Mitos

4K 185 0
                                    

Seorang guru muda, yang tingginya tidak terlalu tinggi walaupun sudah ditolong sepatu berhak lima senti itu berjalan pelan menuju halte di dekat SMA 8. Rambutnya yang dibiarkan terurai menari-nari diterpa angin, siang itu. Dia merasa baru kemarin jadi siswa SMA, dan sekarang sudah jadi seorang guru bimbingan konseling.

Tunggu, apa sekarang dia dibenci murid-muridnya, seperti halnya dia dulu membenci bu Salma, pembimbing konseling di SMA 1 tempatnya belajar,? Apa selama ini dia kelihatan galak ? Semoga tidak, karena dia sudah belajar mengolah emosi sebaik-baiknya. Dia ingin terlihat berwibawa, bukan galak. Dia mau dihargai, bukan ditakuti.

Ya, dia Selia Selistya. Gadis jomblo biasa yang terlibat kedekatan dengan muridnya sendiri.

Apa kita dekat ?

Suara motor yang terdengar begitu-entahlah sangat kencang dan mengganggu mendekat dan saat sudah sejajar dengan Selia, sang empunya mematikan mesin dan bergerak perlahan. Seperti adegan di film yang booming belum lama ini.

"Kamu ngapain ?!"

"Kamu mau aku berteman sama si Ayna itu kan ?"

"Ho oh"

"Tapi aku mau ditraktir...kita omongin sambil makan... Habis itu aku pikirin deh, sanggup apa enggak.." Zafran menaik-turunkan alisnya.

"Yaaaa.... Udah. Kita ketemu di warung Bang Roni nanti malem."

"Siiaaap.." Zafran tersenyum lebar lalu memstater motornya, "Bu Selia mau ikut, nggak ?"

Selia hanya menggeleng pelan, lalu menyaksikan punggung Zafran menjauh dan makin kecil. Baik, meskipun sebenarnya ingin, ada alasan mengapa dia harus menolak.

Satu, dia harus jual mahal biar tidak disangka murahan.

Dua, ini masih di sekitar sekolah, yang benar saja dia harus berboncengan dengan laki-laki berseragam SMA, sementara dia pakai rok span dan kemeja rapi.? Bisa disangka dia emaknya Zafran.

***

Benar saja, malamnya pukul 19.00 Selia keluar dari rumah sederhananya dan membuka gerbang setinggi pinggang perlahan. Dia memakai celana jeans biru dan atasan kemeja lengan pendek berwarna baby pink.

Baru beberapa meter, suara motor asing mendekat dari arah belakang dan memelan. Lalu berhenti tepat di samping Selia.

"Malem, Sels ?" Zafran dengan sengaknya menyapa Selia tanpa rasa dosa. Sedang Selia yang tadi nya tersenyum, tiba-tiba sirna.

"Kamu manggil apa barusan ?"

"Uummm,... Sels ?"

Zafran sudah menyiapkan alasan untuk protes Selia. Ini bukan sekolah, oke ? Jadi jangan maksa aku manggil kamu BU SELIA, karena aku nggak mau kamu keliatan tua.

"Hissh ! Kamu kira aku tukang panci ? Sales Sales.."

Zafran tertawa nyaring dengan kelakuan Selia yang mulai terbuka padanya. Bahkan sekarang mau bercanda

"Kenapa kesini ? Tadi kubilang kita ketemu di lokasi."

Zafran turun untuk memakaikan helm Selia, "aku nggak mau aja kamu capek. Soalnya aku tau kamu nggak bisa terbang.." terdengar bunyi klik dari helm Selia, "walaupun kamu sekelas bidadari."

Selia tertawa dengan gombalan Zafran yang entah di mana lucunya.

Zafran menghidupkan motor bertangki depan itu setelah Selia naik dengan nyaman.

Dibawah Senja Yang Sama [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang