2. LA TAHZAN by YULIA S

66 13 1
                                    

Tema : Cinta Pertama
Judul : La Tahzan
Penulis : Yulia Saparia / sapayulia

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Aku akan mengkhitbah seorang wanita. Doakan aku, semoga dia mau.’

Ada rasa aneh yang mulai menjalar. Perasaan mulai memengaruhi nalar. Sulit untuk dijelaskan. Kumpulan pesan masuk melalui Facebook, yang sebelumnya membuat aku bahagia karena bisa berkomunikasi lagi dengannya, harus sirna dengan pesan yang baru saja kubaca.

Sebuah impian bagi seorang wanita bisa menikah dengan orang yang mereka cintai. Membangun sebuah pernikahan dengan orang yang satu visi dan misi. Menjalani hidup bersama mengharap rida Ilahi. Namun, kini aku rasa itu hanya sebuah khayalan semata. Tidak akan terbukti nyata. Cintaku tidak diridai semesta.

Sampai saat ini, usiaku sudah dua puluh tujuh tahun. Di kampungku aku termasuk perawan tua. Banyak gadis-gadis yang usianya di bawahku sudah menikah bahkan menimang anak.
Bukannya tidak normal. Aku hanya belum menemukan seseorang yang pas. Ikhtiar dan doa pun selalu aku lakukan. Memberikan CV ta'aruf kepada murabbi-ku untuk diberikan kepada ikhwan yang mau bertaaruf denganku. Namun, semua hasilnya sama. Hanya sampai di level taaruf. Dan aku yang memutuskan sebelah pihak untuk tidak dilanjutkan.

Jika boleh jujur, dari dulu aku hanya mengharapkan seorang laki-laki yang menjadi imamku. Teman SMA-ku. Dia ketua Rohis, terkenal santun dan saleh terlebih tampan. Dari sana rasa kagum itu mulai tumbuh. Rasa cinta mulai terpupuk, semakin hari semakin subur. Dan aku sadar, bahwa saat itu aku mulai merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Setelah tamat SMA, dia kuliah di Bandung. Sementara aku masih di sini, di kampung. Menghabiskan waktu untuk mengajar anak-anak mengaji. Dari situ, aku berpikir Tuhan memang tidak menakdirkannya untukku. Meskipun masih ada sisa harapan yang selalu aku panjatkan dalam doa di sepertiga malam. Masih sama, berharap dia menjadi imamku kelak.

Lima tahun sudah aku tidak berkomunikasi lagi dengannya. Dan hari ini semua harapan juga penantian dari doaku pupus seketika.

‘Rania, menurutmu mahar yang bagus itu seperti apa? Kau, kan teman baikku, ayolah beri aku contohnya!’

Sekali lagi aku hanya bisa menatap nanar layar handphone-ku. Ingin rasanya aku meraung-raung detik itu juga. Astaghfirullah! Aku ingin cepat pulang.

‘Terserah, tapi bagusnya kau belikan saja tiga kitab: Syarah 'Uqudu al-Lujain Fi Bayani Huquqi al-Zaujain, Qurratul 'Uyun dan Fathul Izar. Itu bisa bermanfaat untuknya. Bekal pernikahan kalian nanti. Selebihnya, terserah kau saja.’

Aku kirimkan balasan pesanku. Meskipun aku tahu tanganku bergetar hebat mengetik kata demi kata itu. Sebenarnya, itu adalah impianku. Berharap imamku kelak memberikan tiga kitab tadi sebagai mahar bersama lantunan ayat suci Alquran. Itu saja sudah cukup bagiku.

‘Alhamdulillah, jazakillah, ya ukhti. Alamatmu masih sama, kan?’

Aku membaca balasan pesannya dengan malas.

‘Iya’

Aku balas singkat. Berharap dia tidak banyak tanya lagi. Mungkin dia hanya ingin mengirimkan undangan untukku nanti. Ya Rabb, kuatkan aku untuk tetap teguh di jalan-Mu. Istiqomah memperbaiki diri untuk imamku kelak. Jangan beri aku luka, kecewa dan air mata atas semua harapan cinta dalam diamku yang sia-sia. La Tahzan, innallaha ma'ana. Allah, tetaplah bersamaku.

Kegiatanku di madrasah telah usai, berniat segera pulang dan masuk kamar. Namun, semua niatan itu sepertinya tidak akan terlaksana. Ada tamu yang berkunjung sore ini.

Sebuah mobil terparkir di halaman. Aku melangkah perlahan berbekal rasa penasaran kemudian mengucap salam. Seketika tubuhku terasa terkunci di depan pintu. Menatap nanar mereka yang menyambut kedatanganku. Ambu menghampiriku, langsung mengajakku duduk bergabung bersama mereka.

"Neng, Nak Rais mau melamarmu. Kamu mau, kan?" Suara Abah membuatku  kaget. Aku tertunduk. Tidak berani menatap mereka. Terlebih menatap pria yang duduk di hadapanku. Ya Rabb, inikah jawaban dari doa-doaku? Rais Syahid Akbar. Satu nama yang tak pernah lelah aku sebut di sepertiga malam. Calon imam idaman dalam pernikahan impian yang aku harapkan.

‘La tahzan innallaha ma'ana. Don't be sad Allah is with us.’

*END*
💟💟💟💟💟💟💟💟💟💟💟💟

Tidak ada perubahan apa pun dalam cerita di atas. Semua murni karya penulis. Jika kalian suka dengan flash fiction ini, silakan tinggalkan VOTE dan KOMENTAR.

KUMPULAN CHALLENGE CERPEN BULANAN MEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang