2. APES by Alteza-Narain

42 4 0
                                    

Tittle : APES
Author : Altezza Narain (Altezza-Narain)

🐸🐸🐸

Apesss!!!

Tik... tik... tiik bunyi hujan di atas genting. Airnya turun tidak terhingga, cobalah tengok di balik jendela Puput ngelamun, bibirnya manyun. Hihi.

Beberapa minggu terakhir ini cuaca memang sering berubah. Kadang panas, kadang cuma mendung, kadang pula hujan, dan tak jarang orang-orang jadi tertipu. Siangnya panas banget, sorean dikit hujannya lebat, malamnya gerah tak terhingga.
Cuaca seperti inilah yang bisa membuat makhluk-makhluk penghuni dunia pada sakit demam, flu, meriang dan lain-lain. Kalo flu ato meriang doang sih biasa tapi hati-hati! Karena dengan cuaca ekstrim seperti ini, demam berdarah bisa menyerang siapa saja. Termasuk makhluk yang sedang ngelamun sekarang.
Namanya Puput, bukan cewek cantik jelita apalagi imut-imut. Entah apa pasal, emak bapaknya memberi nama anak semata wayangnya ini Puput. Karena dia cowok tulen, berhidung sedikit bangir dengan mata belo. Kulit sawo matang tapi tampang pas-pasan.

Back to topic, sebenarnya sih, Puput cuma demam biasa. Itu gara-gara siang tadi pas pulang sekolah, dia mau saja dibujuk Obet, teman SMA-nya, untuk hujan-hujanan. Tubuhnya yang kurus dan kurang vitamin jelas nggak begitu kuat mencegah datangnya penyakit, akibatnya beberapa jam kemudian ia menggigil, mukanya pucat, bibirnya terus-terusan keder saingan sama idungnya yang kembang kempis. Untung setelah nyokap memberikan obat, panasnya mulai turun.
Tapi gara-gara kejadian itu nyokap jadi uring-uringan. Ngomel-ngomel ke Puput dan melarangnya tidak boleh keluar malam ini sebelum kondisinya benar-benar sembuh.

Padahal malam ini, bertepatan dengan malam minggu, ada acara ulang taunnya Vido, teman sekelas Puput. Sayang dong kalo nggak bisa ngicip-ngicip makanan di rumah Vido Itu sebabnya Puput lagi ngelamun di balik jendela kamarnya.

Nyokap masuk diam-diam. kepalanya langsung geleng-geleng. Ni anak udah sakit masih aja angin-anginan! Batin nyokap.
Tutup jendelanya!
Suara nyokap mengagetkan Puput. Ubun-ubunnya natap bingkai jendela. Aduh! pekiknya sambil ngusek-ngusek kepala.

"Kamu mau sakitmu tambah parah? Untuk sementara jangan sampai badanmu kena angin malam, biar nggak kambuh lagi!"

"Tapi Puput sudah sembuh kok, Ma."

"Sembuh dari mana? Tuh, lihat badan kamu yang makin kurus itu!"

"Mama ngeledek ih, badan Puput kan sudah kurus dari sononya. Tapi sebenarnya Puput sudah sehat kok! Nih buktinya." Puput bergaya seperti binaragawan, sayang bukan otot yang ditunjukin, tapi malah garis tulangnya. Nyokap ngikik dikit, lalu kembali serius.

"Terus mau kamu apa?"

"Ya, kan hari ini ulang taun Vido, jadi Puput mau ke sana. Pestanya besar-besaran lho, Ma. Pasti banyak makanan. Ntar Puput bawain oleh-oleh deh."

"Kalau cuma itu, sorry nggak boleh. Kamu harus tetap istirahat!"

"Yah mama terus ulang taunnya gimana?"

"?inta diundur besok aja," sahut nyokap cuek.

"Mana bisa masak iya, dulu pas Vido mau lahiran, tiba-tiba mamanya bilang, 'di undur besok aja ya lahirannya' "

"Kalau nggak bisa, ya sudah istirahat saja," kata nyokap sambil berlalu cuek.

Tinggal puput yang langsung monyongin bibir.
Tapi si anak badung itu memang nekat. Malam semakin sunyi, lengan jam menunjuk pukul sembilan. Kalau di komplek perumahan rumah Puput, jam sembilanan memang sudah sepi. Makhluk-makhluk sudah pada bobok di kandang masing-masing. Yaa, kecuali makhluk-makhluk ganjil sih. Tak jarang mas-mas peronda sering ketemu sama makhluk ganjil itu. Kadang ada tiga biji yang lewat, kadang satu sambil naik motor, kadang lima, tujuh, sembilan. Semua ganjil, nggak ada yang genap. Hehe.

KUMPULAN CHALLENGE CERPEN BULANAN MEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang