingung
"Kelompok apaan de?" bisik Riska
"Gak tau ka" Delia mengangkat kedua bahu nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful Voice Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang