Setelah dengan paksaan dan perdebatan yang mewarnai pagi hari yang tenang antara Yerim dan pelayan pelayannya, akhirnya pukul tujuh tepat sesuai perintah Taeyeon, Yerim turun dari kamarnya dan duduk di kursi ruang kerja Taeyeon. Jangan tanya bagaimana wajah Yerim hari ini, masam seperti jeruk yang belum matang.
Taeyeon masuk ke ruang kerjanya dengan pakaian sudah rapi dan siap berangkat menyusul suaminya ke Jeju dalam rangka kampanye untuk visi dan misi suaminya mengikuti pertarungan di kancah politik.
"Yer, bisa gak itu muka senyum dikit ? Pagi pagi tuh yang seger juga cantik gitu lo"
Yerim tidak mengatakan apa apa saat ibunya menyuruhnya tersenyum dan menampilkan senyum penuh keterpaksaan tetapi meski begitu tetap terlihat cantik dan imut. Mood Yerim pagi hari ini benar benar sedang tidak bagus.
"Oke mama langsung aja --- soalnya udah siang"
Taeyeon mengawali pembicaraan serius dengan Yerim sambil sesekali melirik jam dipergelangan tangannya. Memang berbeda definisi pukul tujuh pagi bagi Taeyeon dan Yerim. Bagi Taeyeon ini sudah termasuk siang karena biasanya pukul tujuh adalah jam masuk kantor KM Group dan Taeyeon adalah orang yang sangat disiplin waktu. Tetapi Yerim, mengangap jam tujuh pagi ibarat langit masih gelap seperti fajar dan masih tergolong waktu yang tepat untuk kembali bermanja manja dengan selimut tebalnya.
"Suruh dia masuk" Taeyeon memberi perintah pada sekertarisnya yang setia mengekori kemana Taeyeon pergi.
Sekretaris Taeyeon menganguk mengerti dan mempersilahkan seseorang untuk masuk, bisa Yerim tebak pasti itu adalah bakal calon pengawal barunya. Seorang laki laki yang masih tergolong muda berperawakan tegap dan memakai setelan jas lengkap masuk mengikuti arahan sekretaris Taeyeon. Banyak pelayan pelayan yang mencicit kegirangan tak kala lelaki itu berjalan masuk, dari dalam Yerim lamat lamat mendengar suara heboh dari pelayan pelayan rumahnya yang seperti mengagumi lelaki itu.
Lelaki tadi berdiri dengan gagah di samping sekretaris Taeyeon. Yerim bisa melihat jelas bagaimana wajah lelaki itu, mata beriris hazel, rambut berwarna hitam kelam yang di tata gaya rambut koma sehingga menampilkan dahinya, rahang tegas terukir di wajahnya dan berekpresi datar. Tidak ada yang istimewa bagi Yerim saat mengetahui sosok bakal calon pengawalnya. Kayaknya nih orang nurut banget sama mama, pasti nyebelin batin Yerim dalam hati.
"Yerim, ini adalah pengawal pribadi kamu --- dia lebih tua dari kamu dua tahun dan dia temannya Taehyung yang mama sama papa ceritakan kemarin, namanya Jeon Jungkook"
"Jungkook, ini anak perempuanku namanya Kim Yerim yang sering bibi ceritakan dulu" Taeyeon dengan ramah memperkenalkan Jungkook kepada Yerim."Wait ?! Bibi ?! Kenapa mama nyuruh dia manggil mama, bibi ? Harusnya kan nyonya" sela Yerim.
"Dia itu teman Taehyung dan mama sudah mengangap dia sebagai anak mama sendiri, gak usah protes !" dusta Taeyeon, ada hal mengapa Jungkook memanggil Yunho dan Taeyeon dengan sebutan bibi dan paman.
"Terserah !" jawan Yerim tidak peduli dengan penjelasan Taeyeon."Sekarang dengerin mama baik baik --- mulai detik ini Jungkook akan jadi pengawal kamu, dia bakal ngelindungi kamu, nemenin kamu kemanapun kamu pergi --- jangan mentang mentang mama sama papa gak ada kamu bisa seenaknya sama Jungkook, paspor dan visa kamu ada ditangan Jungkook --- mama udah pesen sama Jungkook, kalo kamu macem macem mama suruh Jungkook kirim kamu ke Amerika"
"Mama !" rengek Yerim yang merasa terbebani dengan penjelasan Taeyeon."Ada lima peraturan yang harus kamu dan Jungkook patuhi ----"
"1. Kim Yerim dilarang mengemudikan mobil sendiri
2. Kim Yerim dilarang berpergian seorang diri
3. Jam malam Kim Yerim pukul sepuluh malam
4. Kim Yerim dilarang memecat atau mengusir Jungkook. Dan yang terakhir ---
5. Jika keadaan darurat Jungkook diporbelehkan untuk melakukan hal yang dirasa Jungkook benar walaupun tanpa persetujuan Kim Yerim. Sekian"
"What the hell ma ?!" seperti dugaan Taeyeon pasti Yerim langsung melayangkan protesnya.
"Yerim, bahasa kamu ! Kamu lagi ngomong sama mama" peringat Taeyeon.
"Peraturan mama tidak bisa diganggu gugat atau welcome too Missisipi, Yerim"Taeyeon tersenyum puas saat mengetahui respon dari Yerim yang mengerutu tidak henti hentinya tetapi pasrah dengan semua peraturan yang Taeyeon buat.
"Jungkook, tolong kamu jaga Yerim yaa"
"Baik bi, bibi tenang saja"
"Yerim, udah deh gak usah ngambek terus gak malu apa ada cowok ganteng disini, muka kamu kayak ramen kematengan gak enak dilihat--- mama pergi dulu, jaga diri baik baik sayang, mama harap kamu nurut sama Jungkook ya"Karena Taeyeon harus segera pergi ke Jeju, amarah dan kekesalan Yerim seolah sirna. Dirinya harus berpisah dengan ibunya selama beberapa minggu dan Yerim paling tidak tahan dengan perpisahan seperti ini dan pasti dia akan menanggis seharian karena ditinggal ayah dan ibunya.
🐰🐰🐰🐰
Yerim sekarang berada dikamarnya karena dirinya menggurung diri dan tidak mau berangkat kuliah karena matanya bengkak akibat menanggis tadi. Pelayan pelayan Yerim sudah kebinggungan karena Taeyeon berpesan agar Yerim tidak bolos kuliah apapun yang terjadi. Sehingga pelayan pelayan Yerim memanggil Jungkook untuk membujuk Yerim.
Tok tok tok
"Pergi ! Gue gak mau diganggu ! Gue gak mau kuliah !" teriak Yerim dari dalam kamar.
Jungkook dan para pelayan mendengar teriakan Yerim, sampai sampai pelayan pelayan Yerim bergidik ngeri. Tetapi Jungkook malah nekat membuka pintu kamar Yerim dan masuk.
"Nona Yerim, sekarang waktunya pergi kuliah" ucap Jungkook sopan.
"Siap yang nyuruh lo masuk ke kamar gue ?! Pergi lo ! Gue gak mau kuliah !"
"Ingat peraturan nomer 4, nona Yerim"Seketika ingatan Yerim memflash back deretan peraturan yang diberikan Taeyeon sebelum pergi tadi.
"Bodo amat ! Kalo lo nyuruh gue kuliah, gue gak mau kuliah !"
"Kenapa lo gak mau kuliah ?" Jungkook kini menggunakan bahasa santai berbeda dengan tadi menggunakan bahasa formal berbicara dengan Yerim.
"Apa tadi lo bilang ?! Kok lo gak sopan ngomong sama gue ?!"
"Gue lebih tua daripada lo"
"Gue aduin ke mama !"
"Aduin aja, toh bibi bakal belain gue" jawab Jungkook santai.
"Nglunjak ya lo !"
"Udah buruan lo siap siap, gue tunggu di mobil"
"Lo tuli ya ?! Gue gak mau kuliah !"
"Kenapa lo gak mau kuliah ?"
"Bukan urusan lo !"
"Oh yaudah --- lo siapin koper, gue pesenin tiket ke Amrik buat lo"Yerim semakin menggeram sebal saat dirinya diancam oleh Jungkook akan dikirim ke Amerika, sama seperti mama dan papanya mengancam jika Yerim membangkang.
"Aisshhh ! Nyebelin lo !" Yerim melempar bantal kearah Jungkook tetapi dapat ditangkap oleh Jungkook.
"Jadi kenapa lo gak mau kuliah ?"
"Lo udah telat masuk kelas ?"
"Gak !"
"Lo di bully di kampus ?"
"Gak mungkin lah !"
"Lo ngehindarin mantan lo ?"
"Gue jomblo !"
"Lhah terus ?"
"Lo gak liat mata gue bengkak ! Mau ditaroh mana muka gue kalo ketemu anak anak kampus ?!"
"Itu doang ?"
"Iya ! Itu masalah besar dan gue gak mau ke kampus titik !"Menghadapi Yerim yang kekanakan seperti sekarang membuat Jungkook harus ekstra sabar. Tetapi Jungkook adalah laki laki yang paling anti dengan perempuan manja. Jungkook berjalan kearah Yerim yang duduk dan bersandar di ranjang kamarnya. Saat sampai didekat Yerim, Jungkook langsung mengendong Yerim ala bridal style dan menuju kearah kamar mandi.
"Lo mau ngapain gue ?! Jangan macem macem lo sama gue ?! Mama !" Yerim yang terkejut dengan sikap Jungkook langsung histeris dan meronta saat digendong Jungkook.
Jungkook menurunkan Yerim di kamar mandi, dan menghidupkan air untuk memenuhi bathup.
"Kalo masalah lo cuman kantong mata -- lo mandi lagi terus dandan -- dan kalo lo mau lo ambil sendok di kulkas terus lo tempelin di mata lo, beres. Jangan jadiin hal sepele buat alasan lo gak masuk kuliah, lo mau dicap perempuan bego ?"
"Gak lah !"
"Yaudah buruan mandi terus kita berangkat --- gue tunggu di depan"Setelah itu Jungkook meninggalkan Yerim yang masih mematung melihat kepergiannya dengan segunung rasa kesal di hati Yerim untuk Jungkook.
"Jeon Jungkook ! Gue benci sama lo !"
🐰🐰🐰🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel
FanfictionKim Yerim, anak politikus terkenal dan ayahnya akan di usung sebagai calon presiden pada periode jabatan yang akan datang. Perperangan di medan pertarungan politik tidak hanya menguras otak, energi dan materi tetapi keselamatan masing masing calon d...