8.

1.4K 201 3
                                    

Saat ini di salah satu hotel terkenal di pulau Jeju sedang diselengarakan debat antar kandidat calon presiden. Ada tiga calon presiden yang akan bertarung kali ini calon pertama Kwon Jiyoung, calon kedua Kim Yunho dan calon ketiga Lee Dongwook. Semua calon presiden sudah menyelesaikan penampilan mereka di acara debat terbuka dan disiarkan di seluruh televisi negeri dan beberapa stasiun luar negeri.

Bagi calon presiden acara debat seperti ini sangat penting, selain mempromosikan diri mereka sendiri dan pasangan mereka, mereka juga bisa menyampaikan visi misi program kerja mereka kepada masyarakat yang bertujuan untuk menarik perhatian dan memberi keyakinan pada masyarakat agar bisa memberikan suaranya di hari pemilihan nanti. Ajang debat seperti ini juga mempengaruhi elektabilitas mereka di mata masyarakat, tetapi ajang debat seperti ini juga menjadi ajang saling serang dan saling menyudutkan dengan isu isu atau visi misi mereka yang selalu di cari kesalahannya masing masing.

Yunho dan Jiyoung masih betah duduk di tempat beristirahat yang disediakan oleh panitia penyelengara. Masih ada teh dicangkir yang sudah tinggal separuh menemani obrolan mereka, awalnya mereka mengobrol basa basi bertiga tapi karena Lee Dongwook ada jadwal lain, dia terpaksa pergi dahulu menyisakan Yunho dan Jiyoung berdua.

"Wah, visi misimu lumayan juga tadi" puji Jiyoung pada Yunho.
"Terimakasih, kau juga visi misimu mengagumkan" puji Yunho juga pada Jiyoung.
"Ngomong ngomong bagaimana kabar putrimu ?" raut wajah Yunho langsung berubah saat Jiyoung menanyakan kabar Yerim.
"Jangan kaget seperti itu, aku hanya menanyakan kabar putri cantikmu" Jiyoung tertawa miring.
"Tenang saja putriku baik baik saja" jawab Yunho tenang.
"Sepertinya putrimu harus bangga mempunyai ayah sepertimu"
"Tentu saja dia bangga, aku menyayangi dia dan melindungi dia sebaik mungkin"

Jiyoung tertawa lagi saat mendengar ucapan Yunho, lalu dia menyesap sisa tehnya di dalam cangkir.

"Pasti sekarang Changmin sedang bahagia disana melihat aku dan kau berbincang akrab seperti ini"

Yunho tersentak saat Jiyoung menyebut nama sahabatnya yang sudah tiada, Jeon Changmin. Tiba tiba amarah merambat ke dalam hati Yunho dan mulai memenuhi hati Yunho. Ingatan Yunho terlempar pada kejadian lima belas tahun lalu, kejadian dimana sahabatnya menghembuskan nafas terakhir.

"Bagaimana ya kabar Changmin disana ?" Jiyoung masih menyebut nama Changmin, sahabatnya yang sudah tiada.
"Kupikir kau sudah tidak peduli lagi dengan dia" balas Yunho dengan nada sinis.
"Dia sahabatku, mana mungkin aku tidak peduli dengannya"
"Sahabat ?" Yunho tertawa sinis mendengar Jiyoung masih mengangap dirinya sebagai sahabat Changmin.
"Sahabat macam apa ? Sahabat yang peduli dengan kekuasaan atau sahabat yang ambisius ?" tanya Yunho lagi.

Jiyoung terdiam mendengar pertanyaan Yunho, mulutnya mendadak kelu saat ingin menjawab pertanyaan Yunho. Ingatannya juga terlempar pada kejadian lima belas tahun lalu, kejadian dimana awal persahabatan ketiganya hancur.

"Kwon Jiyoung, ingat persahabatan kita sudah tidak ada lagi sejak lima belas tahun lalu, jadi jangan lagi kau sebut nama Changmin" peringat Yunho ke Jiyoung.
"Kalian memang sahabatku tapi apa yang aku inginkan harus tercapai --- sorry my friend"

Setelah mengatakan itu Jiyoung meninggalkan Yunho dan pergi dari tempat itu. Yunho melihat punggung Jiyoung yang bergerak menjauh darinya dengan pandangan sendu bercampur amarah. Changmin, dia sudah bukan Jiyoung yang kita kenal dulu -- dia sudah menjadi monster Yunho bermonolog pada dirinya sendiri seolah berkomunikasi dengan sahabatnya yang telah tiada.

🐰🐰🐰🐰

Hari ini menjadi hari keberangkatan Yerim ke Gyeonggi untuk acara tahunan departementnya. Yerim sibuk mempersiapkan diri dikamarnya sementara Jungkook sibuk memasukkan koper Yerim ke mobil dan mempersiapkan mobil. Saat akan menuju ke depan rumah, Yerim menghentikan langkahnya saat melewati ruang kerja ayahnya. Telfon dari ruang kerja ayahnya berdering tetapi tidak ada satupun pelayan di rumahnya yang berinisiatif menjawab telfon.

"Pada kemana sih nih orang orang ?!" gerutu Yerim sambil menghentakkan kaki menuju ruang kerja ayahnya untuk menjawab telfon.

"Hallo, kediaman keluarga Kim --- ada yang bisa dibantu ?" sapa Yerim saat menjawab telfon.
"Yerim ?" tanya si penelfon dari sebrang.
"Execuse me, siapa ya ? Kenal aku ?"
"Aku paman Jiyoung --- apa kau masih ingat paman ?"
"Paman Jiyoung ?"

Srettt

Saat Yerim masih berbicara dengan si penelfon yang menyebut dirinya sebagai paman Jiyoung, tiba tiba gangang telfon yang masih menempel di telinga Yerim direbut oleh Jungkook dan langsung dimatikan Jungkook sambungan telfonnya.

"Yaa ! Lo kenapa ?! Gue lagi telfonan !" sembur Yerim.
"Jangan pernah angkat lagi kalo yang telfon dia" peringat Jungkook dengan wajah serius.

Melihat wajah serius dan penuh keyakinan serts gurat amarah yang menyala di mata Jungkook membuat Yerim sejenak terdiam.

"Kenapa emang ?" tanya Yerim lebih pelan suaranya.
"Pokoknya jangan, inget peraturan nomer lima"
"Tap ---"
"Koper lo udah gue masukin ke mobil, buruan kita berangkat" sepertinya Jungkook tidak mau mendengar lagi pertanyaan atau apapun tentang kejadian telfon tadi.

Yerim memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh alasan mengapa Jungkook melarangnya menjawab telfon dari orang bernama Jiyoung. Melihat perubahan raut wajah Jungkook, membuat Yerim bungkam dan menurut saja saat Jungkook menyuruhnya segera berangkat. Saat di mobil pun hanya hening yang tercipta dan suara lagu dari radio mobil, Yerim memilih tidur sepanjang perjalanan dan Jungkook fokus untuk menyetir.

Yerim tidak benar benar tertidur, otaknya masih berkelana kesana kemari memikirkan apa yang melatar belakangi sikap Jungkook tadi dan misteri apa yang Jungkook sembunyikan sehingga Yerim dua kali melihat Jungkook menanggis setiap malam.

Gue bakal cari tahu, ucap Yerim dalam hati.

🐰🐰🐰🐰

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang