Buku Fisika

6.1K 251 2
                                    


     Selia menghembuskan nafasnya lelah. Sekali lagi pesan dari pak Suprapto terngiang membuatnya sedikit pesimis menangani sifat Zafran.

     "Sabar ya bu Lia. Siapkan mental mu untuk menghadapi murid satu itu. Jaga makan biar tetep kuat marahin dia. Dan jangan lupa beli vitamin rambut banyak-banyak. Sungguh, dulu saya enggak botak belakang begini loh.. Gara-gara siapa, bu Lia pasti bisa nebak.." laki-laki yang hampir pensiun itu mengelus kepala belakangnya yang semua sudah beruban.

     Baiklah. Ini bukan rintangan. Ini tantangan. Batinnya sambil meyakinkan diri.

***

     Zafran meletakkan buku tebal itu di meja dengan hati-hati, lalu menendang kursinya dengan kesal sekaligus gemas.

     "Busyet,... Kenapa sih Za ? Gue kira lo dihukum lari lagi.." Aris hampir melempar ponsel yang dipegangnya karena gerakan Zafran yang tiba-tiba.

     "Gue.dihukum.meringkas.buku tebel.itu. dalam dua hari !" Zafran memberi penekanan di setiap kata, "sial nggak sih. Baca bukunya aja bikin ngantuk, disuruh ngringkes pula. Mending lari sepuluh kali deh.."

     "Buku apa,sih ?" Aris mengamati sampulnya yang seperti familiar di matanya.

     "Fisika kali. Judulnya aja begitu." ucap Zafran acuh sambil membuka game online.

     "Eh, Supri ! Ini novel 5 cm,..masa lo nggak pernah denger sih ? Ini udah di tayangin di bioskop lho. Masa iya lo nggak tau ! Emosi gue lama-lama sama lo. Cueknya kebangetan.."

    "Oh, jadi itu novel. Udah baca belom ?"

     "Udah"

     "Bagus, ringkasin sekalian ya."

     "Ogggwwaaahhhh !!!!!"

     Zafran hanya mendengus acuh sambil menggerakkan jarinya lincah.

     "Lo tau nggak, ini buku tokohnya sama kaya nama lo. Kebetulan yang aneh kenapa bu Lia ngasih tugas ini ke elo. Pasti ada niat terselubung deh.."

     "Masa sih ?" Zafran menghentikan permainan hp nya lalu melihat isi buku novel itu. Zafran. Ia membaca nama tokoh itu berkali-kali. "Manisnya bu Selia..."

***

     Senin malam, pukul 20.15 Selia berjalan keluar komplek sederhana miliknya umtuk membeli makan malam. Selia yang hanya tinggal sendiri jarang sekali masak karena terlalu sibuk dan malas. Apalagi setelah ia diterima di SMA 8 sebagai gur BK untuk menggantikan pak Suprapto yang akan pensiun satu tahun lagi.

     Sekolah itu tidak memiliki banyak murid karena daerahnya tinggal saat ini sangat banyak sekolah swasta yang elit dan mahal. Sementara SMA 8 hanya SMA biasa dari kalangan biasa dengan angka kelahiran rendah hingga satu kelas tidak lebih dari 28 murid.

     Ngomong-ngomong soal murid, Selia jadi ingat si berandal Zafran yang siang tadi menghadapnya. Dengan tenang dan berani, pemuda berlesung pipi itu memanggilnya ibu Guru Cantik, dua kali.

     Selia menghentakkan kakinya sambil berjalan. Sedikit lagi warung sate madura milik Bang Roni di pinggir taman komplek terlihat. Membuat Selia membuang jauh-jauh bayangan murid bermata sipit itu dan bergegas karena perutnya sudah lapar.

    "Bang, biasa ya.." ucap Selia setelah mendudukan dirinya di luar warung tenda.

     Selia menunggu sate pesanannya dengan riang, sebelum dia mendengar kasak-kusuk dari gerombolan pemuda tak jauh dari tempatnya duduk. Selia melirik sekilas dan bisa dia tebak mereka masih SMA atau setidaknya kuliah semester awal.

     Awalnya gadis itu mengacuhkan mereka, hingga bau seperti kabel terbakar menguar di hidungnya.

     "Cih.. Mau jadi apa kalo umur segitu suka mabuk-mabukan." gerutunya pelan.

     "Jangan diladenin mbak. Mending makan sate. Tanpa lontong, tanpa bawang, minumannya es jeruk manis es batunya banyak." kata Bang Roni mengonfirmasi pesanan.

     Selia tersenyum sambil mengatakan terimakasih, lalu bersiap menyuap sate pertamanya tapi urung ketika dia mendengar satu panggilan familiar

     "Bu Selia ?"

     "Kamu ngapain disini ?" Selia mematap awas pemuda berkulit putih itu.

    "Main." kata Zafran tanpa dosa mengambil duduk di depan Selia. "Bu Selia sendirian ?"

    "Sama mereka ? Kamu mabuk ya,Za ?" Selia mengacuhkan pertanyaan retoris Zafran.

    "Enggak bu! Sumpah.. Nih cium nih.. Hhaaaahh !" Zafran mengembuskan udara lewat mulutnya.

     "Cuma kumpul aja bu. Eh, dapet rejeki ketemu bu cantik disini."

     "Orang ngeliat kita dari teman yang ada di sekitar kita,Za. Temenmu baik, kamu jadi baik. Begitu sebaliknya."/Selia menatap mata sipit Zafran dengan lembut tapi tajam.

     " iya bu Selia." katanya sambil tersenyum menawan.

     Selia membuang pandangan sebelum terlalu lama melihat pesona anak kemarin sore itu.

     "Kamu sudah makan ?" katanya memberi kode pengusiran. Karena dia tidak bisa makan sambil dilihat orang. Tapi ternyata kode nya ditangkap salah oleh Zafran.

    "Belum. Bu Selia mau traktir ya ? Asiik... Bang! Sate satu pake cabe yang banyak. Minumnya es lemon tea.."

    Zafran tersenyum lebih lebar dengan binar mata seolah berkata asik makanan gratis.

     Selia mendengus karena tingkah Zafran yang seenaknya. Siapa juga yang mau traktir dia.

     Akhirnya mereka makan dengan diam karena Selia yang kelewat kesel dan Zafran yang terlalu menikmati sate gratisnya.

      "Novelnya sudah sampai halaman berapa, Za?" kata Selia ditengah makan membuat Zafran tersedak cabai.

     "Pasti belum tersentuh." tebaknya yang seolah tepat. Zafran hanya tersenyum tertahan dengan menggigit bibir bawahnya, semakin menampilkan lesung pipi yang dalam.

     "Orang yang menggigit bibir bawah adalah sedang dalam situasi khawatir, ketakutan, gugup dan terlibat pemikiran yang rumit." Selia menatap tajam Zafran mengabaikan senyum maut pemuda itu. "Kamu yang mana ?"

     "Aku gugup bu Selia. Baru kali ini ada yang perhatiin sampe sedetail itu.." katanya seolah menerawang "kecuali pak Supra."

     Sepertinya bukan. Karena saat Zafran menggigit bibir bawah bagi Selia itu artinya Pesona.

TBC

Dibawah Senja Yang Sama [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang